Popmama Arisan: 1001 Cara Bicara Pendidikan Seks pada Anak
Pendidikan seks sejak dini itu penting lho, Ma
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Di Indonesia, pendidikan seks bagi anak masih dianggap tabu oleh sebagian orang. Padahal, pendidikan seks harus diperkenalkan dan diajarkan sejak dini kepada anak. Nantinya, ini bisa jadi bekal bagi pengetahuan anak mama.
Orangtua memiliki peran penting karena Mama dan Papa merupakan sumber pertama pendidikan seks untuk si Kecil.
Jika pendidikan seks tidak diberikan sejak dini, anak tidak akan mengetahui serta cenderung mencari informasi melalui teman sebaya atau sumber-sumber lain yang belum tentu akurat.
Untuk menambah pengetahuan Millennial Mama mengenai hal ini, Popmama.com mengadakan Popmama Arisan bekerja sama dengan Skata dan BKKBN membahas lebih jauh tentang tema Bicara Pendidikan Seks pada Anak pada hari Jumat (6/12/19) di IDN Media HQ, Jakarta.
Dimoderatori oleh Mama Eghy, selaku Editor Popmama.com, kali ini Popmama Arisan menghadirkan narasumber yang ahli dalam bidang kesehatan, antara lain Dr. Hernalom Gultom, MM, selaku Advisor Direktorat Bina Ketahanan Remaja BKKBN dan Alexandra G. Adeline, M.Psi, seorang psikolog Smart Mind Center Consulting.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memberikan pendidikan seks pada anak. Berikut Popmama.com rangkum untuk Mama dan Papa ketahui.
1. Kenali apa itu pendidikan seks
Sebelum memberikan pendidikan seks pada anak, Mama dan Papa perlu tahu apa sih yang dimaksud dengan pendidikan seks.
“Kalau kita bicara pendidikan seks, konotasi sementara ini seks itu berbicara tentang hubungan seks. Jika orang memberikan pendidikan seks pada anak dianggap mengajari anak berhubungan seksual. Oleh karena itu, BKKBN mengubah strategi dan mengembangkan pendidikan seks menjadi pendidikan kesehatan reproduksi. Baik pada remaja maupun dewasa," jelas Dr. Hernalom Gultom.
Kesehatan reproduksi adalah kondisi sehat dari sistem, fungsi, dan proses alat reproduksi. Bebas dari penyakit dan kecacatan, secara fisik maupun sosial.
Dr. Hernalom Gultom juga menceritakan bahwa ia pernah didatangi pasangan remaja, mereka melakukan hubungan seksual. Kemudia keduanya menanyakan kesehatan reproduksi masing-masing sambil menanyakan, apakah sang perempuan bisa hamil atas apa yang telah mereka lakukan (hubungan seks).
Dari kejadian ini, Dr. Hernalom Gultom menjelaskan, secara fisik pasangan muda tadi memiliki kondisi reproduksi yang sehat, namun secara sosial mereka mengalami kecacatan. Kondisi yang seperti inilah yang menjadi fokus BKKBN, perlu adanya pendidikan kesehatan reproduksi.
Pendidikan seks yang dikemas dalam kesehatan reproduksi tidak semata-mata bebas dari penyakit dan kecacatan, namun juga secara fisik maupun sosial.
2. Siapa saja pihak yang perlu terlibat dalam pendidikan seks pada anak
Pihak utama yang harus terlibat dalam pendidikan seks pada anak adalah orangtua karena anak akan memulai segala sesuatu mulai dari lingkungan keluarganya.
Menurut Dr. Hernalom Gultom, “Jangan mengadopsi pada paradigma atau gaya didikan orangtua jaman dulu yang menganggap seks adalah hal yang tabu. Seperti halnya mengajarkan anak bagaimana cara membuat teh atau kopi, jika tidak dididik sejak dini maka anak tidak akan mengetahui bagaimana cara kerja organ reproduksi secara tepat.”
Baru kemudian dibantu oleh pihak lain, seperti guru-guru di sekolah, instansi pemerintah terutama bidang kesehatan, serta LSM sebagai mitra keluarga. Mereka memiliki andil dan tanggungjawab besar dalam pendidikan.
Pada kesempatan ini Psikolog Alexa juga menceritakan bahwa pernah ada pasien yang sama sekali tidak tahu bagaimana cara berhubungan seksual setelah menikah sementara pasangan tersebut ingin memiliki anak.
Menurut Alexa, pasangan suami-istri tersebut hanya pergi tidur bersama, saling menyentuh dan berciuman tapi tidak melakukan apa-apa.
"Penting bagi anak untuk dijelaskan agar mereka mengerti," kata Alexa, tentunya cara menyampaikan disesuaikan dengan usia anak.
