Apakah Fobia yang Dimiliki Orangtua dapat Menurun pada Anak?
Fobia dibangun dari waktu ke waktu dan sering diturunkan ke generasi berikutnya
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ada banyak faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seorang anak, dan seringkali faktor genetik atau keturunan menjadi kunci utama pada perkembangan fisik hingga kepribadian seorang anak.
Termasuk dalam hal ketakutam atau fobia. Setiap manusia memiliki ketakutannya pada sesuatu, misalnya Mama takut akan ketinggian atau takut dengan ruang sempit. Inilah yang membuat Mama mungkin bertanya-tanya, apakah anak juga memiliki ketakutan yang sama?
Untuk mengetahui informasi pengaruh genetik pada fobia seorang anak, berikut ini Popmama.com telah merangkum jawaban dari pertanyaan Mama seputar apakah fobia yang orangtua punya dapat menurun pada anak.Simak informasinya di bawah ini ya Ma!
1. Apa itu fobia?
Dilansir dari Harvard Health, mendefinisikan fobia sebagai ketakutan atau gangguan kecemasan yang terus menerus sehingga menyebabkan seseorang memiliki rasa takut atau panik yang intens saat dihadapkan pada hal, aktivitas, atau situasi yang ditakuti.
Seseorang dapat mengembangkan fobia setelah pengalaman buruk atau pertemuan dengan objek, orang, atau situasi bahaya yang menyebabkan kesulitan.
The Anxiety and Depression Association of America (ADAA) menyatakan bahwa sekitar 19 juta orang di Amerika Serikat memiliki fobia spesifik, mulai dari ringan hingga berat.
Seseorang dapat memiliki fobia dari masa kanak-kanak, dan ketakutan ini mulai diperkuat ketika berusia antara 15 dan 20 tahun.
2. Bagaimana fobia dapat diturunkan?
Sebuah studi ilmiah menunjukkan bahwa ketakutan atau fobia dapat diturunkan dari generasi ke generasi, dan pengasuhan orangtua juga dapat berkontribusi untuk mengembangkan ketakutan tersebut pada anak.
Fobia adalah ingatan genetik yang mirip dengan ingatan lain yang dibangun dari waktu ke waktu dan sering diturunkan ke generasi berikutnya.
Sebuah penelitian pada hewan dalam jurnal Nature Neuroscience menunjukkan tikus laboratorium yang dilatih untuk menghindari bau bunga sakura meneruskan ketidaksukaan mereka sampai ke "cucu" mereka. Penelitian ini dinilai sangat penting untuk penelitian kecemasan dan fobia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman traumatis mempengaruhi DNA dalam sperma dan mengubah pikiran dan perilaku generasi penerus.
3. Bisakah mencegah fobia pada anak?
Dilansir dari WebMD, hingga saat ini belum ada obat yang diakui untuk ketakutan yang irasional atau fobia, tetapi anak-anak dapat memperoleh keterampilan bertahan hidup dari orangtua mereka.
Jika Mama dapat mengajarkan anak keterampilan koping yang aktif, anak-anak cenderung dapat mengatasi fobianya dengan baik atau tidak memiliki fobia.
Alasan mengapa belum ada obat yang diakui untuk fobia adalah karena para ilmuwan kesehatan mental belum menemukan banyak hal tentang mengatasi rasa takut.
4. Bagaimana cara mengatasi fobia pada anak?
Walau belum ada obat untuk menyembuhkan fobia, Ketakutan yang tidak realistis pada anak dapat diobati. Saat merasa takut dan cemas, bagian otak yang menerapkan fakta dan logika untuk merasionalisasi rasa takut agar merasa aman, sedang terputus.
Inilah sebabnya penting untuk bersikap tenang akan membuat anak-anak dan orangtua lebih terbuka untuk mengatasi ketakutan mereka secara berbeda. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan orangtua untuk mengatasi fobia pada anak, yaitu:
Perkenalkan anak pada fobia yang dimiliki orangtuanya
Dorong anggota keluarga lainnya untuk menggambarkan kurangnya rasa takut pada fobia yang dimiliki.
Misalnya, jika Mama takut pada hewan peliharaan seperti anjing, Mama dapat membiarkan pasangannya atau orang lain di rumah memperkenalkan si Kecil ke anjing tersebut dan bermain dengannya.
Perhatikan bahasa yang digunakan
Selain itu, perhatikan bahasanya. Mudah bagi orangtua yang cemas untuk terus mengingatkan anak agar 'berhati-hati' atau 'hati-hati'.
Meminta balita untuk 'berhati-hati' di sekitar hal-hal atau situasi yang Mama takuti, justru membuatnya melihat hal yang 'biasa' saja menjadi menyeramkan.
Ini juga tidak mendorong anak untuk memecahkan masalah dengan mengambil risiko.
Jujurlah dengan ketakutan yang dimiliki
Kemudian jujurlah tentang ketakutan Mama dengan berbicara dengan keluarga, teman, atau terapis. Jangan berusaha mengabaikan penderitaan yang dialami karena takut dihakimi atau diolok-olok.
Dengan terbuka pada fobia yag dimiliki, orang-orang di sekitar akan dapat sepenuhnya memahami kegelisahan yang Mama alami. Mereka juga akan bersedia untuk menjaga balita ketika Mama sedang berjuang mengatasi fobia yang dimiliki.
Meskipun keluarga, teman, dan terapis Anda dapat memberikan dukungan utama, berbicara dengan seseorang yang juga berjuang dengan fobia dapat membuat segalanya lebih mudah untuk dikelola.
Temukan komunitas dukungan yang tepat secara online atau offline, dan setelah terhubung dengan orang lain yang berbagi pengalaman serupa, Mama akan lebih mengetahui beberapa solusi lain untuk mengatasi fobia yang dimiliki.
Nah itulah informasi seputar fobia dan pengaruh genetik. Dengan mengetahui keterampilan koping yang tepat, ini dapat membantu Mama untuk mengatasi fobia yang mengganggu, serta juga mencegah si Kecil mengembangkan fobia saat usianya bertumbuh.
Semoga informasinya membantu ya Ma!