Kisah Nabi Ibrahim sebagai Sejarah Islam Hari Raya Idul Adha
Penuh pengorbanan dan kesabaran
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ada banyak metode belajar agama Islam seru nan menyenangkan bagi si Kecil. Misalnya, melalui dongeng kisah-kisah Nabi dan Rasul.
Apalagi ditambah adanya ilustrasi menarik sehingga membuat anak penasaran dengan alur ceritanya. Selain itu, membacakan dongeng kisah-kisah Nabi juga akan menambah ilmu pengetahuan agama pada anak.
Salah satu kisah Nabi yang menarik untuk dibagikan pada anak, yaitu kisah Nabi Ibrahim AS. Kisah Nabi Ibrahim AS ini merupakan awal ajaran Islam untuk menyembelih hewan qurban saat Hari Raya Idul Adha.
Yuk, simak kisah Nabi Ibrahim AS di bawah ini yang telah Popmama.com rangkum dari berbagai sumber.
1. Nabi Ibrahim memiliki Ismail sebagai putra pertama
Nabi Ibrahim mempunyai dua orang istri, yang bernama Siti Sarah dan dan Siti Hajar. Dari pernikahan Nabi Ibrahim dengan Siti Sarah mendapatkan seorang putra yang diberi nama Ishaq. Namun Siti Sarah baru dikaruniai anak beberapa tahun setelah anak dari istri kedua dilahirkan.
Istri kedua yang bernama Siti Hajar, dikaruniai anak laki-laki lebih dulu. Nabi Ibrahim memberi nama anak pertamanya Ismail.
Namun, mulanya Sarah merasa sedih jika harus tinggal bersama dengan Hajar karena Sarah tidak bisa memberikan keturunan pada Nabi Ibrahim. Beliau merasa pilu saat melihat Hajar dengan Ismail.
Sampai seketika dengan perintah dari Allah SWT, akhirnya Nabi Ibrahim memindahkan Siti Hajar bersama dengan anaknya Ismail yang masih kecil ke Kota Mekkah.
Ia bermukim di dekat tempat yang nantinya akan dibangunkan Ka’bah.
2. Siti Hajar dan Ismail tinggal di padang pasir
Di Kota Mekkah, Hajar dan Ismail tinggal di padang pasir tandus dengan terik matahari yang begitu menyengat. Lalu, juga tidak ada satu orang pun yang menetap disana.
Hajar pun begitu cemas dan sedih ketika Nabi Ibrahim akan meninggalkannya seorang diri bersama anaknya yang masih kecil di tempat sunyi, tidak ada orang sama sekali, kecuali hanya pasir dan batu.
Seraya merintih dan menangis, ia memegang kuat-kuat baju Nabi Ibrahim sambil memohon belas kasihannya, meminta agar tidak ditinggalkan seorang diri di tempat yang begitu hampa.
Di sana tidak ada binatang, tidak ada pohon, bahkan air mengalir pun juga tidak terlihat di tempat itu.
Padahal, Siti Hajar masih bertanggungjawab untuk mengasuh Ismail yang masih menyusu kepadanya.
3. Nabi Ibrahim memindahkan Hajar dan Ismail atas perintah Allah
Namun, Nabi Ibrahim AS tidak bisa berbuat apa-apa dan tetap meninggalkan Hajar beserta Ismail di Mekkah. Lalu atas perintah Allah SWT maka Nabi Ibrahim pun kembali ke negri Syam pada istri pertamanya, yaitu Siti Sarah.
Nabi Ibrahim kemudian melanjutkan perjalanannya dan sampai pada sebuah bukit.
Saat Nabi Ibrahim tidak dapat melihat Siti Hajar dan anaknya lagi, Nabi Ibrahim kemudian menghadap ke arah Ka’bah lalu berdoa untuk istri dan putranya dengan mengangkat kedua belah tangannya.
Ia berdoa untuk keselamatan istri dan anaknya.
4. Hajar kehabisan air dan tak bisa menyusui Ismail
Hajar kemudian langsung menyusui Ismail. Ia minum air persediaan yang dibawanya. Hingga suatu ketika Hajar kehabisan air, beliau sangat kehausan sehingga air susunya pun kering.
Ia memandang kepada Ismail, bayinya yang sedang meronta-ronta kehausan. Hajar pun berusaha mencari sumber air. Dalam usahanya mencari air, Hajar berlari kesana kemari sampai ke bukit Shafa dan Marwah.
Hajar sangat berharap bisa mendapatkan sesuatu yang bisa menolongnya, tetapi hanya batu dan pasir yang ia temui di sana. Lalu dari bukit Shafa, Hajar melihat bayangan air yang mengalir di atas Bukit Marwah.
Kemudian berlarilah ia ke bukit Marwah, tetapi setelah sampai di sana yang dikiranya air ternyata hanya bayangan.
Siti Hajar pun mendengar ada suara yang memanggilnya dari Bukit Shafa, pergilah ia ke ke tempat itu. Namun, setelah sampai di Bukit Shafa ia tidak menjumpai siapa-siapa.
5. Allah menciptakan mata air yang diberi nama air zam-zam
Hajar terus mendengar suara yang mengarah pada tempat di mana bayinya Ismail di baringkan dalam keadaan menangis sambil meronta-ronta dan menghentak-hentakan kakinya.
