Apa Arti Chaturanga dan Sejarahnya?
Chaturanga merupakan asal mula dari catur modern yang kini sering kita jumpai!
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Chaturanga adalah permainan kuno yang dipercaya sebagai asal mula catur modern. Permainan ini muncul pada masa pemerintahan kerajaan Gupta di India antara abad ke-4 hingga ke-6 Masehi
Chaturanga awalnya bertujuan untuk melatih strategi militer dan menghibur pasukannya dengan cara menggambarkan taktik perang melalui bidak di atas papan.
Nama “chaturanga” sendiri berasal dari bahasa Sanskerta. Namun, apa arti chaturangaini? Berikut Popmama.commerangkum sejarah chaturanga serta fakta menariknya. Simak, yuk!
1. Apa itu chaturanga?
Chaturanga adalah permainan taktik militer yang dikembangkan pada masa pemerintahan Raja Gupta di India. Dalam bahasa Sanskerta, “chaturanga” berarti “empat pasukan,” yaitu kereta perang, tentara gajah, kavaleri (pasukan berkuda), dan infanteri.
Di dalam permainan ini, masing-masing jenis bidak memiliki kemampuan serta peran yang berbeda, menampilkan simulasi peperangan nyata.
Permainan ini dirancang sebagai media pelatihan militer untuk mengasah strategi dan refleksi dalam menghadapi berbagai situasi tempur.
Chaturanga menjadi pendahulu dari catur modern, dengan satu ciri utama yang tetap ada, yaitu perlunya melindungi bidak raja, yang jika kalah berarti kekalahan total dalam permainan.
Bidak lainnya pun memiliki kemampuan unik yang mencerminkan taktik yang efektif pada masa itu. Dengan elemen-elemen ini, chaturanga memberi pengenalan awal pada konsep strategi yang mengandalkan pemikiran taktis, mirip dengan catur saat ini.
Selain itu, permainan ini dilakukan antara dua pihak yang masing-masing menyusun strategi untuk mengalahkan lawan. Keunikan permainan ini memicu minat besar dari berbagai budaya yang akhirnya mengadopsinya dengan aturan dan nama yang bervariasi.
2. Sejarah permainan chaturanga
Permainan chaturanga diperkirakan muncul pada masa pemerintahan kerajaan Gupta di India antara abad ke-4 hingga ke-6 Masehi. Sebuah legenda menyebut Raja Balhait dari India sebagai pencipta permainan ini.
Hal ini bertujuan untuk melatih strategi militer dan menghibur pasukannya. Ini dilakukan dengan cara menggambarkan taktik perang melalui bidak di atas papan.
Pada awalnya, chaturanga dimainkan oleh empat pemain yang masing-masing mewakili divisi militer berbeda: infanteri, pasukan berkuda, gajah, dan kereta perang. Seiring waktu, permainan ini berkembang menjadi versi dua pemain, mirip dengan catur yang kita kenal saat ini.
Seiring penyebarannya ke Persia melalui hubungan perdagangan, chaturanga diadaptasi menjadi “shatranj.” Dalam catatan sejarah Persia, permainan ini populer di kalangan bangsawan dan tercatat dalam karya sastra dan sejarah, yang menunjukkan tingginya minat di masyarakat.
Salah satu kisah populer mencatat, bahwa seorang duta besar dari India menghadiahkan permainan ini kepada Raja Persia Khosrow I pada masa kekuasaannya sekitar tahun 531-579 M, memperkenalkan shatranj sebagai bentuk hiburan dan latihan taktik.
Pada masa kejayaan Islam, shatranj mulai menyebar ke wilayah Arab, dikenal sebagai “al-Shatranj.” Permainan ini menjadi favorit di kalangan cendekiawan dan bangsawan Arab, dan banyak buku strategi dan taktik catur mulai ditulis.
Termasuk karya-karya dari tokoh terkenal seperti Al-Adli dan As-Suli, yang diakui sebagai ahli dalam permainan ini. Melalui karya mereka, permainan ini berkembang dalam hal aturan dan strategi, menjadikannya bagian dari tradisi dan budaya Arab.
Pada abad ke-10, permainan ini mulai menyebar ke Afrika Utara dan Eropa. Di Spanyol, permainan ini diperkenalkan oleh para penguasa Islam dan kemudian menyebar ke berbagai negara Eropa seperti Italia, Belanda, dan Inggris.
Di Indonesia, permainan ini diperkenalkan pada abad ke-19 oleh pemerintah kolonial Belanda dan menyebar ke berbagai wilayah dengan nama “catur.”
