Bagaimana Cara Menangani Luka dan Cedera KDRT?
KDRT bisa meninggalkan dampak yang sangat serius, tidak hanya secara emosional, tetapi juga fisik
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) adalah bentuk kekerasan fisik, emosional, atau psikologis yang terjadi di dalam hubungan rumah tangga. KDRT bisa meninggalkan dampak yang sangat serius, tidak hanya secara emosional, tetapi juga fisik.
Korban KDRT sering kali mengalami luka-luka fisik, yang memerlukan penanganan medis dan perawatan khusus. Selain itu, memahami akar penyebab KDRT dan cara menangani korban sangat penting untuk memberikan perlindungan dan bantuan yang efektif.
Lalu, bagaimana cara menangani luka dan cedera KDRT? Berikut Popmama.comakan membahas beberapa langkah pertolongan pertama, yang dapat dilakukan untuk menangani luka dan cedera akibat KDRT.
1. Apa itu KDRT?
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) adalah tindakan kekerasan yang terjadi dalam lingkungan keluarga atau rumah tangga. Di mana salah satu anggota keluarga melakukan tindakan yang merugikan fisik, psikologis, atau emosional kepada anggota lainnya.
KDRT bisa berupa kekerasan fisik seperti pukulan atau tendangan, hingga kekerasan psikologis dan seksual. Menurut Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU No. 23 Tahun 2004), KDRT meliputi berbagai bentuk kekerasan yang dilakukan oleh pasangan atau anggota keluarga lainnya.
KDRT sering kali terjadi secara berulang dan bisa semakin parah jika tidak dihentikan. Korban KDRT biasanya merasa takut untuk melapor karena tekanan atau ancaman dari pelaku, yang membuat mereka terjebak dalam situasi yang berbahaya.
2. Mengapa KDRT bisa terjadi?
Ada banyak alasan mengapa KDRT bisa terjadi dalam sebuah hubungan. Beberapa faktor yang paling umum adalah:
- Kekuatan dan kontrol: KDRT sering terjadi ketika salah satu pasangan berusaha mengendalikan atau mendominasi pasangannya. Pelaku menggunakan kekerasan sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaan atas korban.
- Faktor budaya dan sosial: Dalam beberapa kasus, KDRT dipengaruhi oleh norma budaya yang memperbolehkan kekerasan terhadap pasangan atau anak. Adanya pemahaman bahwa salah satu pihak memiliki hak untuk menghukum pasangan juga bisa menjadi alasan terjadinya KDRT.
- Masalah psikologis atau emosional: Pelaku KDRT seringkali memiliki masalah emosional atau psikologis yang tidak terselesaikan, seperti kecemasan, gangguan kontrol amarah, atau trauma masa lalu yang membuat mereka cenderung melakukan kekerasan​.
3. Jenis-jenis KDRT
KDRT tidak selalu berarti kekerasan fisik, melainkan bisa berbentuk lebih dari itu. Berikut adalah beberapa jenis KDRT yang sering terjadi:
- Kekerasan fisik: Ini adalah bentuk KDRT yang paling terlihat. Hal Ini sering melibatkan tindakan kekerasan, seperti memukul, menampar, menendang, atau menggunakan benda tajam untuk melukai pasangan, atau anggota keluarga lainnya.
- Kekerasan emosional dan psikologis: Bentuk kekerasan ini meliputi penghinaan, ancaman, merendahkan pasangan, atau mempermalukan di depan orang lain. Kekerasan ini bisa sangat merusak mental dan kepercayaan diri korban.
- Kekerasan melalui ekonomi: Pelaku KDRT mungkin mengendalikan akses ke uang atau sumber daya keuangan untuk membuat pasangan sepenuhnya bergantung pada mereka. Selain itu, menelantarkan keluarga juga termasuk ke dalam kekerasan ekonomi
- Kekerasan seksual: KDRT juga bisa melibatkan tindakan kekerasan seksual, seperti pemaksaan hubungan seksual tanpa persetujuan​.
4. Cara menangani luka akibat KDRT
Luka-luka akibat KDRT memerlukan penanganan yang cepat dan tepat, untuk mencegah infeksi atau komplikasi lebih lanjut. Berikut adalah beberapa cara menangani luka fisik akibat KDRT:
- Kompres luka memar: Gunakan kompres dingin atau es yang dibalut dengan kain untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit pada luka memar. Kompres selama 20-30 menit, beberapa kali sehari.
- Membersihkan luka lecet: Cuci luka dengan air bersih dan antiseptik untuk menghilangkan kotoran dan mencegah infeksi. Setelah dibersihkan, oleskan salep antibiotik dan tutup dengan perban steril.
- Penanganan cedera lebih serius: Untuk luka robek yang dalam, pastikan untuk menekan area luka untuk menghentikan pendarahan dan segera bawa korban ke rumah sakit untuk mendapatkan jahitan. Hindari membuka atau menyentuh luka yang dalam sebelum ditangani oleh tenaga medis.
- Pemantauan cedera kepala: Jika korban mengalami cedera kepala akibat pukulan, perhatikan gejala seperti pusing, muntah, atau kehilangan kesadaran. Jika ada gejala tersebut, segera cari pertolongan medis​.
Itu dia yang dapat menjawab pertanyaan mengenai bagaimana cara menangani luka dan cedera KDRT? Selain itu, dukungan emosional dan langkah hukum untuk melindungi korban juga sangat diperlukan.
Jika Anda atau orang di sekitar Anda mengalami KDRT, segera cari bantuan dari pihak berwenang atau lembaga perlindungan korban KDRT, untuk mendapatkan perlindungan dan bantuan yang dibutuhkan.
Baca juga:
- Bagaimana Cara Mencegah Kekerasan Seksual di Pesantren?
- Bagaimana Ciri Mengetahui Tubuh sedang Membakar Lemak?
- Bagaimana Hukum Pelaksanaan Salat Iduladha