Infeksi Telinga, Seorang Anak Terkena Tetanus Meringis Kesakitan
Kisah seorang anak yang menderita tetanus setelah terinfeksi telinga menyoroti bahaya penyakit ini
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tetanus, atau yang sering disebut juga dengan penyakit tetanus, adalah infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani. Meskipun tergolong jarang, tetanus dapat menjadi penyakit yang mematikan jika tidak diobati dengan cepat.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari akun Instagram @iansuteja, seorang anak berusia 3 tahun di bawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Aulia Pandeglang karena demam tinggi dan mengalami kejang-kejang berulang.
Untuk menjaga kesehatan diri dan orang-orang di sekitar dari bahaya penyakit ini, penting untuk memahami lebih dalam tentang penyakit ini. Berikut ini Popmama.com telah merangkum informasi mengenai seorang anak terkena tetanus dan hal-hal yang harus diketahui tentang penyakit tersebut.
1. Seorang anak terkena tetanus akibat infeksi telinga
Clostridium tetani dapat masuk ke tubuh melalui luka di kulit, gigi berlubang, atau infeksi telinga. Pada kasus ini, kuman tetanus berasal dari infeksi telinga (bernanah) yang sudah lebih dari 6 bulan.
Kuman tetanus mengeluarkan racun yang menyebabkan seluruh otot tubuh kejang-kejang. Akibatnya anak akan mengalami kejang atau spasme otot dan dalam kondisi sadar penuh, sehingga anak akan menderita sakit luar biasa akibat spasme otot ini.
Kemudian, wajah anak akan tampak menyeringai kesakitan, hal ini disebut Rhisus Sardonicus, yang terjadi karena spasme otot-otot wajah akibat tetanus. Jika dibiarkan, anak menjadi tidak bisa bernafas karena otot-otot pernafasannya juga menjadi kaku. Dari video yang diunggah tersebut, anak sudah mengalami kesulitan menelan ludahnya sendiri, bahkan hingga suara mengorok terdengar saat bernapas.
Tetanus sangat mudah dicegah dengan vaksinasi. Imunisasi tetanus dianjurkan dilakukan pada usia 2, 3, 4, dan 18 bulan, dengan ulangan pada usia 6, 7, dan 12 tahun. Sayangnya, pasien ini belum mendapatkan imunisasi tetanus sejak lahir, sehingga terkena penyakit ini.
Hingga saat postingan diterbitkan, pasien masih dirawat di RSUD Aulia Pandeglang dan belum mendapat rujukan karena kebutuhan ruang isolasi sangat terbatas. Anak harus ditempatkan di ruang isolasi kedap suara kedap cahaya, dan memiliki fasilitas ventilator. Semua rangsangan itu membuat anak mudah kejang.
2. Penularan tetanus
Tetanus adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui kontak dengan spora bakteri Clostridium tetani, yang tersebar luas di lingkungan sekitar kita, terutama di tanah, debu, dan kotoran hewan. Penularan terjadi ketika spora ini memasuki tubuh melalui luka terbuka atau luka yang terkontaminasi.
Bakteri tersebut kemudian menghasilkan toksin yang menyebar melalui aliran darah, meracuni sistem saraf dan menyebabkan gejala khas tetanus. Luka-luka yang paling berisiko adalah yang terkontaminasi dengan tanah, debu, kotoran hewan, atau benda-benda lain yang mungkin terinfeksi oleh spora Clostridium tetani.
3. Bahaya serius penyakit tetanus
Tetanus merupakan penyakit yang berpotensi fatal dan menyebabkan berbagai komplikasi serius jika tidak diobati dengan cepat. Bahaya utama tetanus terletak pada efek toksin yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium tetani, yang merusak sistem saraf dan menyebabkan otot-otot tubuh menjadi kaku dan tegang.
Gejala awalnya mungkin terlihat seperti kram ringan atau kesulitan menelan, tetapi penyakit ini dapat berkembang dengan cepat menjadi kejang yang menyeluruh, termasuk kejang pada rahang (trismus) yang bisa membuat penderitanya sulit untuk membuka mulut atau menelan, serta kejang pada otot leher, dada, dan punggung yang bisa mengganggu pernapasan.
Komplikasi serius tetanus meliputi gangguan pernapasan, gagal jantung, dan bahkan kematian. Karena itu, pencegahan melalui vaksinasi tetanus sangat penting, terutama setelah luka terbuka atau cedera potensial terpapar dengan bakteri penyebab tetanus.
