Mengenal Penyebab dan Gejala Buta Warna Parsial
Seringnya adalah warna merah dan hijau
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Buta warna parsial sedang jadi perbincangan karena jadi salah satu tes masuk pendidikan. Sebenarnya, apa itu buta warna parsial?
Beberapa orang mengalami buta warna dari lahir dan merasa tidak ada yang aneh. Secara umum, buta warna dikategorikan menjadi 3 bagian, dengan beberapa sub kategori lainnya.
Yang menjadi perhatian saat ini, ada beberapa jurusan pendidikan yang mengharuskan untuk bebas buta warna. Salah satu yang kemarin viral adalah Fahri Fadillah Nur Rizky yang gagal mengikuti pendidikan calon bintara Polri karena kondisi buta warna parsial yang dimilikinya.
Sebenarnya, apa penyebab buta warna parsial? Popmama.com akan menjabarkannya untuk Mama.
1. Pengertian buta warna parsial
Buta warna adalah kondisi di mana seseorang tidak bisa melihat warna dalam bentuk yang normal. Kondisi ini terjadi saat seseorang tidak bisa membedakan beberapa warna, seringnya terjadi pada warna hijau dan merah, demikian dilansir dari aao.org.
Ada beberapa tipe buta warna parsial mulai dari yang ringan hingga berat. Bagi mereka yang punya gejala ringan, biasanya tidak merasa ada yang berbeda jika melihat di cahaya yang terang. Sementara saat cahaya redup, maka barulah kesulitannya terasa.
Di dalam retina, ada 2 sel yang mendeteksi cahaya. Keduanya disebut sel batang dan sel kerucut. Sel batang mendeteksi cahaya terang dan gelap dan sangat sensitif dengan tingkat cahaya yang rendah.
Sedangkan sel kerucut mendeteksi warna dan terkonsentrasi di pusat penglihatan. Di sel kerucut, ada 3 kerucut yang melihat warna yaitu merah, hijau, dan biru. Otak menggunakan informasi tersebut untuk menentukan persepsi warna yang akan dilihat.
Menurut American Academy of Ophthalmology, buta warna terjadi saat salah satu atau beberapa sel bermasalah, tidak bekerja, atau mendeteksi warna dengan interpretasi yang berbeda.
Pada kasus buta warna yang parah, ketiga sel kerucut tersebut biasanya rusak sehingga tidak bisa mendeteksi warna.
2. Jenis buta warna parsial
Buta warna parsial merah dan hijau merupakan yang paling umum dialami banyak orang. Dilansir dari nei.nih.gov, Ada 4 jenis buta warna parsial merah-hijau yaitu:
- Deuteranomaly: Buta warna parsial merah-hijau yang paling umum. Pada penderitanya, warna hijau terlihat lebih merah. Tipe ini ringan dan tidak mengganggu keseharian.
- Protanomali: Membuat warna merah terlihat lebih hijau dan sedikit gelap. Tipe ini juga tidak mengganggu aktivitas harian.
- Protanopia dan Deuteranopia: Kedua enis ini membuat penderitanya tidak bisa membedakan warna merah dan hijau sama sekali.
Meski jarang, ada juga mereka yang menderita buta warna biru-kuning. Buta warna parsial yang ini terbagi menjadi dua jenis yaitu:
- Tritanomaly: Kondisi yang membuat penderita kesulitan membedakan warna biru dan hijau, serta kuning dan merah.
- Tritanopia: Kondisi di mana penderitanya tidak bisa membedakan biru dan hijau, ungu dan merah, serta kuning dan pink. Penderita juga melihat warna-warna tersebut lebih redup.
3. Gejala buta warna parsial
Menurut pembagiannya, buta warna parsial dibagi menjadi gejala ringan hingga berat. Banyak orang yang mengalami gejala ringan dan tidak sadar akan hal tersebut.
Bagi orangtua, mungkin akan merasa hal yang tidak sesuai dengan perkembangan sang anak saat mereka mempelajari jenis warna.
Sedangkan gejalanya antara lain:
- Kesulitan melihat warna dan tingkat kecerahan dari warna dengan cara yang normal.
- Ketidakmampuan membedakan warna yang mirip atau sejenis. Seringnya terjadi antara merah dan hijau, atau biru dan kuning.
Buta warna parsial ini tidak memengaruhi dengan ketajaman penglihatan.
4. Penyebab buta warna parsial
Hampir pada kebanyakan kasus, buta warna parsial dimiliki mereka sejak lahir dan merupakan bawaan lahir. Selain bawaan lahir, ada juga penyebab buta warna parsial antara lain karena:
- Penyakit tertentu
- Trauma
- Efek samping dari obat terlarang
- Penyakit metabolisme
- Penyakit vaskular
Pada umumnya, kaum laki-laki memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami buta warna parsial dibanding kaum perempuan. Mereka yang memiliki glaukoma, diabetes, degenerasi makula, alzheimer, parkinson, dan leukemia berpotensi mengalami lebih besar.
Sampai saat ini, tidak ada perawatan atau penyembuhan yang bisa dilakukan untuk penyakit buta warna parsial. Namun di beberapa kondisi, bisa membuat kacamata khusus atau kontak lensa khusus yang bisa membantu membuat penderitanya bisa melihat dengan sedikit lebih normal.
Baca juga:
- Bolehkah Sebutan "Autis" Digunakan dalam Candaan Sehari-hari?
- CCS, Kacamata Buta Warna untuk Anak, Apa yang Perlu Orangtua Ketahui?
- 5 Tanda Anak Balita Mengalami Buta Warna, yang Harus Diwaspadai