Meningkatnya Polusi dan Dengue Fever pada Anak
Anak dapat terinfeksi virus demam berdarah lebih dari sekali!
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dengue fever atau demam berdarah (DBD) adalah penyakit yang masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat, terutama anak-anak. DBD, sering kali dianggap enteng, tetapi dalam realitasnya, ia memiliki dampak yang signifikan dengan jumlah kasus dan kematian yang tinggi.
Kendati begitu, satu aspek yang semakin memperburuk situasi adalah meningkatnya polusi. Polusi udara dan lingkungan yang semakin buruk dapat mempengaruhi epidemi DBD dengan berbagai cara.
Nah, Popmama.com akan menggambarkan pandangan seorang dokter, Dr. Attila Dewanti SpA (K), untuk memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang masalah ini.
1. DBD sebagai ancaman serius
Menurut Dr. Attila, "Demam berdarah seringkali dianggap remeh oleh banyak orang, padahal kenyataannya, ini adalah ancaman serius bagi kesehatan kita. Setiap hari, kita kehilangan dua orang akibat demam berdarah. Statistik juga mencatat bahwa sekitar 75% kasus terjadi pada usia 5-44 tahun. Bahkan bulan lalu, saya merawat seorang bayi berusia hanya 3 bulan dengan jumlah trombosit yang sangat rendah, di bawah 50.000. Namun, kami bersyukur bahwa setelah 7 hari perawatan intensif, bayi itu pulih sepenuhnya.
Hal ini memang menakutkan. Faktanya, sudah lebih dari 50 tahun demam berdarah masih menjadi ancaman. Tahun lalu, lebih dari 143 ribu kasus DBD tercatat pada tahun 2022 dan menyebabkan 1.237 kematian, meningkat hingga 40% dari tahun sebelumnya, 2021, yang berada di angka 705 korban jiwa." Dengan data statistik yang mengkhawatirkan ini, DBD harus dianggap sebagai ancaman serius yang tidak boleh diabaikan oleh masyarakat.
2. Penyebab DBD
Dr. Attila menjelaskan, "Penyebab utama dari DBD adalah infeksi oleh empat jenis virus yang berbeda. Virus-virus ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang dikenal dengan nyamuk belang-belang. Ini adalah nyamuk yang aktif menggigit pada pagi dan sore hari, saat banyak aktivitas dilakukan, sehingga meningkatkan risiko penularan."
Selanjutnya, ia menekankan, "Yang perlu diperhatikan adalah bahwa seseorang dapat terinfeksi virus DBD lebih dari sekali. Terkadang, orang merasa aman setelah sembuh dari DBD pertama, namun kenyataannya, mereka masih rentan terhadap infeksi lebih lanjut. Bahkan, jika seseorang terinfeksi untuk kedua kalinya, risiko untuk mengalami demam berdarah berat dan bahkan kematian akan meningkat secara signifikan. Oleh karena itu, penting untuk menjaga perlindungan diri dan lingkungan, apalagi sekarang ini, polusi udara makin parah."
3. Gejala dan tahapan DBD
Dr. Attila mengungkapkan "DBD memiliki sejumlah gejala yang perlu diwaspadai. Gejala utama DBD adalah demam tinggi, yang sering disertai dengan pusing, sakit kepala, atau nyeri otot mata. Gejala ini dapat sangat mengganggu aktivitas sehari-hari dan harus dianggap serius."
Selain itu, ia juga menjelaskan tahapan perkembangan penyakit DBD, "DBD dapat dibagi menjadi empat fase. Fase pertama adalah fase demam, yang dicirikan oleh demam tinggi dan gejala seperti pusing atau sakit kepala. Fase kedua adalah fase pembentukan bintik-bintik merah pada kulit.
Fase ini dapat membingungkan dengan penyakit lain, seperti cacar air, sehingga perlu dilakukan diagnosis medis yang tepat. Fase ketiga adalah fase kritis, yang ditandai dengan muntah darah, pup hitam, dan tidak buang air kecil selama lebih dari 4 jam. Pada fase ini, pasien memerlukan perawatan medis segera. Fase keempat adalah fase pemulihan, ketika gejala-gejala sebelumnya mulai mereda, tetapi ini tidak berarti sembuh sepenuhnya."
