Mengenal Fase Phallic, Ketika si Kecil Asyik Memainkan Alat Genitalnya
Wajarkah hal tersebut terjadi pada anak?
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap manusia diciptakan untuk tumbuh dan berkembang, tak terkecuali anak mama.
Si Kecil kesayangan Mama yang dahulu masih sering digendong dan disusui, kini telah tumbuh menjadi balita yang lebih mandiri.
Dalam proses tumbuh kembangnye tersebut, si Kecil pasti akan melewati beberapa fase psikoseksual.
Freud membagi perkembangan psikoseksual pada masa kanak-kanak menjadi empat fase, yaitu fase oral, fase anal, fase phalic, dan fase laten.
Fase oral dan anal mungkin tidaklah begitu mengagetkan bagi Mama, lain halnya dengan fase phalic.
Selama fase phalic berlangsung, maka anak akan merasakan alat kelaminnya sebagai bagian yang menyenangkan.
Karena itu pada fase ini anak senang mempermainkan kelaminnya.
Namun, apakah hal tersebut normal jika dilakukan secara terus menerus?
Lalu, apa yang harus Mama lakukan?
Mengetahui pentingnya edukasi mengenai fase phalic yang satu ini, berikutPopmama.com telah merangkum 5 faktanya!
1. Pada usia berapa anak akan memasuki fase phalic?
Apa itu fase phalic? Fase phalic adalah fase dimana anak menaruh perhatian kepada alat kelaminnya dan mulai mengerti perbedaan antara laki-laki dan perempuan
Fase phalic sangatlah wajar dan normal.
Pada usia ini, sesuai dengan perkembangan psikoseksualnya, anak ada dalam fase phalic, atau fase di mana si Anak mulai merasakan sensasi seksual di kelaminnya untuk pertama kali.
Fase phalic sendiri terjadi pada anak di usia 3-5 tahun. Pada fase ini, anak juga sudah mulai memperhatikan adanya perbedaan antara alat kelamin perempuan dan laki laki.
Tak heran jika pada fase ini, anak sudah mulai tertarik pada orangtua yang berlainan jenis kelamin dengan dirinya.
Anak laki-laki kepada Mamanya, sedangkan fase falik pada anak perempuan ke Papanya.
Hal yang perlu diketahui ialah, tahapan anak bermain dengan genitalnya merupakan fase yang normal.
Persepsi orangtua yang beranggapan bahwa anak tengah melakukan masturbasi merupakan asumsi yang kurang tepat.
2. Bagaimana cara menjelaskan pada si Kecil?
Hal pertama yang harus dilakukan oleh orangtua adalah dengan membiarkan si Kecil menikmati fase tersebut, selama tidak mengganggu lingkungan sekitar.
Meskipun normal dan wajar terjadi, namun Mama harus tetap mengontrolnya.
Seringkali si Kecil bukan hanya menggesek-gesekkan kelaminnya, tetapi bisa juga ia bertelanjang dan memegang-megang kelaminnya di depan orang lain, misalnya di hadapan tamu saat ada yang berkunjung ke rumah.
Kejadian tersebut memang sangatlah memalukan dan membuat Mama tidak nyaman.
Jika sudah terjadi, maka ajaklah ia masuk ke dalam kamar dan alihkan perhatiannya.
Jangan memarahinya, karena hal tersebut dapat terekam dalam memori si Kecil sehingga ia beranggapan bahwa memegang kelamin atau beraktivitas seksual adalah suatu hal yang terlarang dan hal ini juga akan berpotensi menimbulkan persepsi buruk seksual di masa depannya.
3. Apakah kebiasaan ini akan hilang dengan sendirinya?
Jangan khawatir Ma, fase phalic akan segera berlalu karena nantinya anak akan beralih ke fase laten.
Jadi biasanya, hal tersebut akan berhenti sekitar ia berusia 5 atau 6 tahun biasanya.
Fase laten sendiri adalah fase di mana anak sudah tidak fokus dengan sensasi seksual tetapi lebih banyak terfokus pada tumbuh kembang fisik dan kognitifnya.
4. Mama atau Papa yang seharusnya lebih berperan penting dalam mengatasi fase phalic pada anak?
Baik Mama ataupun Papa, sebenarnya sama saja. Ciptakanlah suasana bahwa kebersamaan orangtua adalah sumber informasi seksual yang sama bagi anak.
Meskipun nantinya akan terseleksi, namun sebaiknya yang lebih berperan adalah orangtua yang memang paling banyak memiliki kualitas waktu terbaik bersama anak.
Walaupun nantinya Mama yang akan berperan penting, bukan berarti Papa tidak melakukan apa-apa atau tidak berperan dalam komunikasi seksual bersama anak ya!
5. Bagaimana jika komunikasi pada si Kecil gagal diterima dengan baik?
Jangan berkecil hati, pahamilah terlebih dahulu mengenai tahapan perkembangan seksual anak, karena sesungguhnya hal ini wajar dan akan menghilang dengan sendirinya.
Kalaupun Mama dan Papa merasa tidak nyaman karena ia terlalu sering melakukannya, maka cobalah berkomunikasi dengan wajar untuk mengalihkan aktivitasnya dengan aktivitas lain yang lebih menyenangkan seperti mengajak bermain bersama atau memberikannya mainan yang disukai.
Dan sekali lagi, jangan marahi si Kecil secara berlebihan, karena hal tersebut dapat terekam dalam memorinya sebagai pengalaman seksual yang buruk seksual.
Nah, itulah kelima fakta mengenai fase phalic yang perlu orangtua ketahui.
Ternyata hal tersebut memang wajar terjadi, namun tetap kontrol sebisa mungkin agar tidak menjadi kecanduan bagi si Kecil.
Baca juga:
- Cara Mengajarkan Anak untuk Membersihkan Alat Kelamin Sendiri
- Perlukah Mendidik Anak untuk Menyebut Alat Kelaminnya dengan Benar?
- Kenali dengan Tepat, Ini Penyebab Sakit Kepala pada Balita