Setop Menyalahkan Diri saat Anak Berperilaku Buruk
Connecting before correcting, terkoneksi secara emosional dengan anak
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ada kalanya seorang Mama stres melihat tingkah laku anak yang dinilai berlebihan. Mulai dari berperilaku buruk di depan umum, terlalu aktif, seulit mengikuti aturan dan banyak hal.
Berhadapan dengan alasan itu, orangtua terutama Mama kadang menyalahkan diri sendiri. Merasa tidak bisa mendidik anak dengan baik dan benar, serta merasa bersalah dan gagal menjadi orangtua.
Psikolog Roslina Verauli, M.Psi.,Psi. mengatakan setiap anak punya keunikan masing-masing. Mereka bahkan mewarisi genetik unik dari bayi, tak seperti botol kosong.
Sehingga jika anak cenderung tempramen atau sangat akti, bukan berarti orangtuanya salah mendidik. Bisa jadi anak tersebut lahir dengan profil klinisnya masing-masing.
"Anak terlahir dengan profil klinisnya masing-masing. Bukan karena kitanya salah asuh, tapi mungkin anaknya punya profil klinis yang perlu dibeberkan oleh dokter dan psikolog," jelas Vera dalam acara Pesona Ramadan Buka Puasa Bersama Orami Community 2022, Sabtu (23/4/2022).
Berikut Popmama.com rangkum informasi selengkapnya.
1. Connecting before correcting, orangtua bisa peka secara emosional
Vera mengatakan kalau orangtua mesti peka dengan kebutuhan sang Anak saat itu. Ini membantu anak bisa memahami instruksi kita lebih baik dan membuatnya bisa mengerti mau kita saat itu.
"Kasih instruksi dengan anak bukan correcting tetapi connecting. Connecting firts before correcting. Kita peka nggak sama kebutuhan anak? Kira-kira apa kebutuhan anak. Ingat, kita kasih opsi yang mengarahkan emosinya. Bantu anak paham emosinya apa dulu," tuturnya.
2. Perilaku 'misbehave' anak bisa jadi cerminan 'gunung es', ada latar belakang dan sebabnya
Semua perilaku yang anak cerminkan di luar menurut Vera bagai gunung es. Yang ditunjukkan hanya sebagian kecil, sedangkan sebagian besarnya dilatarbelakangi oleh banyak hal. Ada kesendirian, kesepian dan masih banyak lainnya.
"Rata-rata anak-anak kebutuhan usia di bawah 5 tahun hanya ingin bersama orangtuanya. Rata-rata masalah anak di usia ini karena kesepian, tidak ada yang menemani. Kalau anaknya full need-nya baru bisa arahkan anak," pungkas Vera.
Jadi menurut Mama dua anak ini untuk 'misbehave' yang dialami anak, pahami lebih dulu profil dan 'needs' yang melatarbelakangi perilakunya.
"Agar dipahami dan terkoneksi dengannya. Connecting before correcting!," tuturnya.
3. Tiap anak punya profil klinisnya sendiri, begitupun dengan orangtua
Dalam acara buka puasa bersama itu ada seorang Mama yang menceritakan kisahnya. Ia merasa tidak bisa connecting ke anak, dan menyalahkan diri sendiri karena si Kecil misbehave.
Di Instagramnya, menyambung perihal connecting dengan anak Vera menyampaikan adakalanya tidak mudah menjadi orangtua. Maklum, setiap anak terlahir bukan seperti kertas kosong melainkan terlahir dengan sifat bawaan secara genetis dari aspek biologisnya.
"Begitupun orang tua. Orang tua juga memiliki profil klinis tersendiri. Saat anak bertemu dengan pengasuhan orangtuanya, kombinasi bisa berupa; pengasuhan yang mudah, 'challenging,' hingga yang benar-benar sulit dan butuh penanganan ekstra," tuturnya.
Itulah tadi informasi mengenai connecting beore correcting kepada anak. Ingat ya, Ma jangan menyalahkan diri sendiri apalagi menganggap kita sebagai orangtua yang gagal.
Jika membutuhkan bantuan profesional, maka bisa menghubungi dokter atau psikolog anak ya.
Baca juga:
- 7 Tips Hadapi Kenakalan Anak Usia Balita, Jangan Langsung Memarahi
- Alasan tidak Boleh Menyebut Nakal pada Anak
- Ini Ma, 5 Kenakalan pada Anak yang Tidak Boleh Dibiarkan