Gaya Hidup Sehat Anak Usia 1 Tahun: Memenuhi Kebutuhan Nutrisi
Berapa porsi dan jumlah kalori yang diperlukan anak usia 1 tahun? Ini jawabannya.
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Di usia 1 tahun, anak sudah lebih banyak mengenal rasa ketimbang sebelumnya. Ia pun sekarang dapat menggunakan kedua tangannya untuk menggenggam finger food. Kini ia bisa memilih mana makanan yang cocok dengan seleranya dan yang tidak. Jadi jangan heran, Ma, jika ia menunjukkan protes jika Mama menyodorinya makanan yang baginya terasa tidak enak.
Di usia 1 tahun ini, si Kecil bisa menggunakan sendok. Walaupun masih canggung, ia sudah bisa menggenggam gagang sendok dan mengarahkannya ke mulut. Bersabarlah sejenak, karena beberapa saat lagi ia akan lebih fasih menggunakan sendok untuk menyuapi diri sendiri.
Jenis Makanan untuk Anak Usia 1 Tahun
Meski sudah bisa makan dengan tangannya sendiri, Mama harus berhati-hati karena anak-anak usia batita masih sangat rawan tersedak. Untuk itu, siapkan makanan yang bertekstur empuk, gampang larut dan yang mudah ditelan, misalnya:
- Yogurt
- Keju cottage atau keju soft pasteurized
- Oatmeal atau sereal khusus bayi
- Nasi atau asta
- Buah melon, pepaya, aprikot, pisang
- Brokoli atau bunga kol yang dikukus hingga empuk
- Protein (telur ayam, daging fillet ikan tanpa duri, tahu kukus, kacang panjang kukus, daging sapi rebus yang dipotong kecil-kecil)
- Susu sapi
- Madu
Berapa Takaran Porsi Makan Anak Usia 1 Tahun?
Berikut takaran porsi makan anak usia 1 tahun yang ideal:
- 1 atau 1 1/2 cangkir susu; atau 1 cangkir yogurt
- 1 1/2 ons keju
- 1/2 cangkir pasta atau 1/2 cangkir nasi
- 1 lembar roti
- 1 cangkir buah-buahan segar
- 1 cangkir sayur kukus
- 2 ons protein
Untuk anak usia antara satu hingga dua tahun, umumnya memerlukan 800 hingga 1.000 kalori per hati. Porsi yang ideal adalah seperempat dari porsi makan orang dewasa normal.
Ada pendapat dari ahli nutrisi yang mengatakan, sebaiknya anak batita menunda mengonsumsi telur, ikan atau produk kacang-kacangan karena rentan terhadap risiko alerggi makanan. Tetapi penelitian terbaru dari American Academy of Pediatrics menemukan tidak adanya penelitian yang kuat melatarbelakangi pendapat tersebut. Namun, untuk mengurangi risiko, sebaiknya konsultasikan dengan dokter anak jika keluarga memiliki sejarah pernah mengalami alergi makanan.
Baca Juga:
- Mengenal Susu UHT dari Nutrisi Hingga Proses Pembuatannya
- 3 Cara Mudah Memenuhi Nutrisi agar Anak Bebas Stunting dan Anemia
- 7 Manfaat Telur Puyuh untuk si Kecil, Nggak Bikin Alergi Ma!