7 Alasan Mengapa Balita Tidak Lagi Bermain dengan Mainannya
Coba perhatikan, apakah mainan yang diberikan sudah sesuai usia anak?
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sebagai orangtua, Mama terkadang selalu mempertanyakan diri sendiri dan berusaha melakukan yang terbaik untuk anak-anak. Inilah yang membuat Mama ingin mendorong balita untuk mengeksplorasi banyak hal dengan cara yang menyenangkan, misalnya dari mainan.
Namun tak jarang, mainan-mainan baru tersebut hanya dimainkan sebentar sebelum diletakkan kembali di kotak penyimpanan. Sehingga Mama bertanya-tanya, "Mengapa anak saya tampak kehilangan minat pada mainan begitu cepat?"
Ketahuilah bahwa ini sangat normal, dan Mama tidak sendirian mengalaminya!
Ada beberapa alasan mengapa balita tidak lagi bermain dengan mainannya, dan kali ini Popmama.com telah merangkum tujuh alasan yang paling umum terjadi.
Baca terus ya Ma!
1. Balita sangat fokus pada keterampilan motorik kasar
Alasan paling jelas mengapa balita tidak mau duduk dan bermain adalah, di usia ini anak sedang mementingkan kemampuan motorik kasarnya. Balita (12-24 bulan) sangat terlibat dalam aktivitas motorik kasar dan pengembangan kemampuan motorik kasar.
Ia terus tertarik untuk mendorong batas dan mengeksplorasi kemampuan di tubuh kecilnya. Anak juga menemukan keseimbangan, kecepatan, kemampuan memanjat, kekuatan, koordinasi seluruh tubuh mereka sendiri, dan sebagainya.
Ketika si Kecil lebih tertarik pada aktivitas motorik kasar, ini juga menguntungkan, karena ia akan mengembangkan "peta tubuh" untuk otaknya agar bisa mengoordinasikan lengan dan kakinya semakin maksimal.
Sehingga, berikan waktu kepada balita untuk mengembangkan kemampuan motorik kasarnya, agar ia dapat lebih mahir dengan keterampilan motorik halusnya ketika saatnya tiba.
2. Balita menjelajahi dunia dengan caranya sendiri
Balita mungkin bereksperimen menggunakan mainan dengan cara yang menurut Mama "salah" sebagai orang dewasa. Sangat mudah untuk percaya bahwa anak tidak tertarik dengan mainannya karena ia hanya menyeretnya dari satu tempat ke tempat lain, atau tidak bermain dengan cara seperti yang Mama harapkan.
Namun tentu saja, anak-anak melihat sesuatu secara berbeda dari orang dewasa. Ketika anak berinteraksi dengan mainannya menggunakan cara apa pun, disadari atau tidak, itu adalah caranya untuk mengeksplorasi dan belajar.
Ingatlah bahwa Mama akrab dengan mainan tersebut, karena pengalaman bertahun-tahun atau secara naluriah Mama telah memahami apa yang dilambangkan mainan, cara memainkannya, tujuan objek, warna, rasa, berat, cara memegangnya, ukurannya dalam kaitannya dengan mainan lain, dan sebagainya.
Namun, untuk balita, semua ini masih dalam proses. Saat ini, anak baru mulai merekam pertemuan pertamanya dan masih mencari tahu bagaimana mainan ini bekerja. Jadi beri anak waktu untuk melakukan hal itu, biarkan ia bermain dengan mainannya, menggunakan caranya sendiri.
3. Balita memiliki rentang perhatian yang pendek
Bukan rahasia umum lagi jika rentang perhatian balita pendek. Sehingga, jangan berharap si Kecil akan duduk diam dan memperhatikan aktivitas yang dijadwalkan.
Balita mungkin sangat terlibat dalam hobi baru dan duduk untuk waktu yang lebih lama sekitar 5-10 menit. Dan kemudian hari saat melakukan aktivitas yang sama, ia hanya bertahan selama 1-2 menit.
