7 Cara Menyikapi Anak yang Tantrum dengan Santai
Sekaligus membantu pengendalian emosi bagi anak dan Mama
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tantrum pada anak adalah fenomena yang umum terjadi dan sering kali membuat orangtua terutama Mama merasa bingung dan stres.
Namun, dengan pendekatan yang tepat, tantrum bisa disikapi dengan lebih santai dan bijaksana.
Berikut Popmama.com merangkum tujuh cara yang dapat membantu Mama dalam menyikapi tantrum anak dengan lebih santai.
1. Menyadari tantrum adalah hal wajar
Tantrum adalah bagian normal dari perkembangan anak, terutama di usia 1-3 tahun. Pada fase ini, anak sering kali merasa frustasi karena keterbatasan kemampuan berkomunikasi dan mengontrol emosi.
Menyadari bahwa tantrum adalah hal yang wajar dan tidak bisa dihindari akan membantu Mama lebih tenang dalam menghadapinya.
Sebagai orangtua, penting untuk memahami bahwa tantrum bukanlah tanda kegagalan atau masalah besar. Sebaliknya, ini adalah peluang untuk membantu anak belajar mengelola emosi dan menemukan cara-cara yang lebih efektif untuk mengekspresikan diri.
2. Tetap bersikap bijak
Saat menghadapi tantrum, sangat penting bagi Mama untuk tetap bersikap bijak dan tidak membiarkan emosi negatif menguasai diri.
Menjaga ketenangan dan tidak merespons dengan marah atau frustasi dapat membantu meredakan situasi.
Anak cenderung meniru perilaku orangtua, sehingga sikap tenang dan rasional Mama akan memberikan contoh yang baik bagi mereka.
Cobalah untuk melihat tantrum sebagai kesempatan untuk mendidik anak tentang pengelolaan emosi dan memberikan dukungan yang mereka butuhkan untuk mengatasi perasaan mereka.
3. Membiarkan anak mengeluarkan emosinya
Biarkan anak mengeluarkan emosinya tanpa menghakimi atau menghentikannya secara paksa.
Ketika anak marah, menangis, atau berteriak, itu adalah cara mereka untuk mengatasi perasaan yang kuat.
Menahan emosi hanya akan membuat anak merasa tidak didengar dan akan membuat mereka merasa lebih frustasi.
Biarkan anak mengekspresikan perasaan mereka dalam lingkungan yang aman dan terkendali.
4. Tetap tenang dan berada dekat dengan anak
Tetap tenang dan berada dekat dengan anak saat mereka mengalami tantrum menunjukkan bahwa Mama selalu ada untuk mereka.
Kehadiran fisik Mama memberikan rasa aman dan nyaman, bahkan jika anak tidak ingin dipegang atau dipeluk pada saat itu.
Berada dekat tanpa memaksa interaksi memungkinkan anak untuk merasa didukung tanpa tekanan tambahan.
Ini juga memberi Mama kesempatan untuk memantau mereka dan memastikan mereka tidak melukai diri sendiri. Kesabaran dan kehadiran Mama akan membantu anak merasa lebih tenang dan dihargai.
5. Mencoba memahami anak
Cobalah untuk memahami penyebab tantrum anak dengan bertanya pada diri sendiri apa yang mungkin mereka rasakan atau butuhkan.
Anak-anak sering kali tidak mampu mengungkapkan perasaan atau kebutuhan mereka dengan kata-kata, sehingga tantrum bisa menjadi cara mereka berkomunikasi.
Perhatikan tanda-tanda fisik atau situasi yang memicu tantrum, seperti kelelahan, lapar, atau perubahan rutinitas.
Dengan memahami penyebabnya, Mama dapat mengantisipasi dan mencegah tantrum di masa mendatang serta membantu anak belajar cara yang lebih baik untuk mengomunikasikan kebutuhan mereka.
6. Coba tawarkan anak pelukan
Pelukan dapat memberikan rasa aman dan menenangkan bagi anak yang sedang mengalami tantrum.
Pelukan bukan hanya tanda kasih sayang, tetapi juga cara untuk meredakan ketegangan emosional. Ketika anak mulai tenang, tawarkan pelukan sebagai bentuk dukungan dan penghiburan.
Pelukan membantu mengurangi stres dan memberikan rasa koneksi emosional antara Mama dan anak.
Jika anak menolak pelukan, hargai keinginan mereka tetapi tetap berada di dekatnya untuk memberikan dukungan emosional. Ini menunjukkan bahwa Mama peduli dan siap membantu anak dalam mengatasi perasaan sulit.
7. Tetap memerhatikan durasi tantrum berlangsung
Menghitung durasi tantrum dapat membantu Mama mengidentifikasi pola dan memahami lebih baik situasi yang memicunya.
Jika tantrum berlangsung terlalu lama atau terjadi sangat sering, ini mungkin menunjukkan adanya masalah yang perlu ditangani lebih serius.
Memantau durasi tantrum juga membantu Mama mengevaluasi efektivitas strategi penanganan yang digunakan.
Catat kapan dan berapa lama tantrum terjadi, serta situasi yang mendahuluinya. Dengan data ini, Mama bisa mencari bantuan profesional jika diperlukan dan mengembangkan pendekatan yang lebih efektif untuk membantu anak mengelola emosinya.
Demikian rangkuman mengenai cara menyikapi anak tantrum dengan santai. Semoga bermanfaat ya, Ma!
Baca juga:
- 8 Cara Mengatasi Anak Suka Memukul, Kurangi Pemberian Screen Time
- Bentuk Hukuman yang Dapat Membahayakan Anak
- 12 Tanda-Tanda Anak Merasa Tidak Layak Dicintai, Jangan Disepelekan!