Waspada, Inilah 5 Bahayanya Sering Melakukan Kekerasan pada Anak
Anak yang terbiasa menerima kekerasan bisa tumbuh menjadi sosok arogan
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Menghadapi tingkah laku Si Kecil yang kadang menjengkelkan, membuat Mama harus sekuat tenaga menahan emosi.
Apalagi jika ia sudah mulai mengenal dunia luar atau sekolah. Banyak hal di luar sana yang berpotensi memberi pengaruh negatif, sehingga tingkah laku anak Mama kadang tak terkendali.
Sekali dua kali diingatkan dengan ucapan, ia tak menunjukkan perubahan apa-apa dan malah makin membangkang.
Mama menjadi dilema, harus mulai membentak atau tetap bersabar memperlakukan secara baik-baik.
Lama-kelamaan, melihat tingkahnya tak kunjung berubah, Mama tanpa sadar mulai memberinya peringatan fisik.
Awalnya mungkin hanya menjewer atau mencubit, tapi kalau tidak segera Mama atasi, bisa menjadi kebiasaan memberinya peringatan berupa tindakan fisik. Aduh, jangan ya Ma!
Mama perlu tahu, Berikut ini Popmama.com merangkum 5 dampak negatif kekerasan pada anak. Ketahui yang akan terjadi pada si Kecil, jika terbiasa menerima kekerasan fisik dari orangtuanya.
1. Memupuk rasa takut dan dendam
Teguran fisik yang anak terima memicu rasa takut mendalam dalam dirinya. Tak jarang perasaan itu tumbuh menjadi dendam jika terus dibiarkan.
Meski bekas cubitan atau pukulan ringan di kulitnya sudah hilang, ia mengingat jelas sensasinya.
Perpaduan takut, cemas, dan rasa sakit yang tak bisa ia utarakan pada Mama atau Papa, tersimpan sebagai dendam.
2. Sensitif terhadap hukuman
Karena terbiasa mendapat hukuman berupa kontak fisik, Si Kecil menjadi sensitif terhadap kata “hukuman” itu sendiri.
Jika suatu saat ia melakukan kesalahan di tempat lain, wujud hukuman yang ada di benaknya adalah seperti apa yang dilakukan Mama dan Papa.
Hal sebaliknya juga terjadi ketika ia merasa harus menghukum seseorang. Jika ada orang lain yang membuatnya jengkel atau marah, ia tak segan-segan mengganjarnya dengan kekerasan.
3. Kehilangan kepercayaan pada orang dewasa
Anak yang sering mendapat kekerasan fisik di rumah juga berpotensi kehilangan kepercayaan pada orang dewasa.
Ia akan menanamkan anggapan dalam benaknya, bahwa semua orang dewasa adalah sosok menakutkan yang bisa dengan mudah memukul atau mencubit.
Jika Mama dan Papa tak kunjung menyadari hal ini, Si Kecil akan terus tumbuh dengan anggapan tersebut di kepalanya.
Ia bisa menjadi pribadi yang mudah membenci orang lain, dan sering merasa terancam tanpa sebab.
4. Memberinya anggapan bahwa kekerasan adalah solusi
Mama dan Papa melakukan kekerasan pada Si Kecil sebagai ganjaran atas perbuatan nakalnya.
Hal yang tertanam di benaknya adalah menganggap kekerasan sebagai solusi. Karena ia tak mau menurut, mengabaikan teguran Mama, maka hasilnya adalah ia harus siap dijewer, dipukul, dicubit, atau malah diguyur air secara paksa di kamar mandi.
Anak-anak adalah peniru terbaik di dunia. Apa yang dilakukan orang-orang dewasa di sekitarnya menjadi panutan hingga nanti.
Kekerasan juga yang akan ia jadikan solusi untuk masalah yang dihadapi kelak. Jika ia merasa buntu, bingung mencari jalan keluar dan tertekan, melakukan kekerasan bisa dijadikan bentuk pelampiasan emosi.
5. Memicu Perilaku Bullying
Ada beberapa bentuk perilaku bullying, salah satunya adalah penindasan secara fisik. Anak yang terbiasa menyaksikan atau menerima tindakan kekerasan fisik, berpotensi kuat menjadi pelaku bullying jenis ini.
Ia mampu mencontoh dengan baik kekerasan yang sebelumnya ditimpakan kepadanya.
Mengerikan ya Ma, dampak yang terjadi pada psikologi anak setelah ia mendapat kekerasan fisik. Mulai berlatih tahan emosi dari sekarang ya.
Itulah dampak negatif kekerasan pada anak bagi si Kecil. Yuk, bijak dalam bersikap dan mengatakan sesuatu pada si Kecil.
Baca juga:
- Keji! Penemuan Jasad Anak 7 Tahun, Diduga Ada Kekerasan Seksual
- Manajer Restoran Bantu Anak 11 Tahun Dari Kekerasan Orangtua
- Seringkali Melakukan Kekerasan pada Anak, Ini 7 Tanda Pola Asuh Toxic