Hindari Pelecehan Seksual Terhadap Anak dengan Cara Ini
Pelecehan seksual bisa datang dari siapa saja, bahkan orang terdekat lho, Ma
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Saat ini begitu banyak kasus tentang pelecehan seksual terhadap anak-anak di bawah umur.
Mirisnya pelaku pelecehan seksual itu bukan orang asing melainkan orang yang ada di sekitar kita, bahkan tak jarang adalah orang-orang yang kita percaya.
Mama tentu khawatir dan takut meninggalkan si Kecil sendirian tanpa pengawasan, seperti ketika mereka sedang berada di sekolah, tempat temannya, atau bahkan di rumah bersama dengan supir atau asisten rumah tangga.
Efek dari pelecehan seksual itu sendiri, dapat berdampak buruk bagi psikologi anak hingga ia dewasa nanti.
Hal ini dapat membuat mereka trauma berkepanjangan, hidup dalam ketakutan, merasa rendah diri dan tidak percaya diri, serta berbagai masalah psikologi lainnya.
Namun seringkali, banyak anak yang tidak tahu jika dirinya sedang dilecehkan, atau ada pula yang tidak berani terus terang pada orangtuanya jika ia pernah mengalami pelecehan tersebut.
Untuk menghindari hal tersebut, berikut cara yang bisa Mama lakukan untuk mencegah si Kecil mengalami pelecehan seksual.
1. Ajarkan anak tentang tubuh mereka
Mulai dari balita, Mama harus memberitahu si Kecil soal tubuh mereka.
Misalkan memberitahu soal nama-nama bagian tubuh seperti perut, dada, hingga bagian paling sensitif seperti bokong, alat kelamin, dan lainnya.
Selain mengenalkan nama-nama Mama juga dapat sedikit demi sedikit memberitahu fungsi sederhana dari bagian tubuh itu. Dapat pula disinggung soal privasi dari alat kelamin, dan mengapa hal tersebut menjadi privasi.
Ketika si Kecil sudah mulai mandiri dapat mandi dan menggunakan pakaian sendiri, cobalah untuk tidak lagi mandi bersama mereka dan ajarkan juga jika ada beberapa hal yang bersifat privasi dan perlu dilakukan sendiri bukan bersama orang lain.
2. Beritahu bagian intim adalah privasi dan hanya ia yang boleh memegangnya
Tekankan dan tanamkan pada si Kecil tubuhnya adalah miliknya sendiri, dan tidak ada satu pun orang yang boleh memegangnya tanpa seijinnya, atau sepengetahuan Mama dan Papa.
Jikalaupun dokter atau perawat ingin memeriksa bagian tubuhnya, atau daerah intimnya, semua harus sesuai ijinnya sendiri, atau Mama sebagai orangtuanya.
Ajarkan si Kecil untuk berani berkata “tidak” jika ada orang yang memaksanya untuk membuka baju, atau ingin memegang alat kelamin mereka.
Memegang bagian intim juga bukan hal tabu, tapi bukan dilakukan di area publik, dan hanya dirinya sendirilah yang dapat memegangnya, bukan orang lain.
Sedari kecil pun, Mama sudah dapat menjelaskan soal edukasi seks pada anak, dengan bahasa Mama sendiri.
Supaya mereka memahami dan menyadari bahwa alat kelamin penting dijaga, dan ada hal-hal yang hanya dapat dilakukan oleh orang dewasa.
3. Tanamkan rasa percaya pada anak
Seringkali anak merasa segan atau takut untuk bercerita pada Mama.
Sedari kecil, Mama harus membangun kepercayaan pada anak, dengan cara sering berbagi cerita satu sama lain.
Komunikasi adalah hal terpenting dalam keluarga, terutama dengan anak.
Bangun suasana positif di rumah, jangan terlalu cuek terhadap anak, dan selalu luangkan waktu jika si Kecil ingin bercerita.
Dengan membangun aura positif, anak akan merasa aman dan percaya dengan Mama, sehingga bebas menceritakan apa saja tanpa rasa takut ataupun segan.
