Ketahui Dampak dari Kekurangan Zat Besi pada Tumbuh Kembang Anak
Kekurangan zat besi dapat membuat anak menjadi takut dan sulit mencoba hal yang baru lho, Ma
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Indonesia memiliki impian untuk membentuk generasi emas 2045. Namun, ada tantangan dalam mewujudkan impian tersebut, yaitu masalah gizi pada anak.
Pada umumnya anemia yang didapatkan oleh anak berasal dari orangtuanya, yaitu perempuan saat masa kehamilan. Di tahun 2018, ibu hamil yang memiliki penyakit anemia sangat meningkat.
“Ibu hamil yang terkena anemia rata-rata diusia 15 hingga 24 tahun. Hal ini dapat disebabkan oleh Mama yang belum siap mempunyai anak atau pengetahuan tentang kehamilan dan anemia kurang didapatkan,” ungkap dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M. Gizi, SpGK. pada acara Webinar Kekurangan Zat Besi Sebagai Isu Kesehatan Nasional di Indonesia dan Dampaknya Generasi Terhadap Kemajuan Anak Maju via zoom, Kamis (17/12/2020).
Anemia atau kekurangan zat besi sangat memiliki dampak untuk tumbuh kembang anak. Kali ini Popmama.com telah merangkum dampak dari kekurangan zat gizi pada anak.
1. Peran zat besi pada tumbuh kembang anak
Kurangnya zat besi pada dalam kehidupan sehari-hari dapat diatasi dengan mengonsumsi lebih banyak makanan yang mengandung zat besi, seperti hewani. Perlu Mama ketahui bahwa zat besi sangat berperan bagi pertumbuhan anak sejak usia dini, yaitu:
- Pembentukan kompenen protein dan lemak pada myelin saraf otak. Pembentuk dari saraf otak ini yaitu mnyelin yang berfungsi untuk membantu pembentukan dan fungsi neurotransmitter atau alat transfer dari satu sel ke sel lainnya di otak. Ketika anak kekurangan zat besi, maka kerja dari neurotransmitter akan melambat dan menyebabkan perilaku anak menjadi melambat.
- Membantu perkembangan motorik. Zat besi memiliki peran untuk membawa oksigen ke dalam sel. Jika anak kekurangan zat besi, oksigen yang akan dibawa ke sel akan terganggu dan mengakibatkan perkembangan motoriknya juga lambat.
- Mendukung perkembangan perilaku dan emosi. Zat besi dapat membuat anak menjadi cepat tanggap, emosi stabil, dan pintar.
2. Gejala kekurangan zat besi pada anak
Anemia merupakan suatu kondisi ketika anak mengalami kekurangan asupan zat besi dalam kehidupan sehari-hari. Anemia dapat mengganggu pertumbuhan anak. Namun, Mama perlu mengetahui gejala yang ditimbulkan ketika anak mengalami anemia atau kekurangan zat besi. Berikut ini gejalanya:
- Anak akan mudah lelah
- Merasakan pusing dan muka menjadi pucat
- Kadar haemoglobin menjadi turun
- Cadangan zat besi menurun
Untuk mengecek hemogblobin dan cadangan zat besi, Mama dapat berkonsultasi ke dokter agar melakukan pengecekan di laboratorium.
3. Penyebab anak mengalami anemia
Pada umumnya masa kritis anak akan terkena anemia atau kekurangan zat besi ketika berusia 6 bulan hingga 3 tahun. Seorang anak tak hanya terkena anemia dari Mama saat masa kehamilan, namun dapat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
- Kebutuhan zat besi meningkat. Hal ini dikarenakan saraf otak pada anak mulai tumbuh yang membutuhkan banyak zat besi untuk pembentukan sel sarafnya.
- Mengalami masa pertumbuhan secara cepat yang akan mengakibatkan anak menjadi cepat tinggi dan besar.
- Pemenuhan zat besi masih kurang. Hal ini disebabkan oleh kurangnya mengonsumsi hewani dalam kehidupan sehari-hari.
- Terlambat memperkenalkan MPASI. Pada umumnya MPASI diberi pada usia 6 bulan ke atas, namun sering kali orang tua terlambat untuk memberinya. Hal ini dapat meningkatkan anak terkena anemia atau kekurangan zat besi.
- Pemberian suplementasi zat besi tidak sesuai. Ketika Mama memberi suplementasi pada anak dengan dosis yang kelebihan atau justru kurang juga dapat menyebabkan terkenanya anemia.
Jika dihitung totalnya ada sebanyak 47% anak di dunia yang mengalami penyakit anemia.
4. Dampak kekurangan zat besi pada anak
Dampak yang ditimbulkan dari kekurangan zat besi ini cukup serius untuk pertumbuhan anak. Dampak ini bisa terjadi dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Pada jangka pendek bisa mengakibatkan kecerdasan anak menjadi menurun, fungsi otak juga akan menurun menjadi pendengaran dan visual berkurang, dan anak akan menjadi mudah lelah saat melakukan aktivitas.
Pada jangka panjang, kekurangan zat besi ini dapat menyebabkan performa anak di sekolah menjadi menurun, seperti kemampuan berhitung dan membacanya akan berkurang.
Tak hanya itu, anak juga akan kurang peduli dengan lingkungan sekitar dan menjadi kurang aktif untuk bergerak.
Anak yang mengalami penyakit anemia akan lebih penakut dan susah untuk mencoba hal yang baru. Perilaku dari anak juga akan lebih sulit diatur karena kurangnya responsif dari dalam dirinya.
5. Upaya pencegahan kekurangan zat besi
Setiap orang tua tentunya tidak ingin anaknya terkena penyakit anemia. Tak hanya itu, para orang tua ingin anak menjadi pintar, cepat tanggap terhadap lingkungan sekitar, dan emosinya stabil.
Perlu Mama ketahui bahwa pencegahan anak terkena anemia atau kekurangan zat besi dapat dilakukan dengan mudah, yaitu:
- Melakukan pemeriksaan hemogblobin. Mama dapat melakukannya dengan mengajak anak ke laboratorium untuk diambil darahnya agar mengetahui kadar hemoglobinnya.
- Mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi. Makanan ini dapat diperoleh dari protein hewani dan tumbuh-tubuhan, seperti daging merah, kuning telur, ikan, sayuran hijau, dan kacang-kacangan.
- Mengonsumsi makanan dan minuman yang difortifikasi oleh zat besi.
Kebutuhan zat besi yang harus dikonsumsi oleh anak sebanyak 11 gram setiap hari. Kebutuhan ini tentunya cukup sulit untuk dilakukan karena sebagian anak hanya mau mengonsumsi dengan porsi sedikit dan tidak semua anak menyukai protein hewani.
Itulah beberapa informasi mengenai kekurangan zat besi pada tumbuh kembang anak. Zat besi memiliki peran yang sangat penting untuk anak. Untuk itu, sebaiknya Mama lebih perhatikan asupan zat besi saat masa kehamilan dan setelah anak menerima MPASI.
Baca juga:
- 7 Makanan Kaya Zat Besi yang Dapat Mendukung Pertumbuhan Anak
- 6 Menu MPASI Kaya Zat Besi untuk Si Kecil
- Dampak Buruk saat Anak Mengalami Anemia Defisiensi Besi