5 Mitos Virus Cacar Monyet yang Perlu Kamu Tahu
Lima mitos virus cacar monyet yang perlu kamu tahu
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, virus cacar monyet telah ditetapkan sebagai darurat kesehatan global. Karena itu, sejak merebaknya kasus ini, orang-orang mulai mencari perlindungan diri.
Selain itu, ada lima mitos virus cacar monyet yang perlu kamu ketahui. Simak selengkapnya yang Popmama.com rangkum berikut ini.
1. Cacar monyet merupakan jenis baru dari Covid-19, benarkah?
Faktanya, cacar monyet bukan bagian dari jenis virus baru Covid-19. Kasus cacar ini tidak ada hubungannya dengan corona, sebab virus ini memiliki transmisi dan siklus hidup yang berbeda.
Meski jumlah kasus monkeypox meningkat, hal itu tidak menunjukkan korban jiwa sebagaimana pada tahap awal pandemi Covid-19. Selain itu, cacar monyet juga memiliki tanda dan gejala yang cukup parah.
2. Cacar monyet adalah jenis virus baru?
Faktanya, virus ini bukanlah jenis baru di dunia. Virus ini telah ditemukan pertama kalinya pada tahun 1950 pada penelitian monyet. Dan kasus manusia pertama yang tertular tercatat pada tahun 1970 di wilayah Kongo, Afrika.
Virus ini telah diteliti secara rinci, dan literatur medis memiliki semua informasi mengenai penyebaran dan pencegahannya. Meski awalnya menyerang hewan, virus ini juga bisa menginfeksi manusia. Dan beberapa gejalanya mulai dari demam menggigil, sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan.
Dalam kasus yang lebih parah, rumah dapat berkembang di bagian wajah serta alat kelamin.
3. Virus cacar monyet hanya menyerang pria gay dan biseksual
Sebuah laporan isu mengungkapkan, virus ini terjadi pada pasangan yang melakukan seksual ke sesama jenis. Meski kasusnya meliputi lesi genital, nyeri dubur, pembengkakan dubur, dan pendarahan di anus, namun tidak terbatas pada masalah orientasi seksual saja.
Pakar WHO Andy Seale mengatakan, “Seperti yang coba diklaim oleh beberapa pengguna mendia sosial, ini bukan penyakit gay. Sederhananya, itu tidak benar. Dan siapapun dapat tertular cacar monyet melalui kontak dekat,” ungkapnya.
Tetapi, laki-laki yang berhubungan seks ke sesama juga lebih rentan mengalami infeksi ini. Tidak menutup kemungkinan, virus ini juga menyerang pada pasangan heteroseksual.
4. Tidak ada pengobatan untuk virus cacar monyet
Fakta mengungkap dalam banyak kasus, virus cacar monyet bisa sembuh sendiri dalam waktu 2-4 minggu. Jika didiagnosis tepat waktu, pengobatan bisa dicegah oleh tenaga medis.
Untuk perawatan yang bisa mencegah virus cacar monyet mulai dari simtomatik, isolasi, cairan, hidrasi, pemeliharaan elektrolit, dan antipiretik.
Selain itu, beberapa obat juga bisa dikonsumsi untuk mencegah virus ini, salah satunya parasetamol, antivirus atau NSAID, dukungan nutrisi, perawatan kulit, perawatan mata, serta dukungan pernapasan yang digunakan untuk demam dan nyeri.
5. Hanya monyet saja yang menyebarkan cacar monyet
Mitos mengatakan hanya monyet saja yang bisa menyebarkan virus ini. Tetapi faktanya tidak demikian, virus ini bisa menular kepada manusia.
Dalam penelitian hewan monyet dari Denmark pada tahun 1958, penelitian ini mengungkap bahwa monyet tidak ada hubungannya dengan penularan virus ini. Sebaliknya, mereka juga bisa tertular infeksi melalui gigitan hewan pengerat seperti tupai.
Demikian lima mitos virus cacar monyet. Semoga informasi ini bermanfaat dan selalu melindungi diri ya.
Baca juga:
- 6 Makanan yang Membantu Pulihkan Cacar Monyet dengan Cepat
- 5 Cara Efektif untuk Lindungi Diri dari Cacar Monyet
- Satu Orang Asal Jawa Tengah Suspect Cacar Monyet, Begini Gejalanya