Kapan Usia yang Tepat untuk Mendaftarkan Anak ke Sekolah?
Mendaftarkan anak ke sekolah saat ia belum siap akan memengaruhi keberhasilannya
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Seiring pertumbuhan anak, ia akan mencapai usia yang cukup untuk masuk sekolah dan mendapatkan pendidikan formal. Namun, terkadang Mama mungkin bingung. Sebenarnya kapan usia yang benar-benar tepat untuk mendaftarkan anak ke sekolah?
Jika berkaca dari luar negeri, Mama tidak akan mendapatkan jawaban yang pasti.
Pasalnya, setiap negara memiliki standar usia yang berbeda-beda. Sebagai contoh, anak-anak di Swedia mulai bersekolah pada usia empat tahun sedangkan anak-anak di Inggris, Skotlandia, Belanda, dan Australia memulainya pada usia lima tahun.
Pemerintah Indonesia sendiri menetapkan usia 4-5 tahun sebagai usia untuk masuk ke sekolah (TK atau sederajatnya).
Nah, untuk menghilangkan kebingungan Mama, berikut Popmama.com telah merangkum fakta-fakta penting yang berkaitan dengan anak dan usia sekolah. Yuk, disimak Ma!
1. Usia tidak bisa dijadikan tolak ukur
Meskipun pemerintah Indonesia telah menetapkan batas usia untuk mendaftarkan anak ke sekolah formal, ternyata usia tidak bisa dijadikan patokan untuk mendaftarkan anak ke sekolah lho, Ma.
Pasalnya, setiap anak memiliki fase perkembangan yang berbeda-beda.
Sebagai contoh, ada anak yang sudah bisa membaca pada usia tiga tahun, tapi ada juga yang baru bisa membaca dengan baik pada usia yang lebih tua.
Oleh karena itu, kesiapan anak, baik secara fisik dan mental, lah yang seharusnya menjadi patokan.
Menurut Greg Brooks, seorang profesor bidang pendidikan dari Sheffield Univeristy, anak akan tertekan jika masuk sekolah saat belum siap dan hal tersebut seharusnya tidak boleh terjadi.
2. Kesiapan anak akan memengaruhi keberhasilan
Kesiapan anak akan memengaruhi keberhasilannya di sekolah lho, Ma.
Pasalnya, lingkungan sekolah sangat jauh berbeda dengan lingkungan di rumah. Jika anak belum siap, ia akan merespon perubahan tersebut dengan negatif.
Akibatnya, bisa saja anak melihat sekolah sebagai sesuatu yang menakutkan dan menolak untuk datang ke sekolah.
Bahkan, anak bisa kehilangan kepercayaan dirinya jika ia merasa gagal mengikuti kegiatan di sekolah.
Tidak heran jika beberapa ahli berpendapat lebih baik anak terlambat masuk sekolah daripada terlalu dini.
3. Menunda anak masuk sekolah memberikan banyak manfaat
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Stanford Univeristy menemukan bahwa anak-anak yang masuk usia pada usia lebih tua memiliki kontrol diri yang lebih baik.
Mereka pun lebih mudah mengikuti materi pelajaran karena memiliki tingkat fokus yang lebih tinggi.
Hal tersebut bukanlah satu-satunya manfaat yang dirasakan anak lho, Ma.
Untuk mengetahui manfaat-manfaat lainnya dari menunda anak masuk sekolah, Mama bisa membaca Jangan Ragu Menunda Anak Masuk Sekolah! Ini Manfaatnya.
4. Kemandirian sebagai indikator kesiapan anak
Lantas, bagaimana cara menilai bahwa anak sudah siap untuk masuk sekolah? Sebenarnya, ada banyak hal yang perlu Mama amati sebelum memutuskan bahwa anak Mama sudah siap.
Apakah anak sudah tidak menangis jika berpisah dari Mama?
Apakah anak sudah bisa berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain (baik sesamanya maupun orang dewasa)?
Apakah anak sudah mampu mengatasi kondisi tertentu, terutama saat terjadi hal yang tidak seharusnya?
Apakah anak sudah mampu bertanggung jawab menjaga barang-barang miliknya?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu dicari tahu jawabannya sebelum Mama memutuskan.
Jika bisa disimpulkan, kemandirian adalah kuncinya. Saat anak sudah mandiri, itulah saat untuk mendaftarkannya ke sekolah.
5. Anak harus sudah memiliki kemampuan motorik sebelum masuk sekolah
Selain kemandirian, Mama juga harus mengamati kemampuan motorik anak. Pasalnya, kemampuan ini adalah kemampuan dasar yang dibutuhkan anak untuk mengikuti pelajaran di sekolah.
Kemampuan tersebut meliputi kemampuan menulis, menggambar, melipat kertas hingga memakai baju sendiri dan mengikat tali sepatu.
Jangan sampai kegiatan belajar anak di sekolah terhambat karena hal-hal tersebut. Jika demikian, anak bisa saja kehilangan kepercayaan dirinya lho, Ma.
6. Anak harus memiliki stamina yang cukup
Satu lagi yang perlu Mama pertimbangkan sebelum mendaftarkan anak ke sekolah adalah staminanya.
Pasalnya, anak akan mengikuti banyak kegiatan di sekolah, mulai dari bermain, belajar, dan bersosialisasi dengan sesama. Stamina yang cukup tentunya sangat dibutuhkan agar anak dapat mengikuti semua kegiatan di sekolah dengan maksimal dan tidak jatuh sakit karena kelelahan.
Coba perhatikan anak Mama. Jika Ia masih membutuhkan tidur di pagi atau siang hari, Mama bisa mulai mempersiapkan staminanya dengan mengurangi waktu tidurnya secara perlahan.
Umumnya, sekolah memiliki jam khusus untuk anak tidur siang dan beristirahat. Nah, Mama bisa mulai menerapkan jadwal tersebut di rumah agar anak terbiasa.
7. Sekolah dapat membantu peran Mama dalam memberikan pendidikan
Meskipun kesiapan anak sangat penting, ada hal lain yang harus dijadikan pertimbangan, yaitu kondisi lingkungan di rumah.
Sekolah, terutama PAUD, diciptakan untuk membantu perkembangan dan pertumbuhan anak.
Jika kondisi di rumah tidak mendukung anak untuk mendapatkan pendidikan (misalnya Mama dan Papa sama-sama bekerja dan tidak bisa menemani anak seharian), lebih baik Mama memilih sekolah agar anak tetap mendapatkan pendidikan yang ia butuhkan.
Bagaimanapun, usia balita adalah masa-masa emas bagi anak untuk mempelajari dan mengekplorasi banyak hal. Masa-masa ini tidak boleh terlewatkan.
Selain itu, sekolah juga memiliki materi pembelajaran terstruktur dan bervariasi (olahraga, seni, dan lain-lain) yang mungkin tidak bisa Mama ajarkan sendiri di rumah.
Jika disimpulkan, tidak ada jawaban pasti untuk menjawab pertanyaan tentang usia yang tepat untuk mendaftarkan anak ke sekolah.
Jawaban pertanyaan tersebut bervariasi tergantung pada kesiapan anak.
Jika Mama ingin anak memulai masa sekolahnya lebih dini, sebaiknya mulai mempersiapkan mental dan fisik anak ya, Ma.