5 Fakta Tuberkolosis (TBC) pada Anak yang Perlu Mama Pahami
Simak bagaimana cara mendeteksi gejala dan cara mengobati TBC pada anak ya, Ma!
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tuberkulosis atau TB merupakan salah satu jenis penyakit kronis yang banyak terjadi di Indonesia.
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis ini bahkan termasuk dalam jenis penyakit mematikan dengan angka kematian yang cukup tinggi lho, Ma.
Organisasi kesehatan WHO mencatat jumlah kasus TB yang terjadi di Indonesia pada tahun 2017 mencapai 1.020.000 orang dengan total 110.000 kasus yang berujung kematian.
Tidak hanya dialami orang dewasa saja, penyakit ini ternyata juga menyerang anak-anak dan balita.
Hanya saja, penegakkan diagnosa pasien anak lebih sulit dibandingkan orang dewasa. Sebab gejala yang ditimbulkan berbeda dan tidak khas seperti yang dialami oleh dewasa.
Sehingga sulit menegakkan diagnosa TB tanpa dilakukan sejumlah tes atau pemeriksaan intensif oleh dokter. Agar lebih jelas lagi, yuk simak fakta seputar penyakit TB pada anak berikut ini.
1. Penderita TB anak sulit didiagnosa
Dilansir dari situs Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), TB adalah jenis penyakit menular. Pada anak, bakteri ditularkan melalui udara atau kontak langsung dengan dahak orang dewasa yang positif menderita TB.
Berbeda dengan orang dewasa, diagnosis TB pada anak lebih sulit dilakukan. Pasalnya, gejala yang timbul kurang khas, lagipula kebanyakan anak belum mampu mengeluarkan dahaknya untuk diperiksa lebih lanjut oleh dokter.
Gejala TB pada anak tidak melulu disertai dengan batuk atau keringat berlebih saat malam hari saja lho, Ma.
Sebagian anak bahkan tidak menunjukkan gejala apapun. Maka agar hasilnya lebih akurat, dokter biasanya melakukan salah satu diantara beberapa tes altenatif untuk menegakkan diagnosa.
Diantaranya tes kulit tuberkulin (Mantoux test), pemeriksaan darah yang disebut IGRA (Interferon gamma release assay)-TB dan rontgen dada.
Jika pada kondisi tertentu ditemukan kelenjar pada leher anak, maka dokter akan melakukan biopsy atau pengambilan contoh jaringan pada benjolan yang membesar tersebut.
2. Berat badan anak menurun
Gejala umum berikutnya yang sering terjadi pada anak yang terinfeksi TB adalah masalah berat badan.
Gejala ini ditandai dengan berat badan anak yang sulit naik atau cenderung rendah untuk anak seusianya. Masalah berat badan ini umumnya terjadi berturut-turut selama 2-3 bulan.
Napsu makan anak menurun ketika sakit sebenarnya adalah hal yang wajar. Namun, masalah berat badan disini disebabkan kurangnya asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh untuk melawan bakteri.
Ya, infeksi yang terjadi pada tubuh membuat anak membutuhkan asupan kalori lebih banyak dari biasanya.
Jumlah kalori ini ditujukan untuk melawan bakteri sekaligus memperbaiki jaringan tubuh yang rusak.
Namun sayangnya banyak Orangtua yang tidak menyadari hal ini sehingga kurangnya asupan kalori saat anak terinfeksi menyebabkan berat badan anak cenderung turun sekalipun napsu makannya masih tergolong normal.
Baca juga: Anak Mama Terlalu Kurus? Ini Cara Menaikkan Berat Badan Anak
3. Demam berulang
Anak yang menderita TB kemungkinan akan mengalami demam berulang dalam kurun waktu yang cukup lama.
Meski demikian suhu tubuhnya sebenarnya cenderung hangat, bukan demam tinggi yang umumnya terjadi akibat infeksi bakteri seperti tifus, infeksi saluran kemih, amandel atau demam berdarah.
Baca juga: 8 Cara Alami Atasi Demam Pada si Kecil
4. Batuk lebih dari dua minggu
Batuk menjadi gejala utama dari penyakit TB. Mama perlu curiga ya jika batuk pada anak tidak kunjung sembuh setelah dua minggu pengobatan dan bahkan makin memburuk.
Intensitas batuk umumnya stabil dan terjadi secara terus menerus. Berbeda dengan batuk yang disebabkan alergi ya, Ma, dimana pernapasan dan batuk akan cenderung lebih berat terkena pencetus (allergen) pada malam dan pagi hari. Sedangkan batuk pada anak TB terjadi kapan saja.
Anak yang menderita tuberkulosis juga dapat diamati dari fisiknya yang lemah, lesu dan tidak bersemangat melakukan apapun.
5. Pengobatan rutin selama enam bulan
Setelah mendapat diagnosa yang tepat dari dokter, pengobatan pasien TB biasanya akan dilakukan dengan mengonsumsi obat secara rutin selama 6-8 bulan.
Sementara pada kasus TB yang berat, yakni hingga mencapai selaput otak maka pengobatan berlangsung hingga 12 bulan.
Sayangnya kebanyakan Orangtua seringkali menghentikan pengobatan ditengah jalan ketika kondisi anak dirasa mulai membaik.
Padahal hal itu justru menyebabkan resistensi terhadap obat dan berisiko menyebabkan penyakit berulang dengan tingkat yang lebih parah.
Maka sebaiknya tuntaskan pengobatan hingga dokter benar-benar menyatakan anak bebas TB ya, Ma.
Baca juga: Begini Cara Bedakan Batuk Pilek Biasa dan Alergi pada Batita