TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Penyebab Seseorang Bicara Terbata-bata bisa Trauma atau Obat-obatan

Bisa juga karena faktor genetik

Unsplash/Priscilla Du Preez 🇨🇦

Salah satu gangguan bicara yang bisa terjadi pada seseorang adalah gagap atau terbata-bata. Hal ini ditandai dari adanya masalah pada kelancaran dan alur bicara pengidapnya. 

Pada pengidap gagap, ia akan merasakan kesulitan saat mengucapkan apa yang ingin disampaikannya. Sehingga, ia terdengar seperti memanjangkan atau mengulang suatu kata atau susunan kata saat bicara. Pada kasus tertentu, pengidap gagap merasa kesulitan saat mengucapkan kata tertentu. 

Umumnya, cara bicara yang terbata-bata dialami anak-anak dan itu merupakan hal yang wajar. Jadi tidak wajar jika masih berlanjut hingga dewasa, atau malah jadi makin parah. 

Agar tidak makin parah, ketahui apa saja penyebab dan faktor risiko bicara gagap atau terbata-bata, seperti yang dirangkumkan Popmama.com dari laman Kemenkes

1. Faktor genetik

Freepik/pch.vector

Pada kasus tertentu, ada gen yang spesifik menyebabkan gagap. Namun, penyebabnya belum diketahui. Meski begitu, data menunjukkan kalau hampir 60% pengidap gagap juga memiliki anggota keluarga yang gagap. 

Jika ada anggota keluarga yang mengalami masalah serupa, kemungkinan individu tersebut juga akan mengalami kondisi yang sama meningkat. Hal ini mengindikasikan bahwa ada komponen biologis yang berperan dalam perkembangan kemampuan berbicara, yang mungkin melibatkan variasi genetik yang mempengaruhi fungsi otak dan cara sistem saraf mengontrol proses bicara.

Selain itu, penelitian genetik telah mengidentifikasi beberapa gen yang mungkin terlibat dalam pengaturan kemampuan bahasa dan bicara. Gangguan dalam gen ini dapat mempengaruhi cara otak memproses dan memproduksi suara, sehingga menyebabkan kesulitan dalam berbicara dengan lancar.

Dengan pemahaman lebih lanjut tentang bagaimana faktor genetik berkontribusi, pendekatan terapeutik dapat disesuaikan untuk membantu individu yang mengalami bicara terbata-bata.

2. Faktor neurogenik

Freepik

Faktor neurogenik berhubungan dengan cara kerja sistem saraf pusat dalam mengontrol fungsi bicara. Gangguan atau kerusakan pada area tertentu di otak, seperti korteks motorik atau jalur saraf yang mengatur bicara, dapat menyebabkan kesulitan dalam menghasilkan kata-kata secara lancar. Ini bisa disebabkan oleh berbagai kondisi medis, seperti stroke, cedera kepala, atau kelainan perkembangan otak yang mempengaruhi kemampuan bicara.

Selain itu, proses neuroplastisitas, di mana otak beradaptasi dan berubah sebagai respons terhadap pengalaman, juga berperan penting. Pada beberapa individu, perubahan positif dalam cara otak berfungsi dapat terjadi melalui terapi atau latihan berbicara, sementara pada yang lain, mungkin diperlukan pendekatan lebih intensif untuk membantu mereka mengatasi tantangan dalam berbicara. Memahami faktor neurogenik ini membantu dalam merancang terapi yang lebih efektif bagi mereka yang mengalami gangguan bicara.

3. Trauma emosional

Pexels/Pixabay

Pada kasus yang jarang terjadi, penyebab orang gagap bisa dikaitkan dengan trauma emosional. Kondisi ini bisa terjadi pada orang dewasa yang mengalami stres berat atau penyakit kejiwaan tertentu. 

Kondisi ini dikatakan lebih mungkin terjadi pada anak laki-laki yang usianya di atas 3,5 tahun dan mengalami tumbuh kembang terhambat di masa kanak-kanak. 

Di masa tersebut, ia merasa stres berat karena dipojokkan, dipaksa untuk bicara, atau dibentak oleh orang dewasa yang dipercaya olehnya. Itulah yang menjadi faktor risiko kenapa seseorang bisa gagap meski sudah besar. 

4. Gejala gagap yang bisa diketahui

Freepik/benzoix

Untuk menghindari dan memberikan penanganan sedini mungkin, Mama perlu tahu kapan waktu pertama kali gejala gagap muncul. Menurut data Kemenkes, gejala pertama kali dialami anak yang berusia 18-24 bulan. 

Tanda yang jadi keluhannya antara lain: 

  • Kesulitan memulai kata, frasa, atau kalimat. 
  • Pengulangan pada bunyi, suku kata, atau kata, misalnya menyebut kata "makan" dengan "ma-ma-ma-makan".
  • Perpanjangan pada kata atau suara dalam sebuah kalimat, misalnya menyebut kata “minum” dengan “emmmmmm-minum”.
  • Adanya jeda saat berbicara.
  • Adanya suara tambahan seperti "um" atau "aaa" pada jeda saat bicara. 
  • Tegang atau kaku pada wajah dan tubuh bagian atas saat mengucapkan sebuah kata. 
  • Timbul perasaan cemas sebelum berbicara. 

Selain itu, ada juga tanda gejala fisik yang berupa: 

  • Bibir atau rahang gemetar
  • Mata berkedip secara berlebihan
  • Tangan sering mengepal
  • Otot wajah berkedut
  • Wajah yang menegang. 

5. Penanganan pada pengidap gagap

Freepik/benzoix

Ada beberapa terapi berbeda yang bisa dilakukan untuk menangani kondisi ini. Semua tergantung dari usia dan kondisi pasien tersebut. 

Mama bisa memberikan terapi seperti terapi wicara, penggunaan alat elektronik khusus untuk meningkatkan kefasihan bicara, terapi perilaku kognitif, dan melibatkan orang sekitar untuk lebih memahami cara berkomunikasi yang baik pada penderita. Dengan begitu, proses penyembuhannya pun bisa lebih mudah dan mulus. 

Demikianlah tanda dan gejala orang yang bicaranya gagap atau terbata-bata. Belum terlambat untuk mengikuti terapi, kok!

Baca juga:

The Latest