Dr. Attila juga menekankan, "Orangtua harus waspada terhadap tanda-tanda bahaya, seperti jika demam turun namun tidak ada perbaikan, atau jika terjadi pendarahan, pup hitam, atau muntah darah. Jika gejala-gejala ini muncul, segera bawa anak ke dokter. Penting juga untuk memastikan agar anak tidak mengalami dehidrasi selama mengalami DBD dengan memastikan cukup minum air yang banyak."
4. Upaya pencegahan dan perlindungan
Menurut Dr. Attila, "Pencegahan dan perlindungan adalah kunci dalam menghadapi DBD. Ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko terkena DBD. Pertama, penggunaan lotion anti-nyamuk sangat dianjurkan. Ini merupakan langkah yang aman dan efektif dalam melindungi diri dari gigitan nyamuk penyebab DBD."
Selanjutnya, ia menyoroti pentingnya vaksinasi, "Vaksin DBD telah tersedia dan sangat dianjurkan, terutama bagi anak yang telah berusia 6 tahun. Vaksinasi adalah salah satu cara efektif untuk mencegah infeksi dan mengurangi tingkat keparahan penyakit. Ingatlah bahwa meskipun vaksin dapat mencegah, tetap mungkin terinfeksi, namun gejalanya akan lebih ringan."
Dr. Attila juga memberikan wawasan tentang perubahan cuaca dan polusi, "Perubahan cuaca dan peningkatan polusi udara dapat mempengaruhi aktivitas nyamuk penyebab DBD. Saat ini, cuaca yang tidak dapat diprediksi membuat risiko gigitan nyamuk meningkat sepanjang tahun. Oleh karena itu, penting untuk selalu menjaga kewaspadaan terhadap nyamuk, tidak hanya pada musim tertentu.
Selain itu, menjaga kebersihan pakaian dan lingkungan juga sangat penting. Jadi, segera cuci pakaian yang telah digunakan di luar rumah, jangan ditumpuk di kamar karena berpikir akan dipakai lagi, karena itu akan jadi sarang nyamuk. Menjaga kebersihan lingkungan juga penting guna membantu mengurangi tempat tinggal potensial bagi nyamuk."
Dengan mengambil langkah-langkah ini, Mama dapat berperan aktif dalam melindungi keluarga dari ancaman DBD.
5. Pentingnya kesadaran dan perawatan dini
Dr. Attila menyoroti pentingnya kesadaran dan perawatan dini dalam menghadapi Demam Berdarah (DBD). Beliau menjelaskan, "Kesadaran dan tindakan dini sangatlah penting ketika kita berbicara tentang DBD. Terlalu sering, orang mengabaikan gejala awal, berharap bahwa demam akan mereda tanpa perawatan. Namun, ini adalah kesalahan besar. Tindakan segera harus diambil terutama jika demam tidak berangsur membaik."
Selanjutnya, ia menegaskan, "DBD dapat berkembang sangat cepat dan tanpa peringatan. Oleh karena itu, jika anak Anda atau Anda sendiri mengalami demam yang berlanjut lebih dari beberapa hari, atau jika muncul gejala seperti bercak merah pada kulit atau pendarahan, segera periksakan diri ke dokter. Jangan menunggu. Perawatan dini dapat membuat perbedaan besar dalam hasil pengobatan."
Beliau juga menambahkan, "Selain itu, penting untuk memahami tahapan perkembangan DBD dan tanda-tanda bahaya yang perlu diwaspadai. Jika demam turun bukan berarti sembuh. Jangan biarkan dehidrasi terjadi, pastikan minum banyak air. Perawatan medis yang tepat pada waktu yang tepat dapat menyelamatkan nyawa, terutama pada fase-fase kritis penyakit ini. Kesadaran masyarakat tentang DBD adalah kunci untuk mengurangi dampak buruknya."
Pesan yang sangat penting ini menegaskan betapa krusialnya peran kesadaran dan tindakan dini, termasuk vaksinasi dan pencegahan, adalah kunci dalam mengatasi ancaman demam berdarah atau dengue fever dan menjaga kesehatan anak-anak.
Baca juga:
- 3 Cara Mencegah Penularan Demam Berdarah pada Balita
- 5 Daftar Makanan yang Harus Anak Hindari Saat Sakit Demam Berdarah
- Mengenal ITP, Penyakit yang Mirip dengan Demam Berdarah