3. Kenapa bicara pendidikan seks pada anak merupakan hal penting dalam komunikasi sebuah keluarga?
Pendidikan seks harus diberikan sejak dini karena kebiasaan-kebiasaan kecil yang dilakukan secara terus-menerus bisa saja dapat menimbulkan hal yang tidak diinginkan. Bahkan, hal ini dapat membahayakan.
“Perilaku seksual tanpa disadari dan alamiah terjadi sejak kecil, misal seperti anak menggesek-gesekkan anggota tubuh yang menonjol. Hal tersebut menimbulkan kenikmatan dan anak melakukannya lagi. Pendidikan seks diberikan untuk menghindari kebiasaan dan perilaku menyimpang. Jadi, sebagai orangtua hindari menganggap tabu pendidikan seks sejak dini. Jangan biarkan anak mencari tahu dengan cara-cara yang negatif,” ujar Dr. Hernalom Gultom.
Alexa menambahkan bahwa pendidikan seks diberikan agar anak tahu dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan saat anak dewasa nanti. Mama dan Papa dapat memberikan pengetahuan tersebut dengan cara sederhana. Misalnya, mengenalkan nama dan fungsi dari organ vital anak sesuai dengan namanya, atau sesuai dengan nama medis.
4. Apa dampaknya jika anak tidak mendapatkan pendidikan seks di masa depan?
Orangtua yang masih menganggap tabu dan merasa kaku tentang adanya pendidikan seks bagi anak dapat memberikan dampak yang besar pada masa depan anak.
Mama dan Papa tidak perlu malu mengajarkan hal-hal tentang seks pada anak karena untuk kebaikan mereka sendiri.
“Jika anak tidak diberikan pendidikan seks yang benar atau bahkan ditakut-takuti, dikhawatirkan anak akan merasa takut terhadap organ vitalnya sendiri dan memberikan persepsi yang salah. Pendidikan seks juga penting untuk memberikan pemahaman tentang pelecehan seksual yang bisa saja dialami anak,” ujar Alexa.
Lebih jauh lagi, jika arahan secara dogmatis disampaikan pada anak yang menakut-nakuti bahkan sampai menyebutkan ancaman seperti "masuk neraka, membuat Tuhan marah," ini bisa menyebabkan trauma tersendiri pada anak.
Apa dampak jangka panjangnya bagi anak?
- Anak bisa ketakutan melakukan hubungan seksual meski sudah waktunya
- Anak mengalami vaginismus di masa mendatang
- Anak tidak tertarik dengan lawan jenis
5. Hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat memberikan pendidikan seks pada anak
Ada banyak cara yang dapat dilakukan saat memberikan pendidikan seks pada anak. Mama dan Papa bisa mengajarkannya dengan cara yang menyenangkan.
Seperti yang dijelaskan oleh Alexa, “Memutarkan lagu-lagu bernilai edukatif yang berisi pendidikan seks, mengajari tanda-tanda jika anak berada dalam kondisi bahaya, mengenalkan seks melalui cerita atau dongeng adalah beberapa cara yang bisa dilakukanoleh orangtua. Kemudian, selalu ingatkan anak untuk berkata ‘tidak’ jika diiming-imingi hadiah atau diajak ke suatu tempat oleh orang yang tidak dikenal. Jangan lupa mengajarkan anak untuk melaporkan peristiwa apa saja yang mereka alami setiap hari.”
Hindari untuk memarahi anak jika mereka melakukan kegiatan seksual, misalnya memegang alat kelaminnya secara terus-menerus. Orangtua pun hendaknya tidak berekspresi secara berlebihan akan hal tersebut agar anak tidak merasa terguncang dan trauma.
Dr Hernalom Gultom menyarankan, jika anak mama melakukan hal tersebut, cobalah untuk ikut terlibat seperti menanyakan "Kenapa nak, sakit ya, atau gatal ya?"
Sehingga ada komunikasi dan keterbukaan yang dibiasakan bada anak. Lihat reaksi si Kecil, jika ia malu untuk bercerita sebaiknya tidak diejek dan diledek. Segera tunjukkan rasa peduli dan perhatian agar anak merasa nyaman.
Itulah beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika memberikan pendidikan seks pada anak sejak anak masih kecil dan remaja. Buang rasa malu dan enggan, kalau bukan Mama dan Papa, siapa lagi yang akan mengenalkan kepada anak-anak di rumah.
Baca juga:
- Popmama Arisan: Sehat dan Seru, Inilah 10 Manfaat Olahraga Pound Fit
- Popmama Arisan: 5 Cara Mudah Belajar Menulis Blog untuk Pemula
- Popmama Arisan: 5 Cara Tepat Menyusui Bayi Baru Lahir Menurut IDAI