5 Tanda Anak Mengalami Keracunan Obat dan Cara Mencegahnya
Simpan obat-obatan di tempat yang tidak mudah dijangkau anak ya, Ma!
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Keracunan yang tidak disengaja sering terjadi, terutama di antara balita berusia antara satu dan tiga tahun. Ini dimulai ketika anak mengeksplorasi lingkungannya sebagai bagian dari perkembangan normal dan alami.
Ia belajar tentang hal-hal baru, seperti mencoba membuka wadah, meniru apa yang dilakukan saudara kandung atau orang dewasa, hingga memasukkan sesuatu ke dalam mulut.
Menelan zat beracun, menumpahkannya ke kulit, menyemprotkan atau memercikkannya ke mata, dan menghirupnya, semuanya dapat menyebabkan anak mengalami keracunan. Seorang anak juga dapat keracunan jika diberikan obat yang salah atau dosis obat yang salah.
Untuk memberikan pertolongan secepatnya, kali ini Popmama.com akan membahas 5 tanda anak keracunan obat.
Bagaimana Anak Bisa Mengalami Keracunan Obat?
Kebanyakan keracunan yang melibatkan anak-anak terjadi di rumah, tetapi bisa juga terjadi saat mengunjungi teman dan keluarga, atau saat liburan.
Racun dapat tertelan, tumpah di kulit, disemprotkan atau terciprat ke mata, atau terhirup.
Anak dapat diracuni oleh zat yang ditinggalkan dan mudah diakses di tempat-tempat seperti:
- di bangku atau meja, siap digunakan
- di dalam tas (misalnya, obat-obatan/vitamin)
- di meja samping tempat tidur.
Tapi jangan berasumsi bahwa lemari tinggi menyediakan penyimpanan yang aman, karena anak bisa belajar memanjat untuk mendapatkan sesuatu, sehingga lemari yang terkunci adalah pilihan penyimpanan terbaik.
Simak beberapa gejala keracunan obat yang terjadi pada anak-anak!
1. Mual dan muntah
ketika anak mengalami keracunan atau mengalam overdosis obat, ia mungkin akan mengalami mual yang menyebabkan tubuh merespons dengan memuntahkan isinya keluar dari sistem. Jika anak menjadi tidak sadar dan muntah sehingga tidak dapat mengeluarkannya dari mulut dan tenggorokannya, ia mungkin akan tersedak.
2. Pernafasan menjadi tidak normal
Ketika tubuh mengalami keadaan darurat, atau jika saluran udara tersumbat, seringkali akan menunjukkan kesulitan bernapas yang lambat dikombinasikan dengan pernapasan yang cepat, atau terengah-engah, seperti dalam upaya untuk mengatur.
3. Bibir, ujung jari, atau tubuh biru
Beberapa orang mengalami kenaikan suhu tubuh selama keracunan, terlebih ketika penggunaan zat yang berlebihan. Meskipun umum untuk melihat perubahan warna tubuh karena suhu tubuh yang akan turun, mengubah bibir dan ekstremitas menjadi warna kebiruan, ini juga bisa menjadi tanda langsung dari kekurangan oksigen dalam tubuh.
4. Nyeri dada dan detak jantung tidak teratur
Terlalu banyak stimulan dapat menyebabkan detak jantung yang cepat, dan menyebabkan anak mengalami nyeri di dada dan sakit pada jantung. Jantung yang terlalu stres dapat menyebabkan robekan otot kecil, yang mengakibatkan pendarahan hingga rasa sakit yang parah.
5. Menjadi tidak sadar atau pingsan
Dilansir dari Altamira Recovery. ketika sel-sel otak menerima sejumlah besar zat yang beracun, mereka bisa menyebabkan sel-sel otak menjadi mati. Tekanan parah pada otak yang disebabkan oleh penggunaan zat, atau kombinasi zat, dapat menyebabkan hilangnya kesadaran.
Nah itulah beberapa tanda-tanda ketika anak mengalami keracunan obat-obatan. Selain gejala ini, ada beberapa gejala lainnya yang muncul, tergantung dari jenis-jenis obat yang Mama berikan pada anak.
