8 Kebiasaan Buruk yang Bisa Anak Ikuti dari Orangtuanya
Penting bagi orangtua untuk berhati-hati dalam bersikap dan memberikan contoh pada anaknya
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Baik disadari atau tidak, anak-anak adalah pembelajar yang cepat. Dengan daya tangkap yang tinggi, ia memiliki rasa ingin tahu yang kuat terhadap sesuatu, dan mempelajarinya dengan cepat dari lingkungan sekitarnya.
Kebiasaan buruk tidak berkembang dalam semalam. Seorang anak dapat mengambil kebiasaan buruk ini dari teman-temannya atau bahkan dari orangtua.
Kebiasaan buruk orangtua ini mungkin tampak cukup normal, tetapi begitu anak mempelajarinya, Mama mungkin akan merasa kewalahan hingga stres untuk mencari cara dalam mengatasinya. Bahkan beberapa dari kebiasaan buruk ini tetap bersama anak sampai usia dewasa
Untuk membuat para orangtua lebih berhati-hati dalam memberikan contoh, berikut ini Popmama.com telah merangkum delapan kebiasaan buruk yang bisa anak ikuti dari orangtuanya. Yuk simak!
1. Kurangnya menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan sekitar
Sangat penting untuk menjaga kebersihan pribadi untuk diri sendiri dan anak. Kebiasaan kebersihan yang buruk dimulai dari rumah, misalnya ketika si Kecil melihat orangtuanya tidak mandi secara teratur.
Ia pasti akan melakukan hal yang sama dan berpikir tidak apa-apa untuk melakukannya, karena orangtuanya melakukannya, bahkan mungkin sering.
Kebiasaan buruk lainnya yang mungkin termasuk adalah tidak memotong kuku secara teratur, jarang menyisir rambut, dan mengabaikan kebersihan telinga. Ketika orangtua mengikuti kebiasaan ini, anak secara otomatis akan menirunya.
Kurangnya menjaga kebersihan sekitar juga merupakan contoh buruk yang tentunya tidak ingin orangtua wariskan pada anak.
Jika Mama Papa ingin anak tumbuh dengan menjaga lingkungannya agar bersih dan teratur, mulailah dengan menjaga kebersihan rumah dan kamar sendiri. Itu bisa menjadi salah satu cara untuk mengajari balita bahwa menjadi berantakan itu tidak baik dan tidak sehat.
2. Memilih makanan yang tidak sehat
Yup, tak dapat dipungkiri bahwa semua orang menyukai makanan cepat saji. Namun, itu tidak berarti bahwa makanan cepat saji atau junk food adalah makanan sehari-hari di rumah.
Tubuh manusia membutuhkan nutrisi penting seperti protein, vitamin, kalsium, zat besi, dan sebagainya. Junk food hampir tidak mengandung nutrisi ini, dan mengisi tubuh hanya dengan kalori kosong.
Penting untuk mengajari anak kebiasaan makan yang sehat. Ini mungkin tidak terjadi ketika ia melihat Mama sering makan sebungkus besar keripik.
Jika anak melihat orangtuanya makan makanan instan hampir setiap hari, otaknya mungkin memahami bahwa karena orangtuanya bisa melakukannya, ia juga bisa.
Maka dari itu, sebaiknya orangtua harus menunjukkan pola makan yang sehat dan pastikan anak melakukan hal yang sama. Ia harus tahu apa yang tepat untuk tubuhnya, dan apa yang harus dikonsumsi sesekali.
3. Tata krama di meja makan yang buruk
Terkadang, ketika makan sesuatu yang lezat, Papa tak sadar menjilat jari untuk menikmati setiap bagian dari makanan itu. Atau saat menikmati minuman dari sedotan, Mama mungkin mengeluarkan suara menyeruput.
Ini mungkin naluri alami, atau terkadang melakukannya untuk bersenang-senang. Sayangnya, kebisingan ini membuat anak terpesona dan ia akan meniru untuk membuat suara-suara itu tak hanya di rumah, namun juga di rumah kerabat orangtua, atau bahkan di restoran.
Hal ini karena anak-anak cenderung menangkap kebiasaan buruk lebih cepat daripada kebiasaan baik.
Meski Mama mungkin membuat kebisingan karena kesalahan, balita akan melakukan hal yang sama dengan sengaja atau mungkin karena kenakalan. Jadi, penting untuk menunjukkan apa yang orangtua harapkan bagi anak untuk lakukan dan tanamkan.
4. Kebiasaan buruk sehari-hari
Sebagai orang dewasa, menggigit kuku juga bisa menjadi tanda kegugupan. Namun ini bisa menjadi kebiasaan buruk karena debu dan kuman yang menempel di kuku masuk ke dalam tubuh.
Jika balita mengadopsi kebiasaan ini, itu bisa memengaruhinya lebih dari bagaimana kebiasaan ini mempengaruhi orang dewasa. Sebagai orang dewasa, orangtua sudah memiliki sistem kekebalan yang kuat dan berkembang, sedangkan anak-anak tidak.
Selain itu, tanpa sadar kebiasaan ini mungkin membangun tanda-tanda kecemasan pada seorang anak.
Kebiasaan buruk lainnya yang tidak menyenangkan adalah kurangnya ketepatan waktu. Baik itu ketika menghadiri rapat secara online atau pekerjaan yang terlambat. Jika terlambat sepanjang waktu, anak cenderung akan melakukan hal yang sama.
