Eksklusif: Tips Adrian Khalif Mengelola Emosi sebagai Orangtua, Harus Tenang dan Sabar
Ketika sedang mendidik anak, sebenarnya orangtua juga sedang mendidik diri sendiri
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tumbuh kembang anak erat kaitannya dengan orangtua yang menjadi lingkungan pertama tempat si Kecil belajar hal baru. Salah satu unsur penting dalam menjadi orangtua adalah bagaimana kita dapat mengelola emosi dengan baik.
Pasalnya, perkembangan emosi anak sangat dipengaruhi dari cara orangtua memperlakukannya. Maka dari itu, orangtua harus berhati-hati pada setiap ucapan, tindakan dan keputusan yang dibuat berkaitan dengan anak.
Bagi Adrian Khalif, bukan hal yang mudah bagi orangtua untuk mengelola emosi di hadapan anak. Ada saja tantangan yang perlu dihadapi, salah satunya ketika anak sudah mulai rewel.
Lantas, bagaimana ya cara Adrian Khalif mengelola emosi sebagai orangtua? Yuk, simak rangkuman wawancara eksklusif Popmama.com bersama Popmama Star Juni 2023 ini.
1. Adrian Khalif membantu anak dalam mengenal emosinya sendiri
Menikah pada tahun 2017, kini Adrian Khalif sudah memiliki kedua anak laki-laki yang usianya masih kecil. Putra pertama yang diberi nama Kaiu Arshad Thamrin atau akrab disapa Kaiu berusia 4 tahun, sedangkan si Bungsu baru berumur sepuluh bulan.
Memiliki anak yang berada di fase tumbuh kembang, Adrian bercerita jika kedua anaknya hingga sekarang belum pernah mengalami tantrum. Hal ini bisa terjadi karena Adrian tidak pernah melarang anaknya untuk memendam perasaan negatif yang dirasakannya.
“Kebetulan anak pertama dan kedua saya belum ada di fase tantrum. Mungkin karena saya dan istri nggak pernah ngelarang anak untuk marah. Kalau anak lagi marah, itu pasti akan saya ajak ngobrol, bukan disuruh diam dan memendam perasaannya,” kata Adrian Khalif dalam wawancara eksklusif bersama Popmama.com.
Sebagai informasi, tantrum adalah ledakan emosi kuat yang umum terjadi pada anak. Biasanya, anak mengekspresi kemarahan dengan tidur di lantai, berteriak, meronta-ronta, hingga menahan napas.
Demi membuat Kaiu tidak rewel atau sedih ketika merasakan emosi negatif, Adrian membiasakan bertanya kepada putranya tentang perasaan yang dirasakan. Hal tersebut juga membantu anak lebih mengenali emosinya.
“Saya akan ngajak ngobrol anak dan bertanya kenapa dia begitu (rewel/marah). Biasanya, istri saya Ila yang lebih jago nenangin anak,” lanjutnya.
2. Penting untuk memberikan perhatian serta kasih sayang kepada anak sebaik mungkin
Mengutip dari pernyataan Rudolph Dreukurs selaku pakar pengasuhan anak asal Amerika Serikat, alasan utama yang menyebabkan anak berperilaku buruk adalah karena merasa putus asa tidak mendapat perhatian dari orangtua.
Salah satu bentuk ekspresi emosionalnya adalah dengan kemarahan yang meledak-ledak atau dikenal sebagai istilah tantrum.
Ketika anak mulai memperlihatkan tingkah tersebut, maka orangtua harus kembali bertanya kepada diri sendiri apakah sudah memberikan perhatian yang cukup kepada si Kecil.
“Menurut saya memberikan perhatian kepada anak itu penting sekali. My philosophy as a parents, at least you have to fill your child with love and attention,” ujar Adrian Khalif.
Sekali pun Mama dan Papa memberikan mainan mahal kepada anak, hal itu tidak sepadan dengan perhatian serta kasih sayang yang dibutuhkan oleh buah hati.
“Bahkan, ketika kita capek atau lelah, kita juga harus memberikan atensi kepada anak secara maksimal. Diibaratkan, kalau orantua beliin barang atau mainan ke anak, itu nggak setara dengan pemberian love dan attention buat anak,” tambahnya.
3. Cara Adrian Khalif mengatasi anak yang tak sengaja berkata kasar
Meski masih kecil, perlu Mama ketahui bahwa anak adalah peniru yang ulung. Otaknya dapat dengan mudah merekam segala hal yang ia lihat dan dengar. Bahkan, perkataan kasar yang tak sengaja diucapkan orangtua bisa ia dengar baik dan kemudian diucapkan.
Padahal, anak juga belum paham apa arti dari kalimat yang diucapkannya tersebut. Hal serupa pun juga pernah dialami Adrian Khalif. Saat itu, ia tak sengaja berkata kasar dan didengar oleh putra sulungnya.