Gejala Keracunan yang Muncul Berdasarkan Obat yang Dikonsumsi
Jika seorang anak mengonsumsi terlalu banyak obat, ia mungkin mengalami gejala khusus untuk obat yang diminum, serta gejala yang lebih umum yang tercantum di atas. Dilansir dari NHS, beberapa obat paling umum yang terlibat dalam kasus keracunan tercantum di bawah ini:
Parasetamol
Parasetamol adalah obat penghilang rasa sakit yang dijual bebas secara luas. Tanda-tanda spesifik keracunan parasetamol meliputi:
- menguningnya kulit dan bagian putih mata (jaundice)
- kehilangan koordinasi
- gula darah rendah (hipoglikemia), yang dapat menyebabkan gejala termasuk berkeringat, gemetar dan lekas marah
Aspirin
Aspirin adalah obat anti-platelet yang mengencerkan darah dan mengurangi risiko pembentukan gumpalan darah. Tanda-tanda spesifik keracunan aspirin meliputi:
- berkeringat
- pernapasan cepat
- telinga berdenging (tinnitus)
- gangguan pendengaran sementara
Antidepresan trisiklik
Antidepresan trisiklik digunakan untuk mengobati depresi, serta sejumlah kondisi kesehatan mental lainnya, seperti gangguan panik dan gangguan obsesif kompulsif (OCD). Beberapa jenis antidepresan trisiklik juga dapat digunakan untuk mengobati nyeri saraf. Tanda-tanda spesifik keracunan dengan antidepresan trisiklik meliputi:
- mulut kering
- pupil mata yang membesar
- detak jantung tidak teratur atau cepat
- tekanan darah rendah, yang dapat menyebabkan gejala termasuk pusing dan pingsan
Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI)
SSRI adalah jenis antidepresan yang digunakan untuk mengobati kondisi kesehatan mental seperti OCD dan gangguan kecemasan. Tanda-tanda spesifik keracunan SSRI meliputi:
- merasa gelisah
- gemetar
- gerakan mata yang tidak terkendali
- ketegangan otot yang parah
Beta-blocker
Beta-blocker digunakan untuk mengobati sejumlah kondisi yang mempengaruhi jantung atau darah, seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), angina dan gagal jantung. Tanda-tanda spesifik keracunan dengan beta-blocker meliputi:
- Tekanan darah rendah, yang dapat menyebabkan gejala seperti pusing dan pingsan
- Detak jantung lambat (di bawah 60 denyut per menit)
Penghambat saluran kalsium
Penghambat saluran kalsium digunakan untuk pengobatan tekanan darah tinggi dan angina. Tanda-tanda spesifik penghambat saluran kalsium meliputi:
- merasa gelisah
- tekanan darah rendah, yang dapat menyebabkan gejala seperti pusing dan pingsan
- nyeri dada
- detak jantung lambat (di bawah 60 denyut per menit)
Benzodiazepin
Benzodiazepin adalah jenis obat penenang, sering digunakan dalam jangka pendek untuk mengobati kecemasan dan masalah tidur (insomnia). Tanda-tanda spesifik keracunan dengan benzodiazepin meliputi:
- kesulitan koordinasi dan bicara
- gerakan mata yang tidak terkendali (nistagmus)
- pernapasan dangkal
- kantuk
Jika Mama melihat gejala-gejala ini penting untuk segera mengetahui apa penyababnya, dengan segera membawa anak ke dokter untuk mendapatkan penanganan sedini mungkin.
Kapan Waktu yang Tepat untuk Membawa Anak ke Dokter?
Penting bagi Mama untuk segera membawa anak ke dokter ketika memerhatikan gejala-gejala di atas tidak mereda atau justru semakin parah. Selain itu, langsung bawa anak ke dokter jika melihat tanda-tanda berikut ini:
- Tidak akan bangun
- Tidak bisa bernafas
- Berkedut atau bergetar tak terkendali
- Menampilkan perilaku yang sangat aneh
- Mengalami kesulitan menelan
- Mengembangkan ruam yang menyebar dengan cepat
- Bengkak di wajah, termasuk di sekitar bibir atau lidah
Walaupun semua obat memiliki ketentuan dosis yang dianjurkan, beberapa obat di bawah ini perlu diberikan pengawasan lebih agar tidak membahayakan anak.
