Cara Membangun Sinergi Pertumbuhan Brand Lokal di Tahun 2025
Fokuslah pada pengembangan produk, bukan sekadar mengejar omset
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Industri UMKM dan merek lokal Indonesia mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Merek lokal kini tidak lagi dipandang sebagai alternatif, melainkan sudah menjadi pilihan utama bagi banyak konsumen.
Hal ini terlihat dari semakin populernya produk-produk lokal yang memiliki daya tarik tersendiri di pasar. Hypefast, sebagai rumah bagi beberapa merek e-commerce ternama di Asia Tenggara, melihat peluang besar dalam tren ini dan menilai pertumbuhannya membuka kesempatan yang lebih luas untuk ekspansi.
Pada konferensi pers dengan tema "Key Growth Driver for Local Brands in 2025" yang diadakan pada Kamis (28/11/2024), Hypefast mengungkapkan strategi-strategi utama untuk mendukung perkembangan merek lokal.
Ini sejalan dengan hasil riset yang dilakukan oleh Hypefast pada Agustus 2024, yang dipublikasikan di ThinkwithHypefast, sekitar 70 persen responden aktif mencari produk dari merek lokal saat berbelanja.
Bahkan, 90 persen dari mereka mengaku telah membeli produk lokal dalam waktu tiga bulan terakhir, yang semakin menunjukkan betapa konsumen kini lebih memilih produk-produk dalam negeri.
Lantas apa saja cara membangun sinergi pertumbuhan brand lokal di tahun 2025? kali ini Popmama.com telah berhasil mengulasnya simak dan perhatikan dengan baik agar kamu tidak tertinggal informasi.
Buat Startegi Komunikasi Brand dengan Baik
Diah Minarni, PLT Head of Retail Kurator Sarinah menjelaskan bahwa keberhasilan inovasi merek tidak akan tercapai tanpa adanya strategi komunikasi yang kuat dan terarah.
Inovasi semata tidak cukup, karena penting untuk memiliki pendekatan komunikasi yang mampu menyasar dengan tepat. Salah satu pendekatan unggulan yang digunakan Sarinah adalah pemetaan konsumen berdasarkan 7 layer, yang mengelompokkan pasar sasaran menurut wilayah dan daya beli.
Strategi ini terbukti efektif dalam membantu merek memahami siapa audiens utama mereka dan bagaimana cara terbaik untuk menjangkau mereka dengan produk yang relevan.
Diah juga menegaskan bahwa slogan seperti "Cintai Produk Indonesia" seharusnya tidak hanya menjadi sebuah tagline, tetapi harus diinternalisasi dalam budaya sehari-hari masyarakat.
"Data, evident, dan brand bisa pastikan mitranya sudah siap untuk ekspansi dan
inovasi. Karna konsumen Indonesia tipe yang setia ketika brand komitmen dengan
produk dan menjawab masalah konsumennya. Cintai produk Indonesia tidak boleh
hanya berhenti menjadi tagline, tetapi juga menjadi budaya," jelas Diah.
Dengan menggabungkan data yang akurat, komunikasi yang tepat sasaran, serta fokus pada pemenuhan kebutuhan konsumen, dengan pendekatan ini diharapkan bisa menciptakan ekosistem yang kuat bagi merek lokal untuk berkembang dan dikenal lebih luas, serta semakin diterima oleh konsumen global.
Memaksimalkan Kehadiran Toko Offline
Pengalaman konsumen menjadi faktor penting yang diperhatikan dalam mendorong pertumbuhan merek, terutama dengan memanfaatkan keberadaan toko offline mereka.
Ini semakin relevan di era pasca-pandemi, di mana konsumen mulai kembali memilih untuk berbelanja secara langsung di toko.
Menurut data dari Populix, minat terhadap belanja offline telah meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan sebelumnya.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun belanja online terus berkembang, kehadiran toko offline tetap memainkan peran besar dalam membangun hubungan yang lebih dekat dengan konsumen.
Dengan memberikan pengalaman yang lebih personal dan interaktif di toko, merek dapat memperkuat loyalitas pelanggan dan memperluas jangkauan pasar.
