Sulit Dibedakan, Ini Perbedaan Marah dan Agresi pada Balita
Walaupun berbeda, perasaan marah juga bisa memicu agresi pada balita
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Saat masih berusia balita, anak tentunya sudah bisa merasakan berbagai jenis emosi dalam dirinya. Namun, keterbatasan verbal terkadang membuat si Kecil sulit mengungkapkan perasaannya dengan benar.
Hal inilah yang bisa membuat anak menjadi frustasi, seperti marah, berteriak, memukul, menendang, menggigit, dan lain-lain. Tak jarang hal ini membuat orangtua bertanya-tanya, apakah anak hanya sedang marah atau agresif pada orang lain?
Keduanya sering membuat orangtua bingung antara satu sama lain. Pada waktu yang berbeda anak bisa menggunakan kemarahannya sebagai alasan untuk bertindak dengan cara yang agresif.
Untuk memudahkan Mama mengetahui perbedaan marah dan agresif, berikut Popmama.com berikan perbedaan marah dan agresif yang perlu diketahui.
1. Marah adalah perasaan, sedangkan agresi adalah bentuk perilaku
Dilansir dari lybrate.com, kemarahan adalah perasaan yang dapat diterima seperti kebahagiaan atau kesedihan. Semua orang pernah merasa marah sesekali. Sentimen marah dapat melepaskan endorfin, yang merupakan bahan kimia yang sangat kuat di dalam tubuh.
Disisi lain, dilansir dari southdownspsychotherapy.co.uk, agresi adalah bagaimana seorang individu memilih untuk berperilaku, sebagai respons terhadap stimulus dan melibatkan upaya paksa dan berbahaya untuk membuat orang lain berperilaku berbeda
2. Kemarahan seringkali ditutupi, sedangkan agresi bertujuan untuk membuat orang lain menyerah
Kemarahan dapat membantu seorang anak untuk meringankan dirinya dari perasaan sedih atau terluka. Beberapa anak dapat cenderung menjadi marah untuk menyembunyikan perasaan dan emosi yang berbeda, misalnya, sakit hati dan kesedihan.
Meskipun demikian, menutupi perasaan dengan kemarahan bukanlah mekanisme yang sehat. Merasa marah tidak apa-apa, karena itu adalah perasaan yang sangat normal dan alami dari manusia
Berbeda dengan agresi, anak yang agresif cenderung tidak mengenali perasaan atau kebutuhan orang lain. Sebaliknya, ia ingin orang lain menyerah. Ada banyak cara untuk melakukan secara agresif dan itu mungkin akan melukai fisik.
Jenis agresi verbal melibatkan membuat ancaman atau tuntutan. Ini mungkin termasuk pelecehan verbal atau merendahkan orang lain. Jenis agresi fisik dapat mencakup melempar barang, merusak barang, atau serangan fisik.
3. Kemarahan adalah respon alami pada ancaman, sedangkan agresi bisa menyebabkan intimidasi
Seperti yang dikatakan sebelumnya, marah merupakan emosi yang wajar dialami oleh setiap orang pada waktu yang berbeda-beda. Dilansir dari oohctoolbox.org.au, faktanya, ini adalah respons alami terhadap ancaman, yang terkadang membantu anak untuk melindungi atau membela diri.
Kemarahan juga dapat berguna untuk memotivasi anak dalam menghadapi tantangan atau membuat perubahan.
Sedangkan, dilansir dari southdownspsychotherapy.co.uk, anak yang agresi mengarahkan dirinya sendiri di atas orang lain dengan cara apa pun. Ini dapat menjadi cara yang tidak dapat diterima dalam menangani emosi diri sendiri, serta dapat menjadi intimidasi dan berbahaya.
Walaupun berbeda, perasaan marah dapat memicu seorang anak menjadi agresif. Bagaimana ini bisa terjadi?
Bagaimana Kemarahan Seorang Anak Bisa Berubah Menjadi Agresi?
Kemarahan adalah respons langsung yang muncul ketika anak merasa terancam atau dianiaya. Ancaman bisa datang dalam berbagai bentuk, dan tidak hanya fisik (seperti diserang), tetapi juga termasuk ancaman verbal seperti dibully. Perasaan cemburu, bersalah, dan malu juga bisa menjadi penyebab kemarahan.
