Seram! Ini 6 Efek Negatif Stres pada Wajah dan Kulit
Apakah kamu juga mengalami salah satunya?
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semua orang pasti pernah merasakan stres, tetapi jika stres yang kamu alami menjadi kronis, maka hal tersebut akan berdampak serius pada kesehatan.
Ya, hormon yang dilepaskan tubuh saat merasa stres dapat menyebabkan perubahan fisiologis yang berdampak negatif pada kulit. Beberapa dampak yang akan memengaruhi antara lain adalah kulit kering, keriput, hingga jerawat.
Tak hanya itu, ternyata masih banyak lagi efek negatif lain dari stres yang akan memengaruhi kesehatan kulit dan wajah. Apa saja? Dilansir dari laman Healthline, berikut Popmama.com telah merangkum 6 daftar lengkapnya.
1. Stres dapat menimbulkan jerawat
Saat kamu merasa stres, tubuh akan memproduksi lebih banyak hormon kortisol. Kortisol menyebabkan bagian otak yang dikenal sebagai hipotalamus menghasilkan hormon yang disebut hormon pelepas kortikotropin (CRH).
CRH dianggap dapat merangsang pelepasan minyak dari kelenjar sebaceous di sekitar folikel rambut. Produksi minyak yang berlebihan oleh kelenjar ini dapat menyumbat pori-pori dan menyebabkan timbulnya jerawat.
Sebuah studi tahun 2017 mengamati efek stres pada jerawat ke mahasiswi kedokteran yang berusia antara 22 hingga 24 tahun. Para peneliti menemukan bahwa tingkat stres yang lebih tinggi berkorelasi positif dengan tingkat keparahan jerawat.
Sebuah studi epidemiologi Korea Selatan 2011 juga meneliti faktor-faktor potensial yang memperburuk jerawat pada 1.236 orang. Mereka menemukan bahwa stres, kurang tidur, konsumsi alkohol, dan menstruasi berpotensi memperburuk jerawat.
2. Stres menyebabkan kantung mata
Kantung di bawah mata ditandai dengan pembengkakan atau bengkak di bawah kelopak mata. Kondisi ini akan menjadi lebih parah seiring bertambahnya usia karena otot pendukung di sekitar mata akan melemah.
Kulit kendur yang disebabkan oleh hilangnya elastisitas juga dapat menyebabkan kantung mata. Peneliti telah menemukan bahwa stres yang disebabkan oleh kurang tidur dapat meningkatkan tanda-tanda penuaan, seperti garis halus, elastisitas berkurang, dan pigmentasi tidak merata.
Hilangnya elastisitas kulit juga dapat berkontribusi pada pembentukan kantong di bawah mata.
3. Stres membuat kulit menjadi kering
Stratum corneum adalah lapisan luar kulit. Lapisan ini mengandung protein dan lipid yang memainkan peran penting dalam menjaga sel kulit agar tetap terhidrasi. Stratum corneum juga bertindak sebagai penghalang yang melindungi kulit di bawahnya.
Jika stratum korneum tidak berfungsi sebagaimana mestinya, kulit bisa menjadi kering dan gatal.
Menurut review tahun 2014 yang diterbitkan dalam Target Obat Inflamasi & Alergi, sepasang penelitian yang dilakukan pada tikus menemukan bahwa stres merusak fungsi penghalang stratum korneum dan dapat memengaruhi retensi air kulit secara negatif.
Ulasan tersebut juga menyebutkan bahwa beberapa penelitian pada manusia telah menemukan bahwa stres wawancara dan stres dari gangguan perkawinan juga dapat memperlambat kemampuan pelindung kulit untuk menyembuhkan dirinya sendiri.
4. Stres menimbulkan ruam kulit
Stres berpotensi melemahkan sistem kekebalan. Sistem kekebalan yang melemah dapat menyebabkan ketidakseimbangan bakteri di usus dan kulit yang dikenal sebagai disbiosis. Ketidakseimbangan ini terjadi pada kulit yang dapat menyebabkan kemerahan atau ruam.
Stres diketahui memicu atau memperburuk beberapa kondisi yang dapat menyebabkan ruam atau kulit meradang, seperti psoriasis, eksim, dan dermatitis kontak.
5. Stres menimbulkan keriput wajah
Stres menyebabkan perubahan pada protein di kulit dan mengurangi elastisitasnya. Hilangnya elastisitas ini dapat berkontribusi pada pembentukan kerutan.
Stres juga dapat menyebabkan alis mengerut berulang kali yang juga berkontribusi pada pembentukan kerutan.
6. Rambut beruban dan rambut rontok
Banyak orang yang mengatakan stres bisa membuat rambut beruban. Namun, baru belakangan ini para ilmuwan mengetahui alasannya. Sel yang disebut melanosit menghasilkan pigmen melanin yang memberi warna pada rambut.
Sebuah studi tahun 2020 yang diterbitkan di Nature menemukan bahwa aktivitas saraf simpatik dari stres dapat menyebabkan sel induk yang membuat melanosit menghilang. Setelah sel-sel ini menghilang, sel-sel baru kehilangan warnanya dan berubah menjadi abu-abu.
Stres kronis juga dapat mengganggu siklus pertumbuhan rambut dan menyebabkan kondisi yang disebut telogen effluvium. Telogen effluvium menyebabkan banyak rambut rontok lebih dari biasanya.
Nah, itulah 6 efek negatif dari stres terhadap wajah dan kulit. Selain dengan meditasi, kamu juga bisa mengatasi stres dengan berolahraga, mengonsumsi makanan sehat, hingga tidur yang cukup.
Semoga bermanfaat dan dapat membantumu, ya!
Baca juga:
- Ampuh Atasi Penuaan, Ini 7 Merek Skincare yang Mengandung Retinol
- Ini 5 Rutinitas Skincare untuk Kamu yang Berusia 30-an
- 5 Kosmetik Ji Sun Woo di The World of Married, Cocok untuk Usia 30-an!