8 Kesalahan Umum Orangtua saat Mengasuh Anak Prasekolah
Terlalu banyak jadwal kegiatan, ternyata tidak selalu baik bagi anak lho!
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bukan rahasia umum lagi jika pengasuhan orangtua sangat berperan besar dalam perkembangan seorang anak. Inilah juga yang membuatnya semakin sulit bagi orangtua, ketika mengasuh anak prasekolah yang tampak memiliki kemampuan bawaan untuk mendorong Mama melampaui batas kesabaran.
Jangan khawatir Ma, ingatlah bahwa Mama tidak sendiri mengalaminya. Anak-anak prasekolah, umumnya memiliki kemandirian yang baru mereka temukan. Di sisi lain, mereka juga menginginkan perhatian dan kasih sayang dari pengasuh mereka.
Sehingga penting bagi orangtua untuk menemukan cara pengasuhan yang tepat untuk membimbing anak prasekolahnya, agar ia bisa meningkatkan kemandiriannya tanpa terlibat oleh masalah perilaku.
Untuk membantu Mama, berikut Popmama.com telah merangkum kesalahan umum orangtua saat mengasuh anak prasekolah, dan beberapa perbaikan cerdas untuk membantu menghindari atau menyelesaikan masalah.
Yuk simak!
1. Terlalu banyak keluar dari rutinitas
Seorang dokter anak Tanya Remer Altmann, penulis Mommy Calls: Dr. Tanya Answers Parents' Top 101 Questions about Babies and Toddlers, mengatakan bahwa konsistensi adalah kunci untuk anak-anak prasekolah.
Ketika orangtua tidak konsisten dengan rutinitas, anak-anak prasekolah menjadi bingung dan mungkin lebih banyak bertingkah atau membuat lebih banyak amarah. Si Kecil cenderung jadi tidak mengerti mengapa Mama terkadang membiarkannya melakukan sesuatu dan terkadang tidak.
Anak mungkin ingin tahu mengapa Mama terakhir kali membiarkannya bermain di taman bermain selama 10 menit saat pulang sekolah, tetapi kali ini Mama ingin anak segera pulang ke rumah. Atau mengapa Mama tadi malam membacakan dongeng, tetapi hari ini mengatakan tidak bisa.
Untuk memperbaikinya, bersikaplah konsisten secara menyeluruh, baik itu dengan mendisiplinkan anak, kebiasaan tidur, atau rutinitas waktu makan.
Altmann mengatakan jika rutinitas konsisten 90 persen dari waktu atau ada pengecualian kecil, Mama dan anak akan baik-baik saja.
2. Berfokus pada perilaku negatif
Sangat mudah untuk memerhatikan tindakan negatif si Kecil, seperti berteriak atau menjerit, dan mengabaikan yang baik.
Altmann mengatakan orangtua cenderung fokus pada apa yang tidak ingin anak prasekolah mereka lakukan, dengan mengatakan "Jangan pukul", "Jangan melempar", atau "Jangan berteriak".
Untuk memperbaikinya, perhatikan ketika anak melakukan sesuatu yang positif, dan beri hadiah atas perilaku yang baik. Hadiah untuk tindakan positif bisa berupa pujian, atau bisa juga memberikan pelukan atau ciuman hangat kepada anak.
"Hal-hal seperti itu sangat berpengaruh pada anak-anak prasekolah," kata Altmann.
Beri tahu anak bahwa Mama suka caranya untuk duduk dan mendengarkan ketika Mama berbicara serius, atau mengatakan "Itu hal yang bagus ketika kamu begitu ramah kepada anak di taman bermain."
3. Menghiraukan penyebab tantrum pada anak
Orangtua sering mencoba untuk bernalar dengan anak-anak ketika mereka sedang dalam pergolakan amarah, mengulangi, "Tenang, tenang". Ini juga yang membuat orangtua cenderung mengalihkan perhatian anak atau membawa anak jauh dari tempat umum untuk mengantisipasi amukan.
Tetapi begitu amukan terjadi dengan kekuatan penuh, Mama kewalahan dan anak tidak mendengarkan Mama.
Namun sebenarnya, tahukah Mama apa yang menyebabkan anak mengalami tantrum?
Cobalah untuk mencari tahu dan antisipasi apa tanda peringatan alami anak. Umumnya anak tantrum disebabkan oleh rasa lapar, lelah, dan bosan. Jadi, hindari mengajak anak ke supermarket kecuali ia sudah tidur siang atau Mama telah menyimpan camilan sehat di tas.
4. Menyerah dan mengabulkan permintaan anak yang mulai merengek
Apakah rengekan si Kecil membuat Mama frustasi dan mengabulkan permintaan anak?
Michele Borba, EdD, penulis The Big Book of Parenting Solutions, mengatakan bahwa usia prasekolah (3-5 tahun) termasuk usia yang paling aktif dan membuat frustrasi dalam hal mengasuh anak.
Borba mengatakan inilah yang menyebabkan orangtua sering menyerah pada rengekan. Namun, ini hanya memperkuat perilaku anak untuk mendapatkan perhatian. Balita jadi mengetahui cara apa yang harus dilakukan dan kemudian melakukannya berulang kali.