Kemarahan adalah respons alami yang dialami setiap orang, namun ketika menjadi sebuah agresi, itu menjadi masalah.
Perasaan marah yang ditutupi, dapat menyebabkan emosi yang meluap. Sehingga anak mungkin menjadi berteriak dan melakukan kekerasan fisik sebagai caranya dalam melepaskan kemarahan, yang dapat menyebabkan masalah dengan keluarga, teman, dan bahkan guru.
Tentu sulit bagi Mama jika kemarahan anak dapat memicu agresi di rumah, bahkan jika si Kecil sampai menyakiti orang lain secara fisik hingga menghancurkan barang-barang di rumah. Namun ini bukanlah akhir dari segalanya. Ada beberapa cara yang bisa Mama lakukan untuk mengatasinya.
Mengatasi Anak yang Marah atau Agresi di Rumah
Dilansir dari .firstpsychology.co.uk, ada cara yang bisa Mama lakukan untuk mengatasi kemarahan dan agresi pada anak, yaitu sebagai berikut:
Identifikasi pemicu
Perhatikan situasi yang dapat memicu si Kecil menjadi agresi, apakah karena mainannya rusak, kurangnya perhatian dari orangtua, atau hal lainya. Lalu coba cari cara terbaik untuk menghadapi situasi ini di masa depan.
Visualisasikan diri Mama dalam situasi menyelesaikan masalah dengan cara baru, misalnya memperbaiki mainan anak yang rusak atau memberikannya mainan baru.
Atau Mama juga bisa menjelaskan pada anak bahwa Mama bisa menemani anak pada jam-jam tertentu (jika Mama melakukan pekerjaan dari rumah) sehingga Mama lebih siap untuk menghadapi situasi ketika kemarahan dan agresi muncul.
Mundur selangkah
Menghindar dari situasi untuk membiarkan anak tenang terlebih dahulu. Gunakan waktu pendinginan ini untuk menilai situasi, cari tahu mengapa anak marah dan pikirkan bagaimana Mama bisa mengatasi masalah tanpa tersebut.
Setelah anak tenang, biarkan anak menceritakan bagaimana perasaannya, dan apa yang membuatnya marah. Ini bisa menjadi hasil yang sangat positif ketika Mama dapat mengajari anak bagaimana cara menunjukkan kemarahan yang tepat dibanding menjadi agresif.
Ajak anak berolahraga
Latihan fisik adalah cara tepat untuk melepaskan tenaga yang berlebih pada balita, jadi cobalah mengajak anak untuk berolahraga rutin agar ia bisa melepaskan kemarahan yang terpendam, ini dapat membuat jantung berdebar kencang dan akan membuatnya merasa jauh lebih santai setelahnya.
Selalu berkomunikasi dengan anak
Berbicara adalah cara yang baik untuk melepaskan frustrasi yang mungkin menumpuk dalam perasaan si Kecil. Selain itu, Mama mungkin bisa memberikan saran agar anak dapat menghadapi situasi.
Pastika anak selalu cukup tidur
Saat anak lelah, ia cenderung menjadi frustrasi, salah mengartikan situasi, dan kehilangan kesabaran. Mendapatkan jumlah tidur yang disarankan setiap malam dapat membantu meredakan kemarahan dan agresi.
Berlatih relaksasi
Bantu anak untuk melatih pernapasan dan teknik relaksasi setiap hari.
Nah itulah perbedaan kemarahaan dan agresi pada anak. Dalam mengevaluasi perilaku anak, cobalah untuk membedakan antara kemarahan dan agresi yang menunjukkan masalah emosional, agar anak dapat menjalani kehidupan sosial yang lebih baik.
Mama juga dapat mengambil meminta bantuan manajemen atau terapi kemarahan untuk evaluasi perilaku anak dari sumber kemarahan dan perasaan sekitarnya.
Baca juga:
- Cara Menjelaskan pada Anak Perasaan Kangen, Marah dan Sedih
- Sering Memarahi Anak di Depan Umum? Inilah 5 Dampak Buruknya
- Duh, Pusingnya Kalau Anak Marah! Tangani dengan Cara Ini Ya, Ma