Anak Suka Berbicara Sendiri? Ini Dia Fakta Teman Khayalan si Kecil
Ternyata, teman khayalan membantu perkembangan anak lho, Ma!
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Apakah anak Mama pernah bercerita tentang seorang teman yang tidak bisa Mama lihat? Atau anak Mama pernah meminta Mama menyiapkan satu tempat duduk tambahan saat makan malam bersama? Jika iya, kemungkinan besar ia memiliki teman khayalan.
Tidak perlu takut atau berpikir macam-macam, Ma. Bagi anak-anak, memiliki teman khayalan adalah hal yang normal kok. Bahkan, menurut penelitian University of Washington dan University of Oregon, sebanyak 65% anak-anak berusia tujuh tahun mengaku memiliki teman khayalan.
Nah, ternyata keberadaan teman khayalan tidak sekedar untuk teman bermain lho. Ia juga berperan dalam perkembangan anak. Agar Mama semakin mengenal teman khayalan anak, simak fakta-fakta berikut yuk!
1. Hampir sebagian besar anak-anak punya teman khayalan
Seperti yang telah disebutkan, hampir sebagian besar anak-anak pernah memiliki teman khayalan.
Nah, sebagian orangtua masih sering berpikir bahwa anak yang memiliki teman khayalan adalah anak yang pemalu, kesepian, atau sulit bersosialisasi.
Nyatanya, hal tersebut tidak benar lho, Ma. Pendiam maupun supel, pemalu maupun berani, setiap anak bisa memiliki teman khayalan.
Oleh karena itu, berhenti mengkhawatirkan kemampuan bersosialisasi anak saat ia memiliki teman khayalan ya, Ma!
2. Anak-anak mengerti bahwa teman khayalan mereka tidak nyata
Tahukah Mama? Teman khayalan anak tidak selalu memiliki sosok manusia lho. Bisa saja ia berbentuk hewan yang bisa berbicara, unicorn, pegasus, atau gabungan antara hewan dengan manusia.
Bagaimanapun, teman khayalan adalah bentuk imajinasi anak. Jadi, kemunculan sosok-sosok yang aneh sangat mungkin terjadi.
Umumnya, anak-anak bisa mendeskripsikan sosok teman khayalannya secara detail, sampai Mama benar-benar merasa sosok itu nyata. Tapi, jangan khawatir, Ma. Anak-anak tetap mengerti bahwa teman khayalannya tersebut tidak nyata.
3. Mengapa anak-anak memiliki teman khayalan?
Umumnya, anak-anak akan memiliki teman khayalan ketika ia sudah lancar berbicara. Pada saat itu, anak-anak sangat suka bermain dan berinteraksi sosial, namun ia tidak selalu memiliki teman bicara. Oleh karena itu, muncul lah teman khayalan.
Teman khayalan juga bisa muncul ketika anak-anak membutuhkan tempat yang nyaman dan aman untuk bercerita.
Misalnya, bercerita tentang kesedihan dan ketakutan yang mereka hadapi. Dengan bercerita pada teman khayalan, anak-anak tidak merasa takut dimarahi, dicela, ataupun ditertawakan.
4. Teman khayalan berperan dalam perkembangan anak
Tidak hanya sekedar teman bercerita dan bermain, ternyata teman khayalan berperan dalam perkembangan anak lho, Ma. Ia membantu anak untuk beradaptasi dengan lingkungan baru.
Seperti yang Mama ketahui, ada banyak perubahan yang terjadi dalam hidup anak balita.
Mereka mulai tidur sendiri, mulai bergaul dengan teman, mulai masuk sekolah, dan lain-lain. Nah, teman khayalan akan membantu anak dalam menghadapi ketakutannya dan beradaptasi.
Selain itu, teman khayalan juga melatih anak untuk mengelola emosi dan berinteraksi dengan orang lain lho, Ma. Mereka akan melatih kemampuan komunikasi anak.
Bahkan, beberapa penelitian menemukan, anak yang punya teman khayalan memiliki kemampuan kognitif, kreativitas, serta fokus yang lebih tinggi.
5. Bagaimana orangtua harus menyikapinya?
Sebenarnya, keberadaan teman khayalan akan menguntungkan Mama lho. Umumnya, teman khayalan memiliki ketakutan, kesukaan, dan harapan yang sama dengan anak. Oleh karena itu, Mama bisa memahami anak Mama lebih dalam lagi dengan bertanya tentang teman khayalannya.
Namun, Mama juga harus bersikap bijaksana dalam menghadapi teman khayalan anak. Bisa saja anak menyalahkan teman khayalannya saat ia berbuat kesalahan, misalnya saat memecahkan piring. Tidak perlu menyalahkan atau menertawakan imajinasinya, lebih baik Mama mengajak anak untuk bertanggung jawab akan tindakannya.
Itulah fakta-fakta tentang teman khayalan. Kesimpulannya, keberadaan sosok yang tidak terlihat ini adalah hal yang normal. Umumnya setelah anak berusia tujuh tahun dan mulai sibuk dengan kegiatan sekolah, sosok itu akan menghilang.
Meski demikian, Mama harus waspada jika teman khayalan mulai mengganggu kemampuan anak bersosialisasi. Pada saat itu, Mama boleh berkonsultasi dengan psikolog.
Baca juga:
Ma, Apakah si Kecil Punya Teman Khayalan?