Kenali Penyebab Keterlambatan Bicara pada Anak!
Ketahui penyebab keterlambatan bicara pada anak dan cara pencegahannya
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Keterlambatan bicara pada anak merupakan masalah yang sering terjadi di banyak negara, termasuk Indonesia. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), keterlambatan bicara bisa berdampak besar pada kehidupan anak, terutama dalam hal emosi, sosial, dan kognitif.
Orangtua harus memahami tonggak perkembangan bicara anak untuk bisa mengenali gejala awal keterlambatan ini.
Dalam seminar daring yang diadakan pada Selasa (15/10/ 2024), Dr. Fitri Hartanto, Sp.A(K), dari Unit Kerja Koordinasi (UKK) Tumbuh Kembang - Pediatri Sosial IDAI, menegaskan pentingnya peran orangtua dalam mendeteksi keterlambatan bicara sedini mungkin. "Bahasa dan bicara adalah indikator utama perkembangan kognitif dan psikomotor anak. Deteksi dan intervensi dini sangat krusial untuk mencegah gangguan perkembangan di kemudian hari," jelas Dr. Fitri.
Di Indonesia, kasus keterlambatan bicara cukup tinggi. Di RS Kariadi Semarang, misalnya, pada tahun 2022 terdapat 375 anak yang mengalami keterlambatan bicara dari total 3.711 kunjungan. Kasus seperti ini menunjukkan bahwa masalah keterlambatan bicara perlu mendapatkan perhatian khusus.
Bagaimana cara mengenali dan mengatasi keterlambatan bicara pada anak? Simak ulasannya dalam artikel ini yang telah dirangkum oleh Popmama.com.
Perbedaan Gangguan Bahasa, Bicara, Late Talker, dan Autisme
Seringkali orangtua kesulitan membedakan antara gangguan bahasa, gangguan bicara, late talker, dan autisme. Gangguan bahasa berkaitan dengan kemampuan anak untuk memahami dan mengekspresikan pesan, baik melalui bahasa ekspresif (kemampuan menyampaikan pesan) maupun reseptif (kemampuan memahami pesan).
Di sisi lain, gangguan bicara lebih berfokus pada kemampuan anak untuk menghasilkan bunyi atau ucapan yang dapat dimengerti oleh orang lain. Anak dengan gangguan bicara sering kesulitan membentuk suara dengan tepat, membuat kata-katanya sulit dipahami.
"Gangguan bicara tidak selalu menunjukkan adanya masalah kognitif atau autisme. Autisme memiliki ciri utama berupa kesulitan dalam interaksi sosial dan pola perilaku yang berulang." Ungkap Dr. Fitri.
Late talker, atau anak yang berbicara terlambat, merupakan kondisi di mana anak mengalami keterlambatan dalam berbicara, tetapi tanpa adanya gangguan perkembangan lainnya. Late talker biasanya tidak memiliki masalah kognitif atau motorik lain yang signifikan.
Gangguan bahasa seringkali menyebabkan anak kesulitan dalam memahami apa yang dikatakan oleh orang lain, atau menyampaikan pesannya dengan baik. Anak yang mengalami gangguan bicara, di sisi lain, mungkin memahami bahasa dengan baik namun kesulitan dalam mengucapkannya dengan jelas.
Autisme, meskipun juga mempengaruhi kemampuan bicara, ditandai dengan pola perilaku yang berbeda dan sulitnya berinteraksi sosial secara timbal balik. Oleh karena itu, sangat penting untuk membedakan setiap kondisi ini agar orangtua dapat memberikan intervensi yang sesuai.
Mengenal Keterlambatan Bicara pada Anak
Keterlambatan bicara atau speech delay merujuk pada kondisi di mana kemampuan bicara anak tidak sesuai dengan usia perkembangan normalnya. Pada usia 18-35 bulan, 15% anak mengalami keterlambatan bicara, dan sekitar 82% dari mereka yang terlambat bicara pada usia 30 bulan akan mengalami gangguan perkembangan lain.
Menurut Dr. Fitri, "Perkembangan bicara dan bahasa adalah indikator awal prediksi gangguan perkembangan psikomotor dan kognisi pada anak." Oleh karena itu, deteksi dan intervensi dini sangat penting untuk menghindari dampak jangka panjang pada perkembangan anak.
