Apa Itu Negrophobia yang Berujung Rasisme? #BlackLivesMatter
Mengajarkan tentang rasisme sejak dini
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Berita seputar demonstrasi atas penyerangan serta pembunuhan orang-orang berkulit hitam terus menjadi pembicaraan hangat, hal ini bersamaan dengan kondisi pandemi Covid-19 yang terus bertambah disejumlah negera.
Kondisi pandemi yang membuat anak terus aktif dalam menggunakan internet tentu menjadi ketakutan tersendiri bagi para orangtua. Sebab tak menutup kemungkinan anak ikut terpapar berita terkait rasisme yang ramai dibicarakan di internet.
Seperti tagar #BlackLivesMatter yang kian hari terus ramai dibicarakan netizen seluruh dunia melalui dunia maya. Pemberitaan ini tentu bisa menjadi pembelajaran baru bagi Mama untuk mengajarkan si Kecil tentang rasisme sejak dini.
Dilansir dari laman Time, studi menunjukkan bahwa orang kulit hitam khususnya pria kulit hitam, adalah kelompok yang paling ditakuti oleh orang dewasa kulit putih yang pada akhirnya membuat persepsi baru kepada orang-orang berkulit hitam yaitu negrophobia.
Dari sinilah orangtua juga memerlukan edukasi tentang rasisme agar tidak salah mendidik kepada anak-anak.
Terlebih kita tinggal di negara yang memiliki ragam suku dan ras, tentunya perlu memberikan edukasi tentang ras sejak dini.
Berikut Popmama.com akan membantu Mama untuk memahami mengapa anak cenderung memiliki citra sendiri terkait orang berkulit hitam dan tugas Mama adalah untuk membuat anak bisa lebih tenang dan memahami adanya perbedaan dan bisa toleransi.
Pahami dulu yuk, apa itu negrophobia yang berujung pada rasisme!
1. Negrophobia menciptakan rasisme
Negrophobia adalah rasa takut dan tidak suka secara kritis dengan orang-orang ras kulit hitam. Seperti disebutkan dalam sebuah studi bahwa orang kulit hitam adalah kelompok yang paling ditakuti oleh orang kulit putih. Itulah mengapa sering disebut sebagai negrophobia.
Dengan maraknya pemberitaan mengenai penyerangan dan pembunuhan orang berkulit hitam, tentu sudah tak asing mengetahui kata negrophobia yang turut ramai dibicarakan.
Dari adanya fobia terhadap orang ras kulit hitam, hal ini berdampak pada timbulnya kebencian dan rasisme terhadap mereka yang memiliki kulit hitam.
2. Penilaian anak terhadap orang berkulit hitam
Meski belum sepenuhnya memahami dan tidak mengetahui pemberitaan yang ada terkait rasisme orang berkulit hitam, anak-anak tentu sejak dini sudah memiliki penilaian tersendiri terhadap orang-orang dengan ras yang berbeda dengan dirinya.
Seperti contohnya jika ia melihat temannya memiliki warna kulit yang jauh lebih gelap darinya, tak jarang anak bertanya mengapa warna kulit temannya berbeda, atau mengapa mereka memiliki rambut yang berbeda. Dari sinilah Mama bisa memulai mengajarkan tentang perbedaan kepada anak.
Ajarkan pada mereka dengan tenang dan perlahan agar lebih mudah memahaminya. Ketika anak sudah ditanamkan rasa toleransi dan perbedaan sejak dini, maka mereka akan lebih menghargai perbedaan kelak nanti.
3. Tidak memulai pembicaraan yang menyinggung SARA
Meskipun usia anak masih terlalu dini dan dirasa tidak sepenuhnya memahami maskud dari SARA, tetapi penting untuk Mama memilah kata-kata yang terpat saat berbicara dengannya.
Saat anak bertanya seputar rasisme yang ramai terjadi saat ini, usahakan untuk tidak memilih bahasa atau kata-kata yang menyinggung suatu suku, agama, ras, dan antar golongan. Hindari untuk membeda-bedakan orang berdasarkan warna kulit dan perbedaan kebudayaan.
Dengan begitu, maka si Kecil akan belajar memahami sejak dini untuk tetap menghargai perbedaan tanpa menyinggung SARA antara orang lain.
4. Mengikutsertakan anak dalam kegiatan yang bisa mengajarkannya perbedaan
Meskipun anak mungkin belum sepenuhnya memahami, Mama bisa menstimulus mereka dengan mengikutsertakannya dalam berbagai kegiatan yang melibatkan banyak orang guna mengajarkan perbedaan sejak dini.
Mulai dari tim sepak bola, klub seni, dan sebagainya, Mama bisa membantu mendorong rasa kerjasama si Kecil dan membangun ikatan anak dengan orang sekitarnya tanpa saling membedakan. Dengan mengikutsertakan dalam berbagai kegiatan, diharapkan anak menjadi lebih terbuka dan dapat bersosialisasi dengan sesama untuk menumbuhkan rasa toleransinya.
5. Ajari anak mengenai keyakinan dan keinginan setiap orang yang berbeda-beda
Salah satu mengembangkan sikap sosial anak sejak kecil adalah dengan memahami bahwa setiap orang memiliki keyakinan serta keinginan yang berbeda-beda. Mama bisa bertanya pada si Kecil untuk meningkatkan kemampuan ini sejak usia dini.
Misalnya dengan bertanya apa yang ia pikirkan tentang orang lain saat menyaksikan suatu tayangan favorit mereka di televisi ataupun ponselnya. Dengan begitu, Mama bisa membantu anak menumbuhkan rasa empati terhadap sesama.
Meskipun usianya masih belum sepenuhnya memahmi makna rasisme, tetapi Mama harus bisa membuat anak lebih tenang dan memahami adanya perbedaan dan toleransi sejak dini. Tentunya ini akan berguna bagi mereka di masa mendatang.
Baca juga:
- Lakukan 8 Cara Ini untuk Mengajarkan Anak Tidak Bersikap Rasis
- Kenali Penyebab dan Cara Mengatasi Anak Tidak Suka Berteman
- Ma, Ini 6 Cara Membantu Anak Mengatasi Fobia