Tiba-tiba, di dekat Ismail berbaring, memancarlah mata air. Air terus keluar dengan melimpah.
Melihat mata air tersebut, Siti Hajar pun langsung berlari tergesa-gesa untuk menampung air tersebut. Disebutlah air yang berlimpah itu dengan nama "Zam-Zam" yang artinya "berkumpul".
Melihat air yang berlimpah Hajar sangat gembira. Beliau langsung membasahi bibir putranya dengan air tersebut. Seketika wajah Ismail terlihat sangat segar.
Begitu pula dengan Siti Hajar. Wajahnya terlihat kembali bersinar, ia merasa senang karena Allah telah memberikan bantuan dengan memberikan kehidupan setelah dibayang-bayangi oleh kematian.
6. Sumber mata air berubah menjadi telaga
Mata air tersebut kemudian berubah menjadi sebuah telaga dan sampai saat ini disebut dengan Telaga Zam-Zam.
Usaha Siti Hajar mencari air tidak sia-sia, beliau kesana kemari agar mendapatkan air hingga akhirnya sampai di Bukit Shafa dan Marwah.
Hingga saat ini, berjalan kaki dari Shafa ke Marwah di jadikan sebagai salah satu Rukun Haji yang disebut dengan Sha’i.
7. Nabi Ibrahim mimpi menyembelih Ismail
Ketika Ismail beranjak remaja, Nabi Ibrahim sangat senang, tetapi kegembiraan itu tiba-tiba buyar karena perintah Allah SWT lewat mimpinya.
Nabi Ibrahim mendapat mimpi bahwa ia harus menyembelih anaknya, Ismail.
Awalnya, Nabi Ibrahim sangat sedih menerima mimpi itu. Namun, mimpi seorang Nabi merupakan salah satu dari cara Allah SWT menurunkan wahyunya kepada Nabi. Jadi, perintah yang diterimanya dalam mimpi itu harus dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim.
8. Nabi Ibrahim menyampaikan mimpinya pada Ismail
Mengetahui perintah itu, Nabi Irahim duduk dan termenung memikirkan ujian dari Allah yang begitu berat tersebut. Sebagai seorang ayah yang baru saja dikarunia seorang anak setelah puluhan tahun didambakan, tiba-tiba harus dijadikan qurban dan harus direnggut oleh tangan ayahnya sendiri.
Dengan berat hati, Nabi Ibrahim kemudian menyampaikan mimpinya kepada Ismail.
Mendengar perkataan Nabi Ibrahim tentang mimpinya, Ismail tanpa keraguan sedikitpun mengatakan, "Ayah, kerjakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah SWT."
9. Ismail bersedia disembelih oleh Nabi Ibrahim
Beberapa kali Nabi Ibrahim digoda oleh iblis agar tidak melaksanakan perintah Allah SWT untuk menyembelih Ismail. Namun, Nabi Ibrahim tidak goyah dan iblis pun gagal menggodanya.
Hingga akhirnya, saat penyembelihan yang mengerikan telah tiba. Diikatlah kedua tangan dan kaki Nabi Ismail.
Dibaringkan Ismail, lalu diambillah pedang tajam yang sudah tersedia. Nabi Ibrahim memegang erat pedang dengan kedua tangannya.
Kedua mata Nabi Ibrahim yang masih tergenang air mata pun memandang wajah putranya dan berpindah melihat ke arah yang mengkilap di tangannya.
Pada akhirnya dengan memejamkan matanya, Nabi Ibrahim meletakkan parang pada leher Ismail dan penyembelihan dilakukan.
10. Ismail digantikan oleh seekor kambing saat disembelih
Namun, Malaikat Jibril tiba-tiba mengangkat Ismail dan menggantikannya dengan seekor kambing yang sangat besar dan gemuk.
Peristiwa ini terjadi pada tanggal 10 Dzulhijjah di Mina yang kemudian diperingati sebagai Hari Raya Idul Adha oleh umat muslim di seluruh dunia hingga saat ini.
Selain itu, umat Islam yang sedang melaksanakan ibadah haji bisa melaksanakan qurban di Mina sebagai penghormatan atas Nabi Ibrahim AS.
Itulah kisah Nabi Ibrahim AS yang menjadi bagian dari sejarah agama islam tentang Hari Raya Idul Adha. Nabi Ibrahim yang begitu penuh kesabaran dan pengorbanan karena harus rela menyembelih putra kesayangannya, Ismail yang kemudian dengan keikhlasannya itu Allah mengganti dengan hewan qurban.
Pelajaran penting dari Kisah Nabi Ibrahim AS mengenai keikhlasan, ketulusan dan keimanan sangatlah penting untuk diajarkan kepada anak-anak. Semoga dapat diambil hikmahnya ya, Ma.
Baca juga:
- Kisah Nabi Yusuf: Mengajarkan Kesabaran dan Menjadi Pemaaf
- Dongeng Anak Nusantara: Sangkuriang dan Asal Mula Tangkuban Perahu
- Dongeng Nusantara: Kisah Malin Kundang, Anak yang Durhaka