TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Apakah Stunting Bisa Disembuhkan Hingga Anak Kembali Normal?

18.5 persen anak di Indonesia mengalami stunting akibat gangguan pada janin

Freepik

Stunting adalah kondisi yang terjadi pada anak-anak akibat kurangnya nutrisi yang memadai selama periode pertumbuhan awal mereka, biasanya terjadi pada dua tahun pertama kehidupan. Stunting dapat mengganggu pertumubuhan pada seorang anak dan sifatnya permanen hingga ia dewasa. Namun, apakah stunting masih dapat dicegah atau diperbaiki?

Mengutip dari laman RRI.co.id, Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu-Anak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Lovely Daisy menyatakan stunting pada anak usia di atas 2 tahun masih bisa diperbaiki. Ini melalui intervensi medis untuk meningkatkan tumbuh kembang otak.

"Untuk kembali mencapai potensi optimalnya tidak bisa, karena terlanjur terjadi gangguan. Tapi kami tetap berikan pengobatan supaya perkembangan otaknya bisa tetap berlanjut," kata Daisy dikutip dari laman RII, Jumat (27/10/2023). 

Pada kondisi normal, kata Daisy, pertumbuhan optimal otak anak akan mencapai 85 persen saat ia menginjak usia 2 tahun. Anak dengan masalah stunting umumnya kurang dari jumlah tersebut.

Berdasarkan data survei kesehatan 2022, kata Daisy, 18,5 persen bayi di Indonesia lahir dalam kondisi stunting. Lantaran pengaruh gangguan janin sebelum lahir.

Lantas apakah stunting bisa disembuhkan hingga anak kembali normal? Penanganan dan langkah seperti apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan laju pertumbuhan si Kecil? Berikut Popmama.com telah merangkum informasinya di bawah ini. Simak baik-baik ya!

1. Apa itu stunting?

dailymirror.lk

Stunting adalah kondisi yang terjadi pada anak-anak akibat kurangnya nutrisi yang memadai selama periode pertumbuhan awal mereka, biasanya terjadi pada dua tahun pertama kehidupan. Stunting terjadi ketika anak tidak mendapatkan nutrisi yang cukup untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan fisik dan kognitif mereka. Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan yang permanen dan berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan anak hingga dewasa.

Stunting ditandai dengan panjang atau tinggi badan anak berada di bawah standar. Secara medis, stunting terjadi ketika tinggi badan anak berada di bawah kurva pertumbuhan yang seharusnya.

Ada sederet faktor yang bisa meningkatkan risiko stunting, yang paling sering adalah tidak terpenuhinya asupan gizi dalam jangka panjang. Tak sedikit orang yang menganggap anak yang bertubuh pendek disebabkan karena faktor genetik. Namun, faktor dari genetika ternyata hanya menyumbang sebagian kecil untuk kondisi pertumbuhan anak khususnya stunting.

2. Penyebab stunting

Pexels/Denys Mikhalevych

Penyebab stunting yang biasanya terjadi pada masa kanak-kanak, terutama pada dua tahun pertama kehidupan adalah kekurangan gizi kronis, terutama kekurangan gizi dalam jangka waktu yang panjang. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan stunting antara lain:

  • Ibu hamil yang kurang mendapat asupan gizi: Melansir dari laman WHO, sekitar 20 persen stunting sudah terjadi saat bayi berada dalam kandungan. Pemicunya adalah asupan gizi yang tidak memadai. Kurangnya asupan gizi ini bisa membuat ibu hamil mengalami anemia defisiensi zat besi. Akibatnya, kondisi ini bisa menghambat pertumbuhan janin.
  • Pola makan orangtua yang tidak seimbang: Pola makan yang tidak seimbang, seperti kurangnya konsumsi sayuran, buah-buahan, dan sumber protein, dapat menyebabkan anak kekurangan nutrisi penting untuk mencapai pertumbuhan optimal. 
  • Perawatan yang kurang maksimal pasca melahirkan: Bukan hanya bayinya saja, ibu juga butuh perawatan yang memadai pasca melahirkan. Tujuannya agar ibu bisa memberikan ASI yang memadai untuk Si Kecil. Ingat, ASI sangat penting untuk 1.000 hari pertama bayi karena bisa memperkuat imunitasnya. Kurangnya perawatan pasca melahirkan bisa membuat ibu kelelahan kronis, mengalami sindrom baby blues bahkan depresi pasca melahirkan.
  • Gizi anak yang tidak terpenuhi: Anak perlu mendapatkan nutrisi yang cukup pada 2 tahun pertama kehidupannya. Sebab, kurangnya asupan nutrisi seperti protein, zinc (seng) dan zat besi menjadi faktor utama penyebab terhambatnya pertumbuhan fisiknya.
  • Imunitas yang rendah: Jika anak tidak terpenuhi asupan gizinya, maka akan menyebabkan imunitasnya yang melemah. Sehingga, anak akan mudah terserang penyakit. Hal tersebut juga dapat mempengaruhi tumbuh kembangnya.
  • Pemberian ASI yang eksklusif: ASI memiliki kandungan nutrisi yang lengkap dan penting untuk pertumbuhan optimal. Terkadang, pada beberapa situasi, tidak cukupnya asupan ASI dalam periode enam bulan pertama kehidupan dapat menyebabkan kekurangan nutrisi pada bayi.
  • Mengidap penyakit jantung bawaan: Anak dengan kondisi ini sulit menelan makanan. Selain itu juga ini berkaitan dengan fungsi jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh. Padahal, darah berperan dalam membawa nutrisi ke seluruh tubuh. Kegagalan jantung memompa darah keseluruh tubuh dapat menghambat distribusi nutrisi.

3. Ciri-ciri stunting

Freepik/jcomp

Ciri-ciri anak yang terkena stunting dapat ditandai dengan postur tubuh pendek dan jauh berbeda dengan anak seusianya. Namun, terdapat juga ciri-ciri lainnya seperti:

  • Berat badan anak lebih rendah ketimbang anak seusianya.
  • Pertumbuhan tulang terhambat, sehingga tulang tampak lebih pendek.
  • Mudah terpapar penyakit.
  • Mengalami gangguan belajar, seperti kurang fokus atau nilai yang rendah.
  • Mengalami gangguan tumbuh kembang, terutama dalam fisik.
  • Fisik yang kurang aktif bergerak.
  • Mengalami batuk kronis, demam dan keringat berlebih di malam hari.
  • Sianosis, yaitu tubuh anak berubah warna jadi kebiruan ketika menangis.
  • Sering lemas dan tampak tak bertenaga.
  • Sesak napas.
  • Clubbing finger, yaitu ujung jari atau kuku berbentuk seperti bagian belakang sendok (melebar dan menekuk).
  • Bayi enggan disusui.

4. Apakah stunting dapat diperbaiki?

Freepik/freepik

Daisy mengatakan, bentuk intervensi yang tepat untuk mengakselerasi laju pertumbuhan otak pada anak stunting adalah dengan mengonsultasikan masalah yang dialami ke pihak medis di rumah sakit. Ini untuk mendapatkan tata laksana intervensi gizi.

"Stunting berpengaruh pada pertumbuhan otak dan fisik anak. Kalau perkembangan badannya sudah terganggu, artinya pertumbuhan otak juga mengalami gangguan," ujarnya. 

Ia mengatakan intervensi gizi untuk anak setelah usia 2 tahun tetap berkontribusi mengejar ketertinggalan masa tumbuh kembang akibat kondisi stunting. Salah satunya dengan memberikan asupan makanan berprotein hewani seperti telur, daging ayam, daging sapi, maupun ikan. Menurutnya, tidak semua anak yang terkena stunting sudah tidak dapat bertumbuh lagi tinggi badannya.

Itulah informasi tentang apakah stunting bisa disembuhkan hingga anak kembali normal? Stunting pada anak ternyata masih bisa di intervensi guna mengejar ketertinggalan tumbuh kembangnya. Namun, yang paling terpenting adalah bagaimana orangtua mencegah terjadinya stunting pada anak sebelum mereka lahir, dibanding mengobati anak yang sudah terkena stunting karena sudah terlambat.

Pencegahan stunting sebelum kelahiran dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti pemeriksaan kehamilan secara berkala, mengonsumsi makanan tinggi kalori, protein dan mikronutrien selama kehamilan, dan rutin melakukan pemeriksaan guna mendeteksi penyakit.

Baca juga:

The Latest