4. Ajarkan anak untuk terbuka dengan Mama
Apabila Mama adalah seorang pekerja kantoran, atau berwirausaha, sesibuk-sibuknya dengan pekerjaan, usahakan untuk selalu memiliki waktu untuk berkomunikasi dengan anak.
Jika anak Mama cenderung introvert atau sulit untuk bercerita, coba lakukan sesi komunikasi privat berdua dan yakinkan si Kecil jika Mama dapat dipercaya untuk diceritakan apa saja.
Mama dapat memulai dengan bercerita tentang keseharian atau tentang diri Mama untuk memancing si Kecil mau menceritakan tentang dirinya.
Mama juga perlu peka melihat kondisi si Kecil, apakah ia dalam kondisi sedih, tidak bersemangat, atau sedang gelisah.
Beritahu padanya, tak ada satupun rahasia yang tidak bisa diceritakan pada Mama. Semua rahasia, asal dengan Mama tentu akan aman.
5. Beritahu apa yang harus dilakukan ketika mereka dalam bahaya
Seringkali “penjahat” selalu tahu bagaimana cara menarik perhatian atau membujuk anak kecil.
Mama perlu memberitahu anak, jika ia merasa ada yang aneh, ada orang lain yang menyuruhnya untuk membuka baju dan mulai menyentuh daerah intimnya, ia harus berani mengatakan tidak, dan cepat memberitahu orang dewasa yang ia percaya di sekitarnya.
Misalnya guru yang ia percaya, atau kakek neneknya, atau Mama sendiri.
Mama juga dapat memintanya untuk menghapal nomor handpone Mama, atau nomor rumah jika ada hal urgent.
Namun, jangan pernah tulis nama anak di tas sekolahnya, atau bajunya, untuk menghindari penjahat memanfaatkan hal tersebut.
Pastikan juga anak Mama tidak mudah terbujuk hanya dengan rayuan permen, hadiah, uang, dan sebagainya.
Mama bisa coba berlatih akting sesekali di rumah dengan si Kecil untuk membuktikan jika ia mengerti dengan yang Mama ajarkan atau inginkan.
Apabila suatu saat ia hilang di mall atau tempat wisata, Mama juga perlu memberitahu kemana si Kecil harus melapor. Seperti paada petugas keamanan atau bagian informasi.
6. Jangan posting foto anak sembarangan
Seringkali, pemicu anak terkena pelecehan seksual berasal dari Mama sendiri.
Apa Mama sering mengunggah foto si Kecil di media sosial?
Mungkin saja Mama sering mengupload foto-foto yang tidak sepantasnya, seperti foto telanjang mereka saat bayi, atau foto anak saat sedang habis mandi.
Hati-hati Ma! Hal ini juga dapat menjadi salah satu pemicu “penjahat” melakukan pelecehan seksual.
Ingat, pelecehan seksual tidak hanya datang dari orang asing, tapi juga bisa dari orang terdekat. Jadi pastikan Mama menggunakan media sosial secara bijaksana.
7. Dampingi anak saat sedang menonton YouTube atau mengakses internet
Di era digital, tentu Mama dan Papa sudah mulai mengajarkan tentang penggunaan gadget, internet, dan sebagainya bukan?
Penggunaan gadget dan internet, ataupun pilihan tontonan anak di televisi perlu mendapatkan perhatian penuh dari orangtua.
Pastikan si Kecil menonton tontonan yang tepat, dan mengakses situs-situs yang memang khusus untuk anak kecil.
Jika ada konten dengan bahasa kasar atau adegan dewasa di iklan, Mama dapat memberitahu si Kecil dan memberinya pengertian.
Yang terpenting Mama harus mendampingi si Kecil dalam setiap pengaksesan internet di rumah, supaya konten negatif tidak menjadi boomerang bagi si Kecil.
Bacajuga:
- Nasib Anak-Anak yang Menjadi Korban Kekerasan Seksual
- Tanda-Tanda Kekerasan Seksual pada Anak
- KPAI: Setop Glorifikasi Pelaku Kekerasan Seksual Terhadap Anak