Memahami Motivasi di Balik Perilaku Anak, Jangan Langsung Dihakimi Ma!
Menghakimi anak memang gampang, tapi coba pahami dulu motivasi atas perilaku mereka
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bagi kebanyakan orang dewasa, 'menghakimi' orang lain itu mungkin mudah. Hal ini tak jarang membuat banyak orangtua, guru, atau orang dewasa lainnya lebih mudah melakukan hal serupa pada anak mereka.
Mulai dari anak yang sering berlarian dan melompat yang dinilai sebagai anak hiperaktif. Ada pula anak yang nggak bisa diam di kelas yang sering disebut sebagai anak sulit fokus.
Padahal, tahukah Mama bahwa semua penilaian tersebut justru yang sering membuat para orangtua atau guru tidak bisa mengidentifikasi akar penyebab dari tingkah anak tersebut.
Melansir dari unggahan Dr. Dono Baswardono, seorang psikolog, pakar komunikasi politik, dan penulis buku, berikut Popmama.com akan merangkumkan apa saja motivasi di balik perilaku anak sehingga sering dihakimi.
1. Sering lompat bukan berarti hiperaktif
Mama pasti pernah mengalami kondisi di mana anak sering sekali bertingkah lebih aktif dari biasanya, atau langsung dinilai sebagai anak yang hiperaktif. Misalnya saat anak lompat di sofa, memanjat meja, atau berlarian di dalam rumah.
Jangan dulu menyebutkan anak hiperaktif, tapi coba deh Mama kenali motivasi di balik perilakunya. Anak yang bertingkah aktif ini biasanya karena mereka terangsang berlebihan atau overstimulasi, yang membuatnya merasa senang dan harus menggerakkan tubuh.
Nah, anak yang dalam kondisi seperti ini memang butuh menggerakkan tubuh mereka, akan susah jika Mama justru menyuruh mereka untuk diam. Alih-alih menghakimi atau memarahi anak, cobalah memberikan tempat yang lebih adaptif seperti halaman, agar anak bisa dengan bebas bergerak.
2. Memukul bukan berarti anak agresif
Anak yang kedapatan memukul atau mendorong temannya sering kali dilabeli sebagai anak yang agresif. Padahal, anak yang mendorong, memukul, membanting atau berebut mainan bisa jadi perilaku dari anak yang sedang merasa overwhelmed dengan dirinya, Ma.
Maksudnya, anak dengan perilaku ini biasanya terjadi karena mereka sedang merasa terbebani atau kewalahan akan satu hal, bisa juga karena mereka sedang frustasi atau ketakutan, sehingga dampaknya membuat anak menjadi lebih agresif pada orang sekitarnya.
Kalau anak mama mengalami hal ini, mereka butuh mengistirahatkan dirinya dengan berada di tempat yang stimulasinya lebih sedikit. Jika memungkinkan, Mama bisa mengajak anak diskusi menggunakan kegiatan yang lebih tenang seperti membaca dongeng.
3. Anak mengulang pertanyaan karena belum sepenuhnya paham
Memang ada masanya Mama akan kesal ketika anak terus mengulang pertanyaan yang sama, padahal Mama sendiri sudah berkali-kali menjawabnya. Pernah mengalaminya, Ma?
Meski sering kali merepotkan orangtua karena harus terus menjawab pertanyaan yang sama, tapi coba deh kita cari tahu dulu motivasi mereka melakukan hal ini.
Hal ini bisa terjadi karena anak belum tau cara bertanya yang lebih kompleks, sehingga pertanyaan yang diajukan akan berulang. Penyebab lainnya bisa jadi karena anak merasa cemas, tidak yakin, atau takut untuk menanyakan hal lain.
Lantas, apa sih yang harus orangtua lakukan? Anak butuh penegasan atau jaminan rasa aman dari orangtua atas apa yang sedang mereka pertanyakan. Mama bisa memberikan jawaban yang lebih mendalam agar anak lebih memahaminya secara kompleks. Bila perlu, berikan pelukan pada anak selama beberapa menit untuk meyakinkan jawaban yang diberikan.
4. Mengabaikan bukan berarti tidak mau mendengarkan
Mama pasti pernah berada di posisi si Kecil yang terus menjawab "nggak" atau menolak apapun ketika diminta. Misalnya diminta untuk makan atau mandi, lalu mereka menolaknya.
Anak yang melakukan hal ini bukan berarti mereka tak mau mendengarkan kok, Ma.
Ini bisa jadi anak merasa frustasi, tidak didengar atau tidak dilihat. Dengan kata lain, anak merasa tidak dianggap sehingga mereka menolak melakukan permintaan yang orangtuanya inginkan.
Kalau anak mama mulai sering menolak, coba deh perhatikan lagi apakah mungkin Mama sering mengabaikan mereka ketika bercerita? Hal ini karena anak sangat ingin perasaannya didengar atau ditanggapi oleh orangtua. Bisa dengan hal-hal kecil, seperti bertanya aktivitas yang mereka lakukan seharian ini.
Dari penjelasan di atas, orangtua bisa lebih melihat apa yang menyebabkan anak melakukan hal demikian, sehingga tidak ada lagi penilaian terhadap anak yang justru kerap membuat hubungan dengan anak malah berjarak dan lama-kelamaan menjauh.
Semoga informasi di atas bermanfaat dan bisa mulai dipraktikkan ya, Ma.
Baca juga:
- 8 Ciri Anak Hiperaktif Usia 2 Tahun, Apa Sudah Pasti ADHD?
- Berikan 5 Permainan Positif Ini untuk Anak yang Hiperaktif
- 6 Cara Menghadapi Anak yang Suka Bertanya