TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Masalah Serius, Penyakit yang Mengintai di Balik Obesitas pada Anak

Hati-hati, obesitas dapat membahayakan masa depan anak, lho

Freepik/master1305

Melihat ada anak dengan perut buncit dan pipi tembam memang menggemaskan. Namun, kondisi tersebut ternyata membahayakan bagi anak.

Di Indonesia, jumlah anak dengan obesitas atau kelebihan berat badan ternyata semakin meningkat. Dari Survei Kesehatan Indonesia 2023, anak balita yang mengalami overweight bahkan mencapai angka 4,2 persen. Angka itu ternyata meningkat dari tahun 2022 sekitar 3,5 persen.

Berangkat dari data itu, obesitas pada anak kini jadi masalah kesehatan yang serius dan perlu diperhatikan oleh para orangtua. Ada beberapa penyakit di balik obesitas pada anak. Hal ini juga bisa mengganggu pendidikan anak ke depannya.

Wakil Menteri Kesehatan, Prof. Dante Saksono Harbuwono, bahkan mengingatkan tentang bahayanya anak yang mengalami obesitas.

Informasi lebih lengkap tentang obesitas pada anak menjadi masalah serius sudah Popmama.com rangkumkan secara detail berikut ini. Yuk, disimak!

Obesitas pada Anak kini Jadi Masalah Kesehatan yang Serius, Kok Bisa?

Obesitas Terjadi karena Ketidakseimbangan Energi dalam Tubuh

Freepik/jcomp

Dokter spesialis gizi klinik, Tirta Prawita Sari, menjelaskan penyebab obesitas. Menurutnya, obesitas bisa terjadi karena ketidakseimbangan energi yang masuk di dalam tubuh lebih besar daripada energi keluar yang terjadi dalam waktu lama.

Ketidakseimbangan itu bisa terjadi akibat konsumsi makanan berlebihan, sementara pengeluaran energi yang ada di dalam tubuh rendah dan kurangnya aktivitas fisik.

Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, tercatat satu dari lima anak usia 5-12 tahun mengalami obesitas. 64,4 persen di antaranya dikabarkan mengalami itu karena kurangnya aktivitas fisik.

Konsumsi Makanan Cepat Saji dan Minuman Manis Sumbang Tingginya Angka Obesitas dan Diabetes pada Anak

Freepik/mdjaff

Selain itu, Tirta juga menjelaskan bahwa konsumsi makanan manis dan tinggi lemak membuat anak terus-menerus mencari makanan tersebut, sehingga itu bisa berpotensi menyebabkan obesitas pada anak.

"Makanan manis dan gorengan memiliki daya tarik tinggi bagi anak-anak, sehingga sulit untuk memperkenalkan makanan sehat. Pengaruh ini bisa memicu perilaku makan yang tidak sehat," katanya.

Senada dengan itu, dokter spesialis anak, Agustina Kadaristiana, menjelaskan tingginya prevalensi obesitas dan diabetes pada anak-anak bisa disebabkan karena faktor tingginya konsumsi makanan cepat saji, minuman manis, serta rendahnya konsumsi air putih.

Tidak hanya itu saja, polusi dan kemudahan akses terhadap makanan yang tidak sehat kini menjadi tantangan besar. Terlebih lagi, banyak anak kini lebih memilih makanan instan mengandung gula dan lemak, sementara konsumsi air putih dan sayuran semakin menurun.

"Selain itu, banyak produk makanan yang disasar untuk anak-anak, meskipun tampak bergizi, ternyata mengandung bahan-bahan yang berisiko buruk bagi kesehatan dalam jangka panjang," ujar Agustina dalam seminar bertajuk Melawan Obesitas Anak, Mewujudkan Generasi Sehat Menuju Indonesia Emas 2045, Sabtu (9/11/2024).

Waspada, Ada Penyakit yang Mengintai di Balik Anak Obesitas

Freepik/jcomp

Di sisi lain, Wamenkes Dante mengingatkan kalau di balik anak yang mengalami obesitas, ada risiko sindrom metabolik yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner, stroke, dan pembuluh darah.