Membantu anak menjadi tepat waktu melibatkan menunjukkan kepadanya pentingnya waktu. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan membuat jadwal rutinitas harian. Dengan hal ini si Kecil juga akan menanamkan keterampilan manajemen waktu dengan baik.
5. Batuk dan bersin dengan keras
Meskipun terkadang karena naluri, batuk dan bersin keras di tempat umum mungkin memalukan. Bahkan tak sedikit pula orang dewasa yang cenderung bersin tanpa menutup mulut.
Batuk dan bersin tanpa menutup hidung dan mulut berarti menyebarkan kuman ke lingkungan. Ini juga merupakan tidak cukup dihargai oleh orang-orang di sekitar dan juga bukan praktik yang sehat.
Untuk alasan yang sama, orangtua mungkin tidak ingin anaknya mengikuti kebiasaan ini. Ketika anak nantinya pergi ke sekolah dan mulai batuk dan bersin dengan keras, guru dan siswa lain mungkin keberatan, karena itu tidak sopan.
Karena itulah, Mama Papa perlu lebih berhati-hati dengan kebiasaan yang satu ini, dan mulai membiasakan untuk menggunakan sapu tangan atau lipatan siku untuk menutupi mulut dan hidung saat batuk atau bersin.
6. Kebiasaan adiktif
Ini termasuk merokok dan minum, mengemudi dengan terburu-buru, tidak menghormati aturan dan peraturan, kecanduan gadget, dan menggunakan bahasa kotor.
Anak mungkin tidak segera mempelajari ini sejak usia balita. Namun, anak mungkin melihatnya sejak masih kecil, dan itu tersimpan di alam bawah sadarnya. Kebiasaan ini baru muncul ketika anak mendapatkan kebebasan di masa remajanya.
Masa remaja adalah masa di mana anak-anak cenderung terjerumus pada hal-hal yang salah, karena ingin dilihat 'keren'. Jika sejak kecil anak melihat orangtuanya melakukan semua ini, ia cenderung akan mengikutinya.
Jika Mama mencoba menghentikan ini, umumnya akan muncul pertanyaan sederhana yang anak tanyakan “jika Mama/Papa bisa melakukannya, mengapa aku tidak?”. Ketika pertanyaan ini muncul, orangtua mungkin tidak memiliki jawaban yang pasti.
7. Etiket rumah yang buruk
Memarahi, memukul, atau mengatakan hal-hal kasar kepada anak di rumah bukanlah ide yang bijak. Jika orangtua ingin memberi pelajaran kepada anak, masih ada berbagai alternatif pendisiplinan yang dapat membantu anak mempelajari perilaku yang baik.
Jika orangtua melakukannya dengan cara-cara yang kasar, anak mungkin mulai menunjukkan agresi di bagian lain kehidupan sosialnya, seperti saat di pra-sekolah dan sekolah.
Hal lain yang mungkin harus dihindari untuk ditunjukkan pada anak adalah kemalasan. Mama tentu tidak mau anak terlihat lesu dan berbaring di sekitar tempat tidurnya sepanjang hari, bukan? Untuk itu, pastikan bahwa Mama Papa tidak berbaring di tempat tidur sepanjang hari.
Dengan bersikap aktif, tentu akan membuat anak tetap aktif juga. Manjakan si Kecil dalam aktivitas dan permainan atau mendorong olahraga luar ruangan, ini pasti akan bermanfaat bagi tumbuh kembang serta kesehatannya.
8. Keterampilan komunikasi yang buruk
Apakah ada situasi di mana Mama salah berkomunikasi dengan anak? Yup, sesekali memang tidak apa-apa, tetapi ketika itu terjadi berkali-kali, anak-anak mulai melakukan hal yang sama.
Keterampilan komunikasi penting dalam proses tumbuh dewasa. Ini bahkan lebih penting ketika anak akan tumbuh menjadi dewasa. Sebagai orangtua, keterampilan penting ini dapat diajarkan kepada anak-anak sejak usia muda.
Tambahan untuk keterampilan komunikasi termasuk meminta maaf. Seringkali, orangtua menanamkan sikap meremehkan kekuatan minta maaf kepada anak-anaknya.
Dalam situasi di mana adalah kesalahan orangtua, Mama atau Papa tidak meminta maaf. Sikap ini juga terbentuk dalam pikiran anak. Akibatnya, ketika ia dewasa, anak tidak mau meminta maaf pada orang lain dan justru membentuk kebiasaan selalu menyalahkan orang lain.
Itulah 8 kebiasaan buruk yang bisa anak ikuti dari orangtuanya. Sangat penting bagi para orangtua untuk memantau perilaku dan kebiasaannya saat berada di sekitar anak-anak.
Meskipun anak tidak memahaminya dalam sekejap mata, namun tak lama kemudian, Mama mungkin akan melihat refleksi diri sendiri dalam anak. Jadi, selalu lebih baik jika orangtua menyalurkan kebiasaan dan nilai baik di dalamnya, daripada yang buruk.
Baca juga:
- 5 Kebiasaan Buruk yang Membuat Kualitas Tidur Anak Terganggu
- 5 Kebiasaan yang Bisa Membuat Anak Memiliki Wawasan Luas
- 10 Kebiasaan Mengerjakan PR yang Perlu Ditanamkan pada Anak