Obat-Obatan yang Perlu Disimpan Dengan Baik Agar Tidak Tersentuh Anak
Dilansir dari Raising Children, ada beberapa obat-obatan berbahaya yang dapat membahayakan dan bahkan membunuh anak:
- antikonvulsan
- antidepresan
- antihistamin
- aspirin
- obat flu dan pilek
- obat diabetes
- minyak esensial seperti kayu putih dan minyak pohon teh
- obat asam urat dan radang sendi
- obat jantung dan tekanan darah
- tablet zat besi
- ibuprofen
- obat penghilang rasa sakit kuat lainnya
- parasetamol
- obat tidur.
Seperti yang Mama tahu sebelumnya, anak bisa saja mengambil obat yang telah disimpan atau diletakkan jauh darinya. Sehingga, Mama perlu menerapkan cara lainnya untuk mencegah agar anak tidak mengalami keracunan obat
Mencegah Anak Agar Tidak Mengalami Keracunan Obat
Tindakan pencegahan ini dapat membantu Mama menjaga anak aman dari keracunan obat:
- Jika anak perlu minum obat, baca label, dosis, dan instruksinya dengan cermat. Periksa kembali semuanya sebelum Mama memberikan obat kepada anak.
- Jika orang lain secara teratur memberikan obat kepada anak, selalu tanyakan terlebih dahulu dengan mereka, ini untuk menghindari pemberian obat dosis ganda kepada anak.
- Saat memberikan obat kepada anak, berhati-hatilah agar anak lain tidak dapat menjangkau obat tersebut.
- Jika Mama tidak yakin tentang berapa banyak obat yang harus diberikan atau untuk seberapa sering, tanyakan kepada dokter atau apoteker.
- Beri tahu obat-obatan dengan nama aslinya pada anak, daripada menyebutnya sebagai "permen khusus" atau "sirop khusus", ini dapat membingungkan anak, yang mungkin tergoda untuk mencobanya.
- Jauhkan tas dari jangkauan anak dan minta pengunjung melakukan hal yang sama, karena tas bisa berisi obat-obatan.
- Simpan obat-obatan di lemari terkunci yang tinggi. Jika memungkinkan, tinggi lemari harus minimal 1,5 m dan memiliki kunci pengaman anak. Dan bila perlu menggunakan obat, segera masukkan kembali ke dalam lemari setelah digunakan. Jangan pernah meninggalkan obat-obatan di tempat anak-anak bisa mendapatkannya.
- Biarkan semua obat dalam wadah aslinya.
- Pastikan selalu memasang kembali tutup botol segera dan benar setelah digunakan.
- Bersihkan lemari obat secara teratur. Buang obat-obatan yang sudah tidak terpakai dan kedaluwarsa ke tempat sampah yang dilapisi dengan plastik hitam untuk pembuangan yang aman.
- Simpan gelas ukur dan pipet yang digunakan untuk obat secara terpisah dan aman.
- Bilas wadah obat kosong dengan air sebelum dibuang
Penting juga untuk berhati-hati saat mengunjungi nenek atau kakek. Mereka mungkin tidak terbiasa memiliki anak di sekitar dan mungkin meninggalkan obat-obatan dengan mudah dijangkau. Periksa untuk memastikan anak tidak bisa mendapatkan obat-obatan mereka.
Walaupun obat digunakan untuk menyembuhkan penyakit, penggunaan seccara berlebihan dapat menyebabkan anak mengalami keracunan dan overdosis. Yuk terapkan cara-cara di atas untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan!
Baca juga:
- Tanda Anak Mama Mengidap Penyakit Anemia Megaloblastik
- 7 Tanda Anak Kekurangan Asupan Zinc dan Cara Mengatasinya
- Perlu Diperhatikan, ini 10 Tanda Anak Remaja Mengalami Stres