Ini 7 Hal yang Perlu Diketahui Tentang Herd Immunity
Setidaknya akan ada 16 juta jiwa rakyat Indonesia yang meninggal jika diberlakukan
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sampai saat ini, belum ada vaksin untuk virus corona. Pada akhirnya, timbullah wacana untuk memberlakukan herd immunity. Popmama.com akan menjelaskan lengkap mengenai hal ini.
Terus bermutasi, kini semua orang masih dibayangi akan virus corona. Pemberlakuan social distancing dan protokol kebersihan harus tetap diterapkan dengan maksimal di setiap harinya.
Serangan virus corona mempengaruhi banyak aspek, termasuk ekonomi dan keamanan. Salah satu cara menekan virus tersebut agar tidak terus meluas adalah dengan menerapkan herd immunity.
Lebih lengkapnya, berikut penjelasan yang disusun Popmama.com.
1. Pengertian herd immunity
Dilansir dari Healthline, herd immunity terjadi ketika banyak orang dalam satu komunitas menjadi kebal terhadap penyakit menular. Dengan begitu, penyebaran penyakit tersebut bisa terhenti.
Sedangkan menurut MIT Technology Review, herd immunity pada virus corona bisa terbentuk ketika cukup banyak orang yang terinfeksi. Dengan kata lain, virus akan dibiarkan terus menyebar sehingga banyak orang terinfeksi dan jika bisa bertahan hidup, ia akan kebal dengan virus tersebut.
Dengan memberlakukan cara ini, maka sebagian yang terinfeksi akan meninggal, sementara lainnya akan sembuh. Sebagian orang lagi sebagai carrier (pembawa), dan sebagian orang yang kontak tapi tidak terinfeksi akan memiliki kekebalan.
Pada prinsipnya, semakin banyak orang yang tertular, maka semakin banyak pula orang yang kebal dan memperoleh imunitas dalam tubuhnya. Pada akhirnya, penyakit karena virus tersebut akan hilang ketika mayoritas populasinya telah kebal.
2. Negara mana yang telah menerapkannya? Apakah Indonesia tengah menerapkan herd immunity?
Sejauh ini, sudah ada beberapa negara yang disebut telah menerapkan herd immunity. Mereka adalah Swedia, Inggris, dan Belanda.
Seperti contoh di Belanda, masyarakat sudah diperbolehkan berkegiatan di luar ruangan. Sekolah dan kantor sudah kembali buka, bahkan tempat rekreasi juga sudah boleh kembali dikunjungi.
Sedangkan hal ini mirip terjadi di Indonesia. Di mana ada aturan baru yaitu orang yang di bawah 45 tahun boleh kembali beraktivitas di luar rumah. Mal dan pertokoan mulai kembali dibuka dan masyarakat memiliki antusias berlebihan akan hal ini.
Begitu juga aturan perjalanan. Meski mudik tetap tidak diperbolehkan, namun perjalanan dinas diberi kelonggaran asal memenuhi syarat yang ditentukan.
Hal ini jadi pertanyaan banyak pihak, apakah sebenarnya Indonesia tengah menjalaninya? Sampai saat ini, belum ada pernyataan khusus yang menyebutkan Indonesia menyetujui untuk memberlakukan herd immunity.
3. Apakah herd immunity akan efektif pada kasus virus corona?
Pada tahun 2017, terjadi wabah virus zika dan campak yang terjadi di Brazil. Mereka menerapkan herd immunity dan langkahnya terbukti bisa mengakhiri penyebaran penyakit tersebut.
Namun pada kasus covid-19 ini hanya bisa efektif bila karakter virus dan prediksi evolusi virus tersebut sudah bisa diketahui dengan pasti. Saat ini, kasus virus SARS-CoV-2 masih terus berevolusi dengan cepat. Bahkan belum ada yang bisa memastikan perjalanan mutasi virus ini akan menjadi seperti apa.
Oleh karena itu, herd immunity dinilai terlalu spekulatif dan berbahaya bagi masyarakat, khususnya di Indonesia. Ini dikarenakan masyarakat di Indonesia memiliki daya tahan tubuh dan status nutrisi yang rendah.
