DBD Mengintai Usia Produktif, Ini Solusinya!
Pekerja konstruksi menjadi kelompok yang rentan terkena DBD!
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit serius yang disebabkan oleh virus dengue, dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina.
Penyakit ini terus menjadi ancaman kesehatan global, termasuk di Indonesia, yang menempati posisi sebagai salah satu negara dengan kasus DBD tertinggi.
Lantas, siapa saja yang rentan terkena DBD dan apakah benar bahwa DBD mengintai usia produktif? Berikut Popmama.com merangkum rangkaian informasi dan faktanya yang didapatkan melalui acara ‘Sinergi Aksi Perusahaan (SIAP) Lawan Dengue’ pada Kamis (21/11/2024).
Simak yuk!
1. Apa itu Demam Berdarah Dengue atau DBD?
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Secara global, tercatat lebih dari 13 juta kasus DBD dengan lebih dari 8.500 kematian terkait penyakit ini. Di Indonesia, DBD menyerang berbagai kelompok usia, terutama usia produktif, sehingga memberikan dampak besar pada kesehatan masyarakat dan perekonomian nasional.
“Pada tahun 2024, jumlah kumulatif kasus dengue di Indonesia sampai dengan minggu ke-45 adalah 217.019 kasus. Incidence Rate (IR) sekitar 77,55/100.000 penduduk, dan terdapat 1.255 kematian dengan Case Fatality Rate (CFR) 0,58%. Kasus dengue terlaporkan dari 482 Kab/Kota di 36 provinsi. Sedangkan kematian akibat dengue terjadi di 259 Kab/Kota di 32 Provinsi,” ungkap dr. Ina Agustina Isturini, MKM, selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular mewakili Ir. Budi Gunadi Sadikin, CHFC., CLU, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Kementerian Kesehatan RI (21/11/2024).
Dr. dr. Astrid B. Sulistomo, MPH, SpOK, Subsp.BioKo(K), Ketua Umum PERDOKI, ikut menegaskan bahwa infeksi dengue bisa menyerang siapa saja, tanpa memandang usia, lokasi, atau gaya hidup.
Namun, pekerja konstruksi menjadi salah satu kelompok yang lebih berisiko karena faktor lingkungan kerja yang mendukung penyebaran nyamuk.
2. Siapa saja yang rentan terkena DBD?
DBD dapat menyerang siapa saja, tetapi ada beberapa faktor yang membuat seseorang lebih rentan terhadap penyakit ini. Kelompok usia produktif, khususnya mereka yang berusia 15 hingga 44 tahun, paling sering terinfeksi. Ini disebabkan oleh aktivitas mereka yang lebih sering dilakukan di luar ruangan, di mana risiko gigitan nyamuk lebih tinggi.
“Dengue ini bukan hanya penyakit yang mengancam nyawa, tetapi juga menimbulkan beban yang cukup besar, baik bagi pasien dan keluarganya, perusahaan, maupun negara. Kasus dengue banyak terjadi pada kelompok usia produktif, antara 15 hingga 44 tahun, mayoritas kelompok yang tidak hanya tengah aktif bekerja tetapi juga menjadi pilar bagi keluarga dan komunitas mereka,” ungkap Dr. dr. Astrid B. Sulistomo, MPH, SpOK, Subsp.BioKo(K), selaku Ketua Umum PERDOKI (21/11/2024)
Ia juga menambahkan bahwa pekerja konstruksi menjadi contoh nyata dari kelompok rentan ini. Lingkungan kerja mereka sering kali memiliki genangan air dari sisa bahan bangunan atau wadah yang terbengkalai, menciptakan habitat ideal bagi nyamuk Aedes aegypti untuk berkembang biak.
Selain itu, kurangnya fasilitas seperti kelambu atau akses mudah ke vaksinasi membuat pekerja konstruksi lebih terpapar risiko.
Tidak hanya itu, dr. Astrid juga menjelaskan bahwa kelompok usia ini tidak hanya aktif secara fisik tetapi juga menjadi tulang punggung keluarga dan masyarakat. Ketika terinfeksi, dampak yang ditimbulkan tidak hanya berupa beban fisik dan emosional tetapi juga memengaruhi ekonomi keluarga karena terganggunya produktivitas kerja.
3. Gejala DBD dan pencegahannya
Demam berdarah dengue (DBD) sering kali menunjukkan gejala ringan seperti flu, tetapi pada kasus parah dapat menyebabkan komplikasi yang mematikan. Sebagian besar infeksi tidak menunjukkan gejala, dengan hanya sekitar 25% yang menampilkan gejala klinis dan sekitar 5% menjadi kasus parah.
Oleh karena itu, langkah pencegahan sangat penting untuk mengurangi risiko penularan. Individu dapat menjaga kebersihan lingkungan, menguras tempat penampungan air, dan menggunakan obat anti-nyamuk.
Menurut Dr. Astrid, langkah preventif yang menyeluruh sangat penting dalam melindungi kesehatan pekerja. Bagi mereka yang bekerja di sektor berisiko tinggi seperti konstruksi, pertanian, dan kehutanan, vaksinasi direkomendasikan oleh asosiasi medis seperti PERDOKI, PAPDI, dan IDAI.
Selain itu, metode 3M Plus (menguras, menutup, dan mengubur tempat berpotensi menjadi sarang nyamuk), penggunaan kelambu, serta obat anti-nyamuk juga dinilai efektif.
Adrian Maulana, seorang praktisi gaya hidup sehat, menekankan pentingnya kesehatan sebagai investasi utama. Ia mengingatkan bahwa penyakit seperti DBD tidak hanya memengaruhi individu yang terinfeksi, tetapi juga memberikan dampak luas pada keluarga dan ekonomi rumah tangga.
“Kesehatan adalah investasi terbaik yang dapat kita lakukan, baik untuk diri sendiri, keluarga, maupun pekerjaan kita,” jelasnya.
Itu dia informasi yang bisa menjawab berbagai pertanyaan, termasuk pertanyaan mengenai DBD mengintai usia produktif. Yuk, mulai belajar untuk mengenali risiko, menerapkan langkah pencegahan yang efektif, dan melibatkan peran aktif perusahaan.
Baca juga:
- Indonesia Jadi Inspirasi Global dalam Penanggulangan DBD
- 8 Fakta Seputar DBD yang Jarang Diketahui
- Buntut DBD Meningkat, Masyarakat Diimbau Terapkan 3M Plus