4. Gejala tetanus
Tetanus dapat menimbulkan beragam gejala yang berkembang seiring waktu setelah bakteri Clostridium tetani memasuki tubuh melalui luka terbuka atau luka yang terkontaminasi. Gejala awalnya mungkin ringan, namun semakin parah seiring dengan penyebaran toksin di dalam tubuh.
Gejala umum tetanus meliputi kram otot yang terus-menerus, terutama di rahang (trismus), yang membuat penderitanya sulit untuk membuka mulut atau menelan. Selain itu, seseorang juga mungkin mengalami kekakuan dan kram pada otot-otot leher, dada, dan punggung.
Gejala lain yang mungkin muncul termasuk kesulitan menelan (disfagia), kejang pada otot perut (opisthotonus), demam, keringat berlebih, dan meningkatnya tekanan darah dan denyut jantung. Gejala tetanus bisa berkembang dengan cepat dan menjadi parah, menyebabkan komplikasi serius seperti gangguan pernapasan, gagal jantung, bahkan kematian.
5. Cara pencegahan tetanus
Pencegahan tetanus sangat penting untuk menghindari risiko yang serius terkait penyakit ini. Cara utama untuk mencegah tetanus adalah melalui vaksinasi yang tepat waktu.
Vaksin tetanus biasanya diberikan sebagai bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak-kanak, dengan dosis booster yang direkomendasikan setiap 10 tahun untuk menjaga perlindungan. Selain itu, perawatan luka yang baik juga merupakan langkah penting dalam pencegahan tetanus.
Membersihkan luka dengan air dan sabun untuk menghilangkan kotoran atau benda asing, serta mengaplikasikan antiseptik untuk membunuh bakteri yang mungkin masuk, adalah langkah awal yang penting. Melakukan penutupan luka dengan perban steril atau jahitan jika diperlukan juga membantu mencegah infeksi.
Orang-orang yang memiliki risiko lebih tinggi terkena tetanus, seperti pekerja konstruksi, petani, atau orang-orang yang tinggal di daerah dengan sanitasi yang buruk, harus memperhatikan perawatan luka secara khusus dan memastikan vaksinasi mereka tetap terjaga. Dengan tindakan pencegahan ini, risiko terkena tetanus dapat diminimalkan secara signifikan.
6. Pengobatan tetanus
Pengobatan tetanus melibatkan sejumlah langkah yang bertujuan untuk mengendalikan gejala, mengatasi komplikasi, dan memberikan perlindungan terhadap infeksi sekunder.
Pertama-tama, perawatan medis yang intensif diperlukan untuk mengendalikan kejang dan kram otot yang muncul akibat toksin yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium tetani. Ini sering melibatkan pemberian obat-obatan seperti benzodiazepin atau muskel relaxant untuk meredakan kejang dan kram otot yang menyeluruh.
Selain itu, ventilasi mekanis mungkin diperlukan jika kejang menyebabkan gangguan pernapasan yang parah. Antibiotik juga sering diberikan untuk membantu memerangi infeksi bakteri dan mencegah penyebaran lebih lanjut dari bakteri Clostridium tetani. Perawatan luka yang baik juga penting untuk mencegah infeksi sekunder.
Meskipun pengobatan tetanus dapat membantu mengendalikan gejala dan mencegah komplikasi lebih lanjut, kondisi ini seringkali membutuhkan perawatan intensif di unit perawatan intensif (ICU) dan tingkat pemulihan yang lambat. Oleh karena itu, pencegahan tetanus melalui vaksinasi tetap menjadi langkah yang paling efektif dalam mengatasi penyakit ini.
Nah, itulah informasi mengenai seorang anak terkena tetanus dan hal-hal yang harus diketahui tentang penyakit ini. Melalui pemahaman yang lebih dalam tentang penyakit ini serta langkah-langkah pencegahan yang tepat, kita dapat mengurangi risiko terkena tetanus dan mencegah dampak yang merugikan bagi kesehatan.
Baca juga:
- 3 Alasan Membiarkan Anak Laki-Laki Menangis, Jangan Dilarang!
- 7 Cara Ampuh agar Bisa Lebih Dekat dengan Anak
- Dibully Oleh Netizen, Jawaban Sopan Seorang Anak Viral dan Bikin Kagum