"Jadi, kalau kita membiarkan anak-anak itu tetap gemuk, maka kita menyimpan tabungan anak tersebut untuk menjadi penyakit jantung dan pembuluh darah di masa yang akan datang," ujar Dante, dalam acara Multi-Stakeholders Dialogue Peringatan Hari Obesitas Sedunia Tahun 2024 di Jakarta, 5 Maret 2024 lalu.

Hal senada pun disampaikan oleh Agustina. Dia menjelaskan, bila obesitas yang dialami anak terus bertahan hingga dewasa, nantinya akan cenderung berkembang menjadi penyakit kronis, seperti diabetes melitus, penyakit jantung, pembuluh darah, dan lainnya.

"Gemuk yang kemudian menjadi obesitas sangat berbahaya untuk kesehatan anak di masa dewasanya," ujar dokter spesialis anak di Klinik Utama Airlangga itu dalam paparannya.

Wamenkes Dante Sebut Akar Masalah Obesitas pada Anak Bersumber dari Keluarga

Freepik

Lebih lanjut, Wamenkes Dante juga menambahkan, akar permasalahan dari terjadinya obesitas pada anak bersumber dari keluarga.

Pasalnya, anak dapat mengikuti pola hidup orangtuanya. Alhasil, apabila orangtuanya gemuk, maka anak berpotensi juga menjadi gemuk.

Meski demikian, hal tersebut masih tetap bisa ditanggulangi melalui menerapkan pola hidup sehat di dalam lingkungan keluarga.

Kementerian Kesehatan memang sudah memiliki pedoman gizi seimbang Isi Piringku. Pedoman ini menyarankan konsumsi lebih banyak makanan mengandung protein dibanding karbohidrat dalam satu piring sekali makan.

Anak-anak memerlukan banyak protein untuk tumbuh kembangnya, dan bukan dengan memperbanyak karbohidrat.

"Karbohidrat tetap penting untuk energi, tetapi kita batasi. Kita gunakan untuk mencegah supaya anak-anak tidak gemuk," tambah Dante.

Obesitas pada Anak Menjadi Masalah Serius di Indonesia

Freepik

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Jasra Putra, menjelaskan kalau saat ini, obesitas pada anak sudah menjadi masalah serius di Indonesia.

Kondisi itu tak hanya sekadar memengaruhi kesehatan fisik saja, tetapi juga mengancam kualitas hidup masa depan generasi muda mendatang.

"Mengingat target Indonesia Emas 2045, sangat penting untuk menangani obesitas sejak dini agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh menjadi generasi yang sehat, produktif, dan berkualitas," katanya.

Jasra menjelaskan, apabila masalah obesitas dapat diatasi dengan baik, maka nantinya anak-anak akan memiliki kesehatan optimal untuk menunjang perkembangan fisik, mental, dan intelektual.

Pada akhirnya akan membawa dampak positif pada perekonomian dan kesejahteraan bangsa di masa mendatang.

Peran Orangtua Diperlukan

Freepik

Berangkat dari terjadinya fenomena obesitas pada anak, Tirta menjelaskan, peran orangtua diperlukan untuk mengontrol kualitas makanan yang dikonsumsi oleh anaknya. Hal ini termasuk menghindari makanan tinggi kalori tanpa gizi dan hidangan manis.

Pasalnya, bagi Tirta, keterlibatan keluarga dan lingkungan menjadi hal yang sangat penting dalam membentuk kebiasaan makan yang sehat.

Inilah yang akhirnya membuat edukasi tentang makanan yang baik perlu diberikan kepada anak sejak kecil. Mama dapat mengatur pola makan seimbang dengan memperhatikan komposisi gizi yang penting untuk pertumbuhan si Kecil.

Jadi, itulah rangkuman informasi yang perlu Mama ketahui dan pahami tentang obesitas pada anak kini menjadi masalah kesehatan yang serius. Hadirnya informasi ini tentu menjadi tanda bagi Mama untuk lebih mengawasi lagi makanan yang diberikan kepada anak.

Baca juga:

The Latest