4. Setelah kebal, masih bisa jadi tertular lagi
Herd immunity dalam kasus virus corona dinilai kurang tepat karena imunitas yang terbentuk tidak memiliki jangka yang panjang.
Sebuah contoh kasus, bulan Februari lalu ada pria Jepang yang berusia 70 tahun yang dinyatakan telah sembuh dari covid-19. Kemudian, setelah beberapa waktu, ia dikabarkan kembali terjangkit virus yang sama.
Padahal dalam teorinya, berhasilnya herd immunity adalah jika tubuh kebal dengan virus yang telah menginfeksi dirinya. Sedangan dalam kasus ini, berarti orang tersebut tidak kebal dengan virus corona.
5. Efek samping dari herd immunity
Menurut Sir Patrick Vallance, kepala penasehat masalah sains di Inggris, dibutuhkan 60-70% populasi yang harus terinfeksi untuk mencapai herd immunity.
Jika cara ini diberlakukan di Indonesia, maka banyak orang yang terinfeksi dan jatuh sakit parah secara cepat. Selain itu, banyak orang yang akan jatuh meninggal, terutama mereka yang ada di kelompok umur rentan dan memiliki penyakit bawaan.
Bayangkan jika hal itu terjadi, petugas kesehatan akan sangat kewalahan mengobati dan merawat mereka yang tak mampu bertahan membentuk kekebalan virus corona.
Di mana sistem kesehatan di Indonesia masih tergolong memiliki ketahanan yang rendah. Dengan begitu, tenaga kesehatan akan tumbang dengan cepat.
Secara tidak langsung, korban akan banyak berjatuhan juga dari kalangan tenaga kesehatan seperti perawat dan dokter.
6. 16 Juta jiwa di Indonesia bisa meninggal karena herd immunity
Di proyeksi 2020, ada sekitar 271 juta jiwa di Indonesia. Untuk mencapai pembentukan herd immunity, dibutuhkan 182 juta rakyat Indonesia yang terinfeksi.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk senior di Indonesia sekitar 10%. Menggunakan asumsi tersebut, permodelan kelompok rentan yang harus mendapat penanganan khusus mencapai 18,2 juta jiwa.
Itu belum ditambah dengan kelompok rentan lainnya yang memiliki penyakit bawaan seperti hipertensi, diabetes, kanker, HIV, dan lainnya.
Jika dihitung dari persentase kematian karena covid-19 yaitu 8,9%, maka Indonesia akan kehilangan sekitar 16 juta jiwa dari total 182 juta jiwa.
7. Yang harus dilakukan saat ini, selain memberlakukan herd immunity
Meski belum terlihat akhirnya, namun para ilmuwan di seluruh dunia tengah berusaha membuat vaksin secepat dan setepat mungkin. Sementara itu, kita semua bisa menekan penyebarannya dengan melakukan social distancing.
Dengan menjaga jarak, virus dan penyakit apapun yang dimiliki orang lain tidak bisa mengenai kita. Selain itu, jaga kebersihan diri terutama setelah menyentuh barang yang mungkin terpapar oleh virus.
Cara lain menekan angka penyebarannya adalah melakukan contact tracing. Jika ada yang positif, maka semua yang pernah kontak dengannya harus diisolasi sebanyak mungkin.
Jika ini tidak dilakukan, berarti sama saja membiarkan kemungkinan orang yang melakukan kontak dengan pasien positif bebas ke mana saja.
Dengan kata lain, melakukan social distancing tanpa contacttracing maksimal hanya akan berakhir sia-sia.
Jadi, sementara ini jagalah keamanan dan kesehatan diri sendiri serta keluarga. Bersabar dan berdoa agar vaksin dari virus corona bisa segera dipatenkan.
Baca juga:
- Waspada! Ketahui Potensi Risiko Terinfeksi Virus Corona pada Anak-Anak
- Perhatikan! Ini 5 Produk yang Tidak Berguna Membunuh Virus Corona
- Kabar Baik, Antivirus Corona Buatan Indonesia Sudah Dipatenkan!