Beberapa faktor penyebab keterlambatan bicara dapat dikategorikan menjadi faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik termasuk gangguan kognitif, masalah perilaku, gangguan saraf, atau kelainan pada organ bicara seperti bibir sumbing atau masalah pada pita suara.
Sementara itu, faktor ekstrinsik seperti kurangnya stimulasi dari lingkungan, pola asuh yang permisif, overstimulasi media elektronik, dan penggunaan bahasa yang tidak konsisten di rumah (misalnya, penggunaan bahasa ganda atau bilingual) juga dapat mempengaruhi perkembangan bicara anak.
Anak yang mengalami keterlambatan bicara sering kali menunjukkan gejala seperti tidak merespon ketika dipanggil, tidak meniru suara, atau tidak menggunakan kata-kata sederhana pada usia yang seharusnya.
Pengaruh Screen Time pada Keterlambatan Bicara
Di era digital ini, penggunaan media elektronik atau screen time pada anak menjadi salah satu penyebab utama keterlambatan bicara. Banyak orangtua yang memberikan gadget kepada anak mereka dengan alasan agar anak menjadi lebih tenang, atau bahkan agar anak dapat belajar lebih cepat melalui konten-konten digital. Sayangnya, penggunaan screen media yang berlebihan justru memiliki dampak negatif pada perkembangan bicara anak.
Salah satu efek langsung dari screen time yang berlebihan adalah anak menjadi kurang responsif terhadap suara manusia di sekitarnya. Anak-anak yang terlalu banyak menonton media elektronik dengan volume tinggi cenderung tidak merespon suara orangtua yang berbicara dengan volume normal.
Dr. Fitri menjelaskan, "Penggunaan media elektronik dapat menyebabkan overstimulasi visual pada anak, yang berdampak pada gangguan konsentrasi dan kemampuan belajar."
Selain itu, screen time yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan lainnya seperti gangguan pendengaran, penglihatan, serta keterlambatan perkembangan motorik dan sosial. Anak-anak yang sering terpapar layar cenderung kurang beraktivitas fisik, yang kemudian dapat mempengaruhi perkembangan motoriknya.
Dampak lain dari screen time termasuk gangguan tidur, obesitas, serta penurunan kemampuan belajar akibat sinar biru yang dipancarkan oleh gadget. Oleh karena itu, sangat penting bagi orangtua untuk membatasi waktu layar anak mereka dan lebih fokus pada interaksi langsung.
Cara Mencegah Keterlambatan Bicara pada Anak
Pencegahan keterlambatan bicara pada anak dapat dimulai sejak dini dengan stimulasi yang tepat. Orangtua disarankan untuk selalu berinteraksi secara verbal dengan anak, meskipun anak masih dalam tahap bayi.
"Stimulasi bicara dapat dimulai dengan mengajak bayi berbicara secara rutin sejak lahir, meski mereka belum mampu merespon dengan kata-kata." Jelas Dr. Fitri.
Stimulasi bicara yang baik harus melalui tahapan pengenalan, pemahaman, dan pengucapan. Tahap pengenalan melibatkan sensor-sensor pendengaran, penglihatan, dan perabaan. Anak-anak akan mulai memahami kata-kata dan suara yang sering mereka dengar sebelum akhirnya meniru dan mengucapkannya.
Pemahaman terjadi ketika anak mulai mengerti makna dari kata-kata yang sering didengar, sedangkan pengucapan adalah tahap di mana anak mulai mencoba mengucapkan kata-kata tersebut.
Orangtua juga disarankan untuk tidak terlalu sering menafsirkan bahasa tubuh anak, karena hal tersebut dapat menghambat anak dalam belajar menggunakan kata-kata untuk menyampaikan keinginan atau perasaannya. Jika ada tanda-tanda keterlambatan dalam perkembangan bicara anak, segeralah berkonsultasi dengan dokter atau ahli tumbuh kembang untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Dengan memahami faktor-faktor penyebab dan cara mencegah keterlambatan bicara, orangtua dapat membantu anak mereka mengatasi masalah ini sejak dini.
Baca juga:
- Benarkah Mengajarkan Anak 2 Bahasa Dapat Sebabkan Speech Delay?
- Cara Mengemukakan Kekhawatiran Perkembangan Bicara dan Bahasa Anak
- 5 Cara Melatih Anak agar Lebih Lancar Berbicara