Fokus Membangun Reputasi lewat Pengembangan Produk
CEO Jacquelle Beauty, Budi Thomas, mengungkapkan bahwa salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh merek lokal dalam bersaing di pasar adalah keterbatasan dalam hal pasokan dan teknologi.
"Customer sudah pintar dan bisa membedakan brand-brand yang kredibel. Sehingga dari sisi brand, bisa fokus membangun reputasinya lewat pengembangan produk yang relevan dengan kebutuhan konsumen. Ini praktik yang terus diupayakan Jacquelle Beauty," ungkap Budi.
Banyak merek lokal yang masih menghadapi kesulitan dalam mengakses sumber daya yang memadai untuk mendukung produksi dalam jumlah besar atau pengembangan teknologi yang lebih canggih.
Terbatasnya infrastruktur dan akses terhadap teknologi terkini sering kali membuat merek lokal kesulitan untuk bersaing dengan pemain besar yang memiliki dukungan lebih kuat dalam hal logistik dan inovasi.
Untuk itu, memperkuat sistem rantai pasokan dan berinvestasi dalam teknologi yang tepat menjadi kunci agar merek lokal dapat terus bertahan dan berkembang di pasar yang semakin kompetitif.
Menyeimbangkan UMKM dengan Ketersediaan Saluran Penjualan yang Memadai
Dalam diskusi tersebut, Diah Minarni, PLT Head of Retail Kurator Sarinah, menyatakan bahwa meskipun jumlah UMKM yang ada sangat besar, hal tersebut tidak diikuti dengan ketersediaan saluran penjualan yang memadai.
Di Jakarta, terdapat sekitar 15 hingga 20 juta UMKM, namun masih banyak di antaranya yang kesulitan menemukan tempat atau platform untuk memasarkan produk mereka.
Menyadari hal ini, Sarinah bekerja sama dengan pemerintah untuk meningkatkan jumlah ruang atau "lapak" penjualan yang dapat digunakan oleh para pengusaha UMKM.
Dengan fokus pada pengembangan infrastruktur dan dukungan bagi UMKM, Sarinah berkomitmen untuk menyediakan lebih banyak peluang bagi mereka agar bisa memasarkan produk secara lebih luas dan efektif, baik di pasar lokal maupun global.
Mulai Pendekatan secara Hyperlocal
Sebagai penutup dalam diskusi tersebut, CEO Hypefast, Achmad Alkatiri, menyarankan agar merek lokal mulai mengintensifkan pendekatan hyperlokal sebagai strategi utama.
"Hypefast mendorong local brand untuk mulai pendekatan secara hyperlocal, tidak hanya fokus ke mainstream channel," tutup Achmad.
Menurutnya, strategi ini sangat relevan mengingat produk-produk asal Tiongkok kini sudah memasuki sekitar tujuh dari sepuluh toko yang ada di berbagai daerah Indonesia.
Hal ini menunjukkan bahwa merek luar telah menguasai pasar dan memperluas jangkauannya dengan pesat.
Oleh karena itu, merek lokal perlu meningkatkan fokus pada kebutuhan dan preferensi pasar lokal, serta memperkuat keterikatan dengan konsumen di tingkat daerah.
Dengan memahami karakteristik dan kebiasaan konsumen lokal, merek Indonesia dapat lebih bersaing dan menciptakan produk yang lebih relevan serta meningkatkan keberadaan mereka di pasar domestik.
Nah, itu dia beberapa informasi mengenai cara membangun sinergi pertumbuhan brand lokal di tahun 2025. Dengan fokus pada pengembangan produk, kolaborasi yang efektif, serta pemanfaatan teknologi dan sumber daya yang ada, merek lokal dapat terus berkembang dan bersaing di pasar domestik maupun global.
Baca juga:
- Identik dengan Kemeja Putih, Brand Lokal Ini Kenalkan Warna Baru
- Potret Brand Lokal saat Mengharumkan Nama Indonesia di Turki
- Cerita Para Pelaku Usaha Brand Lokal, Berjuang di Tengah Pandemi