Itu sangat khas!
Ia hanya perlu meluangkan waktu sedikit lebih lama saat pertama kali menggunakan mainan atau aktivitas barunya.
Namun, ini tidak berarti bahwa anak-anak tidak belajar dalam 1-2 menit itu, atau ia kehilangan minat pada aktivitas atau mainan tersebut. Hal ini karena anak tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk melihat mainan yang sama lagi di kemudian hari.
4. Mainan yang diberikan mungkin tidak sesuai usia anak
Ketika berbicara tentang seberapa besar anak balita menghargai mainan, kesesuaian usia adalah aspek besar.
Pertimbangkan rentang usia yang disarankan perusahaan mainan tersebut sebagai pedoman, dengan mempertimbangkan pertumbuhan anak.
Selain karena masalah keamanan, Mama dapat melihat apakah saat ini si Kecil sudah memperoleh keterampilan yang diperlukan di mainan ini, atau belum.
Jika belum, Mama bisa menunda untuk membelinya, dan memperkenalkan anak pada mainan yang sesuai dengan kemampuannya terlebih dahulu, daripada mainan baru tersebut langsung masuk ke kotak penyimpanan dalam waktu yang sulit diprediksi.
5. Orangtua kurang memberikan anak ruang untuk belajar dan tumbuh
Yup, orangtua adalah teman bermain pertama anak, tetapi Mama juga harus memberikannya ruang untuk belajar dan tumbuh.
Dilansir dari The Pinata Toys, merekomendasikan untuk membiarkan balita beberapa menit bereksperimen dengan mainannya sendiri beberapa kali, sebelum Mama melompat untuk membantu.
Ini akan membantu balita untuk belajar banyak!
Pastikan untuk mempertahankan dialog dan dorong anak untuk membuka proses berpikirnya, tanpa mengoreksinya secara terburu-buru
6. Otak balita yang tumbuh dengan cepat
Pada saat anak-anak berusia 3 tahun, otak mereka telah mencapai 80 persen dari volume orang dewasa. Karena pertumbuhan yang cepat ini, si Kecil mungkin bosan dengan mainan hanya setelah beberapa hari.
Meskipun begitu, Mama dapat merasa bahagia dengan manfaat luar biasa dibaliknya!
Nah untuk mencegah anak bosan, Mama dapat mengelompokkan mainan-mainan anak dalam beberapa kotak penyimpanan. Lalu ganti kotak mainan setiap satu minggu atau dua minggu sekali, agar anak merasa tetap waspada dan tertarik dengan mainan yang terus berganti.
Atau jika Mama ingin lebih hemat, pertimbangkan untuk menyewa mainan.
7. Balita hanya tidak tertarik dengan mainannya
Kita terkadang lupa bahwa anak-anak hanyalah manusia kecil dengan kesukaan, ketidaksukaan, dan preferensinya sendiri.
Sehingga, terus perkenalkan mainan baru setiap beberapa minggu untuk mengamati mana yang menarik perhatian balita. Percayalah, anak pasti ingin bermain meskipun bukan dengan mainan yang Mama harapkan.
Nah itulah beberapa alasan mengapa balita tidak lagi bermain dengan mainannya. Setiap anak itu unik, jadi tidak heran jika dalam hal waktu bermain, si Kecil ingin membuat Mama terus menebak-nebak.
Jangan menyerah pada waktu bermain. Sebagai gantinya, pertimbangkan karakteristik anak dan usianya saat berbelanja mainan. Atau cobalah menyewa mainan selama beberapa bulan untuk lebih memahami mainan apa yang akan dinikmati balita.
Baca juga:
- 7 Ide Permainan untuk Balita saat Mandi agar Lebih Menyenangkan
- 10 Ide Permainan Edukasi yang Menyenangkan untuk Anak Balita
- 10 Cara Mengajarkan Anak Balita Membereskan Mainan Sendiri