“Sebenarnya, itu kekurangan saya. Saya sebagai orangtua kadang suka very casual kalau ngomong. Pas nonton bola, ada momen saya nggak sengaja kelepasan berkata kasar. Besoknya, saya dengar Kaiu meragain perkataan kasar saya saat bermain bersama bonekanya,” cerita Adrian Khalif.
Alih-alih langsung menghentikan di saat itu juga, Adrian memilih untuk berusaha tenang terlebih dahulu. Menurutnya, jika anak disuruh berhenti pada saat itu juga, anak kemungkinan besar tidak akan menurut dan justu mengulanginya lagi.
“Menurut saya, kalau ngelarang saat itu juga, anak pasti bakal lakuin itu lagi karena penasaran. Jadi, sebagai gantinya pas malam sebelum tidur, saya berusaha nasihatin Kaiu kalau tidak boleh ngomong seperti itu lagi. Akhirnya, dia pun nurut nggak ngomong kayak gitu lagi,” jelasnya.
4. Ketika anak rewel, pertanda anak sedang lelah atau mengantuk
Menangis atau rewel adalah hal yang sering dilakukan anak-anak, biasanya untuk menunjukan emosi dan rasa nyaman akibat hal tertentu.
Ketika putranya mulai memperlihatkan sikap tersebut, Adrian sebagai seorang Papa pun akan berusaha menenangkan.
“Ketika anak rewel, saya menghadapinya dengan memberikan kasih sayang. Soalnya, kalau di case saya, anak rewel itu tandanya dia lagi capek atau ngantuk, jadi pasti bentar lagi tidur. Saya tenanginnya dengan peluk, gendong, sampai dia tidur,” ungkap Adrian Khalif.
“Makanya, saya sama istri sampai sekarang masih menerapkan kalau anak wajib untuk tidur siang karena itu penting banget. Kalau nggak tidur siang biasanya akan rewel,” lanjutnya.
5. Ketika sedang mendidik anak, sebenarnya orangtua juga sedang mendidik diri sendiri
Ketika sedang mendidik anak, menandakan orangtua juga sebenarnya sedang mendidik diri sendiri. Banyak pelajaran yang Adrian dapatkan usai menyandang status sebagai seorang Papa, termasuk terkait pengelolaan emosi ketika merawat si Kecil.
“Kerasa banget sekarang lebih sabar karena menghadapi anak itu terkadang bikin lelah. Pasti ada aja momen anak berantakin mainan lah. Tapi, setelah lewatin itu biasanya saya sama istri ngakhirinnya dengan ngobrol biar besok semangat lagi buat lewatin hari,” ungkapnya.
Menjadi orangtua memang tidak ada habisnya. Ada waktu di mana membuat kita merasa lelah, namun di lain sisi juga pasti merasa bersyukur sekaligus senang karena dapat melewati fase-fase menyenangkan membesarkan anak.
“Jadi orangtua itu nggak ada habisnya, I’ts never ending. Ada waktu ngerasa capek banget, tapi ada juga happy-nya. Ya tinggal dinikmatin aja sih. Apalagi, kalau ngeliat anak yang nyariin kita dan ungkapin rasa sayang ke kita itu rasanya yang tadi capek langsung hilang capeknya,” pungkasnya.
Nah, jadi itu dia tips yang diberikan Adrian Khalif untuk mengelola emosi sebagai orangtua. Kuncinya kita memang harus menghadapinya dengan tenang dan sabar ya, Ma.
Popmama Star Edisi Juni 2023: Adrian Khalif
Editor in Chief - Sandra Ratnasari
Senior Editor - Novy Agrina
Editor - Onic Metheany
Reporter - Putri Syifa Nurfadilah, Sania Chandra Nurfitriana
Social Media - Natalia Adinda
Design - Aristika Medinasari
Photographer - Michael Andrew P.
Videographer - Krisnaji Iswandani
Stylist - Onic Metheany, Putri Syifa Nurfadilah
Makeup Artist - Kay Mori
Bomber jacket Adrian Khalif - Shining Bright
Mustard jacket and white pants - Adrian Khalif's wardrobe
Footwear - Adrian Khalif's wardrobe
White t-shirt Kaiu - Nike by Wilio
One set sporty wardrobe Kaiu - Nike by Wilio
Grey pants Kaiu - KYDS
Footwear Kaiu - Nike by Wilio
Baca juga:
- Eksklusif: Adrian Khalif Ungkap Pentingnya Figur Papa dalam Perkembangan Anak
- Eksklusif: Punya Istri Mudah Overthinking, Adrian Khalif Berusaha Lakukan Hal Ini
- Eksklusif: Nilai-Nilai Penting yang Ditanamkan Adrian Khalif pada Anak Laki-Laki