Jadi, apa yang harus Mama lakukan? Borba menyarankan untuk mengabaikan rengekan anak. Untuk perilaku yang tidak agresif, seperti merengek atau merajuk, lebih baik Mama tidak menanggapinya sama sekali. Jika Anda konsisten, anak akan berpikir, "Yah, itu tidak berhasil."
5. Anak memiliki jadwal yang terlalu padat
Orangtua sering mendaftakan balita pada berbagai kegiatan untuk mencari tahu minat atau keterampilan anak yang mungkin tersembunyi, seperti kelas tari atau musik.
Altmann mengatakan bahwa setiap anak membutuhkan waktu istirahat, terutama anak-anak prasekolah. Apakah anak berada di prasekolah selama dua jam atau di sana sepanjang hari, itu bisa sangat melelahkan. Ditambah lagi dengan aktivitas di luar sekolah yang tentu akan membuat anak lebih lelah.
Sehingga, penting untuk menjadwal ulang anak atau beri jeda yang cukup dari satu aktivitas ke aktivitas berikutnya. Pastikan si Kecil punya waktu untuk melepas lelah dengan bermain bebas saat pulang sekolah.
6. Meremehkan pentingnya waktu bermain
Banyak orangtua merasa harus mendaftarkan anak-anak mereka ke kelas tambahan untuk menanamkan keunggulan. Sayangnya, manfaat tersebut bisa tidak benar-benar terjadi.
Apa yang paling memperkaya pada usia ini, kata psikolog Lawrence J. Cohen, penulis Playful Parenting, adalah permainan bebas. Itu termasuk permainan drama atau role play, perang bantal, dan bermain-main.
"Bermain bebas adalah cara terbaik untuk mengembangkan otak anak-anak. Dalam bermain, anak-anak secara alami akan memberi diri mereka sendiri jumlah tantangan yang tepat, tidak terlalu mudah atau terlalu sulit." ujarnya.
Jadi, berikan balita waktu dan ruang untuk bermain secara bebas. Cohen juga mengatakan bahwa pilihan permainan bebas juga penting untuk menanamkan aspek sukarela pada seorang anak.
7. Teralihkan oleh kesibukan harian
Si Kecil mungkin bermain dengan baik secara mandiri, tetapi bukan berarti anak tidak mendambakan perhatian orangtuanya. Ada sesuatu yang anak-anak lewatkan jika orangtua tidak turun ke lantai dan bermain dengan mereka.
Selain tidak mau bermain, banyak orangtua yang terlalu mudah teralihkan oleh ponsel, email, atau multitasking lainnya.
"Anak-anak tidak bodoh. Mereka tahu apakah kita benar-benar memerhatikan atau tidak." kata Cohen.
Meskipun sibuk, ada beberapa cara yang bisa Mama lakukan untuk tetap bermain bersama anak. Mulai dari atur timer, antusias, dan tetap terlibat selama periode bermain yang Mama tentukan dengan anak.
Setengah jam bermain di mana Mama berfokus memberikan perhatian penuh, dan tidak khawatir tentang makan malam atau pekerjaan menjadi lebih baik, daripada sepanjang hari bermain tetapi hanya memberikan perhatian setengah-setengah.
8. Bereaksi berlebihan terhadap Kebohongan
Cohen mengatakan berbohong benar-benar membuat orangtua khawatir dan ketakutan. Sebaliknya, Cohen mendesak orangtua untuk melihat perilaku sebagai percobaan daripada sebagai "hal moral"
"Ketika anak-anak mulai berbohong, itu adalah kemajuan kognitif yang besar. Ini agak mengasyikkan dan sedikit menakutkan. Tapi kemudian orangtua ketakutan dan melihat anak berperilaku buruk, jadi mereka menjadi sangat tegang dan cemas tentang hal itu." ujarnya.
Sehingga, ketika Mama tahu balita berbohong, hindari untuk bereaksi berlebihan. Ketahuilah bahwa menceritakan satu atau dua kebohongan adalah bagian normal dari perkembangan anak.
Cohen juga mengatakan untuk tidak terpaku pada kebohongan itu sendiri. Misalnya, jika Pinokio kecil mama menyangkal setelah menumpahkan susu, Mama dapat mengatakan tanpa basa-basi, "Kamu merasa tidak enak tentang itu dan Mama mengerti."
Nah itulah beberapa kesalahan umum orangtua saat mengasuh anak prasekolah. Perlu diingat bahwa pengasuhan yang efektif membutuhkan waktu, kesabaran, dan cinta. Sehingga, perubahan mungkin tidak terjadi dalam semalam.
Tapi ingatlah pepatah lama, "Jika pada awalnya tidak berhasil, maka coba, coba lagi, dan lagi". Tetap semangat dan jangan menyerah ya Ma!
Baca juga:
- 7 Cara Mengembangkan Kepercayaan Diri pada Anak Prasekolah
- Kenali 4 Jenis Pengasuhan Orangtua dan Pengaruhnya pada Anak
- 5 Kesalahan Pengasuhan yang Membuat Anak Self-Centered dan Egois