TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

5 Alasan Mengapa Novel Romantis DIsukai oleh Perempuan

Hiburan sejenak di sela kesibukan aktivitas rumah

Pexels/Daria Shevtsova

Kapan terakhir kali Mama membaca buku?

Bagi sebagian Mama, membaca buku jadi me-time berharga. Apalagi, saat ini kita masih berada di masa pandemi yang mengharuskan tetap tinggal di rumah. 

Bersama anak selama 24 jam sehari 7 hari seminggu bisa melelahkan. Walau senang karena bisa dekat anak, tentu sesekali Mama ingin menikmati me-time.

Selain nonton drama Korea, baca novel romantis juga jadi kegemaran para Mama. Dari Fifty Shades of Grey sampai Harlequin, apa ya yang membuat novel bergenre romantis disukai perempuan? Yuk, simak penelusuran Popmama.com dari berbagai sumber. 

1. Ceritanya romantis!

Freepik/Jcomp

Tentu saja! Novel romance selalu disajikan dengan kisah dramatis dengan bumbu-bumbu percintaan di sana sini. 

Ketika ada laki-laki rela menempuh rintangan demi mengulas senyum di wajah pujaan hatinya, siapa yang tidak meleleh?

Atau bagaimana pepatah cinta bisa karena terbiasa mampu membuat dua orang yang tadinya saling membenci malah jadi jatuh hati sampai mabuk kepayang. 

Boleh dibilang, tema cerita romantis dan penuh cinta tak pernah membosankan. Apapun latar belakang dan karakter masing-masing tokoh, alur yang ditampilkan, konflik yang muncul sampai memuncak, hingga ending menggugah, semua selalu berhasil membuat Mama senyum-senyum sendiri seharian. 

2. Menikmatinya dengan emosi campur aduk

Pexels/Rahul Shah

Suka gemas nggak, Ma, dengan tingkah laku tokoh dalam novel? Belum lagi ucapan yang kadang tak sesuai isi hati si Perempuan atau laki-laki. 

Duh, rasanya ingin loncat ke dalam buku dan ngomel-ngomel dengan mereka! 

Saat Mama merasakan emosi demikian artinya Mama menikmati novel tersebut. Sang penulis piawai merangkai kata sampai mampu membuat perasaan campur aduk. 

Menakjubkan bagaimana dalam beberapa jam saja, hati Mama bisa terasa hangat oleh dialog-dialog yang mengalir. Lalu, kesal dan kecewa saat konflik muncul sampai memuncak. 

Hingga lega karena penyelesaian konflik (kadang) sesuai harapan dan cerita cinta mereka berakhir bahagia.

Belum lagi jika Mama menjumpai teman yang membaca novel serupa. Wah, pasti akan berlangsung diskusi seru tentang segala "what if" yang mungkin muncul atau mengupas tuntas cerita novel tersebut. 

Seru juga ya?

3. Hubungan cinta yang panas

Freepik/rawpixel.com

Well, hubungan cinta yang panas dari kedua tokoh kerap jadi daya tarik utama novel romantis. Apalagi, jika Mama gemar membaca novel romance seri Harlequin, atau karya penulis terkenal seperti Danielle Steel, Sylvia Day, atau E.L James. 

Selain sentuhan, pelukan, dan kecupan sepanjang cerita, pembaca novel romantis juga kerap disuguhi adegan mesra di atas ranjang. 

Bahkan, penulis mampu menguraikan dengan detail setiap adegan sampai Mama bisa membayangkan sendiri bagaimana rasanya.

Meski membaca kalimat-kalimat itu bisa membuat kedua pipi bersemu merah, harus diakui, kadang kita bisa menemukan inspirasi bagaimana menghangatkan hubungan cinta dengan Papa.

Kalau sudah begini, rasanya ingin cepat peluk Papa dan kirim kode untuk kencan nanti malam! 

4. Tokoh laki-laki dan perempuan yang sempurna

Pexels/Jonathan Borba

Baiklah, untuk satu ini Mama memang harus mengakui bahwa tokoh pria dalam novel romantis rata-rata dipahat secara sempurna oleh sang penulis. 

Paling tidak sempurna secara fisik, alias punya wajah tampan, tubuh sehat dengan perut six pack. Khusus Harlequin, formula "pria sempurna" bisa ditambah dengan kekayaan melimpah, karier gemilang, sampai kehidupan yang luar biasa.

Belum lagi kalimat, gestur, atau perilaku lembut saat berhadapan dengan pujaan hati. Jika ada bagian yang tidak sempurna, di situlah sang wanita berperan melengkapi kekurangan tokoh pria. Makanya, mereka saling jatuh cinta.

Bisa juga kebalikannya. Sang perempuan adalah sosok sempurna dan sukses, sementara si pria justru biasa saja. Namun, ketika cinta berbicara, batasan itu bisa luluh dan hubungan cinta tak disangka bisa saja terjadi. 

Memang too good to be true, tetapi namanya juga cerita fiksi. Dan akui saja, Mama menyukainya kan? 

5. Bahasa yang ringan tetapi berkelas

Pexels/Edgar Colomba

Ini alasan paling menarik sebab penulis novel romantis kerap dipandang sebelah mata dalam komunitas literasi. Seolah-olah genre romantis ini hanya mengisahkan cerita yang tak penting, minim pesan moral, atau hanya "menjual" adegan mesra yang kelewat intim saja.

Padahal, banyak lho penulis novel romantis yang mampu menulis buku bagus. Saat mereka mampu membanjiri pembaca dengan beragam emosi, sentuhan humor di sana sini, penjelasan latar belakang cerita secara mendalam, sampai detail hubungan cinta yang panas.

Kalau Mama bisa membayangkan rangkaian kata itu membentu adegan demi adegan dalam benak Mama, maka penulis itu berhasil menulis novel yang bagus! 

Itu sebuah talenta yang tidak dipunyai banyak orang kan? 

Sekalipun alurnya kadang terlihat klise, atau judul cerita yang agak cheesy, dan ending yang bisa ditebak, selalu ada getaran emosi yang muncul menghangatkan hati Mama. 

Lagipula, jika memang novel romantis itu tidak "bagus", mengapa banyak orang membeli dan menikmatinya berulang kali?

Pada akhirnya, Mama butuh hiburan dan bacaan ringan tanpa drama berkepanjangan. Mengingat di rumah saja sudah cukup menghadirkan banyak "drama" dengan segala kesibukan mengurus keluarga. 

Bagaimana dengan Mama, adakah novel romantis dari penulis favorit yang Mama sering baca akhir-akhir ini? Share bersama Popmama yuk!

Baca juga:

The Latest