Kasus Campak Kian Meningkat, Tanda Imunisasi Harus Segera Digalakkan
Jumlah anak menderita campak terus meningkat sampai tahun 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bayang-bayang penyakit campak kembali mengancam kesehatan anak Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI, akumulasi dari sepanjang tahun 2022 sampai awal 2023 ditemukan peningkatan jumlah kasus campak yang mencapai 32 kali lipat dibanding dengan tahun 2021.
Angka ini cukup signifikan dan mengerikan mengingat campak bukanlah penyakit yang bisa disepelekan.
Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dari famili Paramyxovirus, gejalanya ditandai dengan demam, sakit tenggorokan, dan muncul ruam merah di seluruh tubuh. Anak-anak menjadi kelompok usia yang paling sering dan rentan terkena campak.
Mama perlu lebih awas dan cepat tanggap, karena ternyata campak juga bisa menyebabkan komplikasi dengan penyakit berat lainnya pada anak.
Mari lebih waspada dengan bahaya campak di sekitar kita dengan menyimak informasi dari Popmama.com berikut ini yang akan membahas kasus campak yang kian meningkat di masa kini!
1. Terdapat 12 provinsi dengan status Kejadian Luar Biasa penyakit campak
Dilansir dari Kementerian Kesehatan, terhitung dari bulan Januari sampai Desember 2022, telah terdapat 12 provinsi yang mendeklarasikan status Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit campak di daerah mereka. Lebih jelas diterangkan, bahwa suatu daerah dapat disebut KLB jika ada minimal 2 kasus campak di daerah tersebut yang sudah terkonfirmasi dari hasil laboratorium dan memiliki hubungan epidemiologi antar satu sama lain.
Dr. Prima Yosephine, MKM pada sebuah konferensi pers perkembangan kasus campak pada Jumat (20/1) menjelaskan bahwa selama tahun 2022 sudah tercatat lebih dari 3.341 laporan kasus campak di Indonesia yang tersebar di 223 kabupaten/kota di 31 provinsi.
2. Penyebab tingginya angka kasus campak di Indonesia
Selaku Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan, dr.Prima menyatakan bahwa merebaknya kasus KLB campak di Indonesia disebabkan oleh penurunan angka capaian imunisasi saat masa-masa pandemi virus corona masih meninggi.
Pandemi Covid-19 membuat banyak orangtua khawatir untuk membawa si Kecil mendapatkan imunisasi campak di fasilitas kesehatan. Faktor ini diperkuat dengan data Kementerian Kesehatan yang memaparkan bahwa terdapat 58 persen kasus konfirmasi campak ditemukan pada anak yang belum diimunisasi, 7 persen sudah mendapat imunisasi campak dan rubella sebanyak dua dosis atau lebih, 5 persen hanya dapat satu dosis, dan 30 persen sisanya tidak diketahui status imunisasinya.
3. Campak bisa menimbulkan komplikasi penyakit berat
Tak hanya membuat anak menderita dengan banyaknya gejala seperti demam, batuk pilek, mata berair, dan bintik-bintik kemerahan di kulit, campak juga bisa membawa anak-anak mengidap penyakit yang lebih berbahaya!
Dituturkan oleh dr. Prima Yosephine, dampak campak bisa sangat mengkhawatirkan apabila terjadi komplikasi. Anak dengan asupan nutrisi gizi yang tidak baik, akan menderita campak dengan disertai penyakit berat secara langsung seperti pneumonia, radang paru, diare berat, radang otak, bahkan hingga infeksi di selaput mata yang bisa menyebabkan kebutaan.
Hampir sama seperti penyebaran virus corona, campak juga ditularkan melalui cairan droplet, percikan ludah saat batuk, bersin, bicara, atau melalui cairan hidung. Maka dari itu, sifat penyakit campak sangat menular.
4. Kasus campak semakin marak, KPAI dorong Kemenkes segera bertindak
Menanggapi adanya bahaya serius yang menghantui kesehatan anak Indonesia, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) terus mendesak Kementrian Kesehatan agar mengupayakan percepatan layanan imunisasi dan melakukan surveilance epidemiologi untuk memutus penyebaran kasus campak.
Wakil Ketua KPAI, Jasra Putra, pada Rabu (1/1/2023) menjelaskan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan kementerian atau lembaga terkait seperti Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Kementerian Agama, Tim Penggerak PKK Tingkat Pusat, provinsi dan kabupaten/kota serta melibatkan semua stakeholder.
Beliau mengungkapkan bahwa dinas kesehatan setiap daerah bisa menemukan kasus terduga campak dan melaporkannya supaya ada penanganan dan pemeriksaan lebih lanjut secara cepat.
KPAI menyesalkan tingginya campak kasus campak di Indonesia, padahal penyakit tersebut bisa dicegah dengan imunisasi Measles dan Rubella.
5. Pencegahan campak yang bisa Mama lakukan
Selain dengan mendapatkan vaksinasi MMR dan MMRV untuk mencegah campak pada anak, ada hal-hal lainnya yang juga perlu Mama perhatikan untuk mencegah penyakit tersebut.
Adapun langkah preventif terjadinya penyakit campak, meliputi:
- Biasakan pola hidup bersih. Kebersihan menghindari keluarga dari banyak ancaman kesehatan. Inilah pentingnya untuk membiasakan anak selalu mencuci tangan. Ajarkan juga kepada si Kecil untuk menutup mulut dan hidung dengan benar saat bersin atau batuk, ya, Ma! Untuk mencegah kuman tertempel di tangan, gunakan tisu atau lengan atas bagian dalam.
- Konsumsi vitamin dan gizi yang cukup. Asupan nutrisi seimbang akan memperkuat imun anak dalam mencegah penyakit. Seperti penjelasan sebelumnya, gejala campak dapat semakin parah jika anak kekurangan nutrisi.
- Biasakan anak untuk menggunakan barang pribadi. Ketika kondisi kasus campak sudah merebak seperti sekarang, ada baiknya untuk saat ini anak tidak berbagi barang-barang seperti peralatan makan dengan orang lain, ya, Ma!
Itulah, informasi mengenai kasus campak yang kian meningkat di Indonesia pada awal tahun 2023 ini, Ma.
Pastikan anak sudah mendapatkan dosis imunisasi yang cukup untuk mencegah campak. Tak perlu repot, vaksinasi bisa dilakukan di fasilitas kesehatan terdekat di setiap domisili, kok, Ma!
Semoga Mama serta keluarga bisa selalu sehat dan terhindar dari bahaya campak yang mengancam di sekitar kita.
Baca juga:
- 10 Gejala Campak pada Anak yang Harus Diwaspadai
- 9 Pantangan yang Harus Dituruti Anak Saat Mengalami Campak
- Jenis Imunisasi yang Perlu Diberikan untuk Anak Sekolah Dasar