Tanda-Tanda OCD pada Anak dan Penyebabnya
Tanda-tanda ini bahkan sudah dapat diketahui sejak anak berusia 3 tahun
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
OCD atauobsessive-compulsive disorder seringkali dianggap sebagai gangguan mental yang banyak diderita orang dewasa. Tetapi kenyataannya OCD juga banyak dialami anak-anak, bahkan dengan gejala yang mungkin tidak disadari orangtua sebelumnya.
Lalu, seperti apa gejala OCD pada anak, dan apa penyebabnya? Berikut ini Popmama.com merangkum informasi selengkapnya, dilansir dari Very Well Mind:
1. Apa itu OCD?
OCD atau obsessive-compulsive disorder adalah gangguan mental yang ditandai dengan obsesi dan kompulsi yang mengganggu kehidupan sehari-hari.
Obsesi adalah pemikiran atau rasa cemas yang tidak diinginkan, tetapi juga tidak mau hilang. Obsesi membuat seseorang merasa selalu khawatir sehingga hal ini cukup menyulitkan hidupnya.
Di sisi lain, kompulsi merupakan perilaku berulang yang dilakukan seseorang untuk menghilangkan rasa cemasnya.
2. Anak laki-laki lebih banyak yang mengalami OCD
OCD dikatakan sebagai onset masa kanak-kanak jika obsesi dan kompulsi terjadi sebelum pubertas.
Sementara itu, lebih banyak anak laki-laki yang mengalami OCD pada masa kanak-kanak. Tetapi, tren ini berbalik setelah pubertas.
Selain itu, anak laki-laki dengan OCD onset masa kanak-kanak tampaknya memiliki risiko lebih besar untuk kondisi yang terkait, termasuk gangguan tics.
3. Tanda-tanda OCD pada anak
Tanda OCD pada anak dapat dikategorikan berdasarkan obsesi dan kompulsi.
Obsesi yang umum terjadi pada anak dengan OCD, antara lain:
- Pikiran yang mengganggu dan tidak diinginkan terkait gambaran kekerasan atau hal-hal yang kasar, seperti menyakiti orang lain
- Mengalami kekhawatiran berlebihan atas hal buruk yang akan terjadi atau khawatir melakukan kesalahan
- Menunjukkan kecenderungan "semua hal harus benar/tepat"
- Terpaku pada keteraturan, simetri, atau ketepatan
- Khawatir jatuh sakit atau membuat orang lain sakit
Kompulsi seringkali terkait dengan obsesi. Tanda-tandanya antara lain:
- Menghitung sesuatu berulang-ulang
- Ritual rumit yang harus dilakukan dengan cara yang persis sama setiap kali (yaitu ritual sebelum tidur)
- Mencuci tangan, mandi, atau menggosok gigi secara berlebihan
- Mengulangi suara, kata, atau angka secara berlebihan pada diri sendiri
- Mengurutkan atau mengatur ulang hal-hal dengan cara tertentu atau simetris
- Memeriksa hal-hal secara berulang (seperti memeriksa kembali pintu terkunci, oven mati, atau pekerjaan rumah selesai dengan benar)
4. Penyebab OCD pada anak
OCD pada anak belum diketahui secara pasti. Namun para peneliti mempercayai faktor-faktor biologis seperti struktur otak dan genetik dapat menyebabkan seorang anak mengalami OCD. Hal lain yang juga dapat memicu OCD pada anak adalah trauma yang dialami anak di awal kehidupannya, seperti kekerasan seksual.
Selain itu, stres yang timbul akibat hubungan di keluarga atau masalah di sekolah dapat menjadi pemicu kuat munculnya OCD pada anak.
Fakta lain, ditemukan bahwa 5% anak yang mengalami OCD disebabkan karena reaksi autoimun pada otak yang disebut dengan PANDAS atau autoimun subtype.
5. Penanganan anak dengan OCD
Dalam sebagian besar kasus, pengobatan yang direkomendasikan untuk OCD onset masa kanak-kanak adalah kombinasi antara terapi perilaku kognitif individu atau kelompok (CBT) dan obat-obatan.
Terapi perilaku kognitif individu atau kelompok, atau Cognitive Behavioural Therapy (CBT) yang diterapkan untuk anak dengan OCD adalah child-modified exposure and response prevention therapy (ERP).
Terapi ERP mengekspos anak-anak pada kecemasan yang dipicu oleh obsesi mereka. Kemudian dilakukan pencegahan supaya anak tidak melakukan ritualnya untuk mengurangi kecemasan mereka. Siklus paparan dan pencegahan respons ini diulang sampai anak-anak tidak lagi terganggu oleh obsesi dan/atau kompulsi mereka.
Untuk mendukung penanganan OCD, dokter akan merespkan obat-obatan yang meningkatkan produksi serotonin kimia otak atau selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs).
Anak-anak belum memahami obsesi mereka dibandingkan orang dewasa. Mereka juga belum bisa mengerti sifat irrasional ini dari pikiran mereka. Oleh karena itu dibutuhkan dukungan dari keluarga dan pihak profesional agar anak dapat menjalani perawatan dengan baik.
IPenanganan dan perawatan OCD yang baik niscaya dapat meningkatkan kualitas hidup anak hingga ia dewasa kelak.
Baca juga:
- Kebiasaan Mencabuti Kulit, Waspada Dermatillomania pada Anak
- 3 Kelompok Gangguan Kepribadian pada Remaja
- Anak Selalu Berpikiran Buruk? Waspadai Kecenderungan Victim Mentality