Permainan catur akhirnya mulai mendapatkan popularitas dan terus mengalami adaptasi dalam bentuk dan aturan, hingga akhirnya menjadi catur modern yang kita kenal saat ini.
3. Pengaruh istilah dalam permainan catur
Dalam perjalanan penyebarannya, chaturanga membawa beberapa istilah yang kini menjadi bagian dari permainan catur modern.
Salah satu istilah paling ikonik adalah “skak mat” atau “checkmate,” yang berarti “raja mati.” Istilah ini berasal dari frasa Persia “shah mat,” yang mengacu pada keadaan di mana raja telah dikalahkan.
Frasa ini menyoroti pentingnya raja dalam permainan, yang juga mengajarkan nilai bahwa keselamatan pemimpin adalah kunci kemenangan dalam strategi perang.
Penyebaran chaturanga juga menciptakan berbagai nama untuk permainan catur, seperti “shatranj” di Persia, “chatrang” di dunia Arab, dan “chesu” di Jepang. Di Indonesia, permainan ini dikenal sebagai “catur,” yang diperkenalkan oleh kolonial Belanda pada abad ke-19.
Sejak saat itu, klub-klub catur pun bermunculan di berbagai kota di Indonesia seperti Surabaya, Yogyakarta, dan Bandung, memperkenalkan catur sebagai permainan populer di kalangan masyarakat Indonesia.
Selain istilah, papan catur juga mengikuti format tradisional dari permainan chaturanga. Papan berbentuk bujur sangkar dengan 64 petak hitam-putih ini menjadi standar internasional yang digunakan dalam permainan catur hingga saat ini.
4. Chaturanga menginspirasi permainan lain di Asia Timur
Selain catur modern, chaturanga menjadi inspirasi bagi permainan strategi lainnya di Asia. Permainan ini berpengaruh pada pengembangan xiangqi di Cina (catur Cina), shogi di Jepang (catur Jepang), dan janggi di Korea (catur Korea).
Setiap permainan ini mengadopsi prinsip strategi dari chaturanga, meski dengan aturan yang disesuaikan dengan budaya lokal. Sebagai contoh, xiangqi menggunakan prinsip taktik yang serupa namun dengan struktur papan dan jenis bidak yang berbeda.
Shogi, permainan serupa yang populer di Jepang, menerapkan strategi yang menggabungkan elemen tradisional Jepang dengan konsep asli dari chaturanga.
Janggi di Korea juga menampilkan gaya permainan yang unik, namun tetap mengutamakan strategi dalam penempatan dan pergerakan bidak di papan.
Penyebaran chaturanga yang merambah berbagai negara menunjukkan pengaruh kuat permainan ini dalam membentuk fondasi permainan taktik militer.
Sebagai cikal bakal dari permainan strategi, chaturanga telah memberi dasar yang bertahan dalam berbagai bentuk hingga menjadi bagian dari kebudayaan global.
5. Chaturanga sebagai bentuk latihan militer
Sejak awal, chaturanga bukan sekadar permainan, tetapi juga bentuk latihan untuk para prajurit dalam menyusun strategi militer. Sebagai refleksi dari formasi pasukan dalam budaya India, chaturanga melatih pemainnya untuk berpikir kritis dan menyusun taktik yang efektif.
Permainan ini mulai diterima di berbagai budaya sebagai alat untuk mengasah keterampilan dalam berpikir strategis, khususnya dalam pertempuran.
Dengan bertambahnya popularitas permainan ini di dunia Arab dan Eropa, catur pun mulai dipandang sebagai permainan yang dapat mengembangkan kemampuan taktis seseorang.
Saat ini, catur dikenal sebagai permainan yang mengasah keterampilan analitis, ketajaman berpikir, serta ketepatan dalam mengambil keputusan.
Catur modern yang berasal dari chaturanga terus dihargai sebagai permainan yang membutuhkan keterampilan tinggi dalam perencanaan strategi dan menjadi salah satu permainan paling mendunia.
Itu dia informasi yang dapat menjawab apa arti chaturanga? Chaturanga, sebagai permainan strategi yang mencerminkan taktik perang kuno, telah melalui perjalanan panjang dari masa kejayaan Kerajaan Gupta hingga menjadi catur modern yang kita kenal sekarang.
Catur kini menjadi permainan legendaris yang mendunia, melampaui sekadar hiburan menjadi ajang adu strategi dan kecerdasan.
Baca juga:
- Apa Arti Tren Nggak Bisa Yura yang Lagi Viral?
- Apa Arti All Eyes on Rafah yang Lagi Viral di Media Sosial?
- Apa Arti Ceasefire Now? Lagi Viral Terkait Konflik Palestina-Israel