Apa itu Batu Tanduk Rusa Ginjal? Begini Pemicu dan Cara Mengatasinya!
Penyakit batu ginjal tanduk rusa sering muncul tanpa ada gejala, sehingga perlu sekali diwaspadai
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ginjal termasuk salah satu organ penting yang perlu dijaga dengan baik secara kesehatan, sehingga kinerjanya harus berfungsi secara optimal.
Hanya saja sebagian orang harus berjuang karena memiliki penyakit batu ginjal yang dapat mengganggu aktivitas keseharian, salah satunya batu tanduk rusa ginjal (staghorn stone).
Batu tanduk rusa ginjal adalah salah satu penyakit yang sulit dideteksi karena penderitanya tidak begitu merasakan gejala yang spesifik. Disebut sebagai tanduk rusa karena batu ginjal saat diperhatikan terlihat bercabang-cabang. Cabang yang muncul bisa dua atau lebih pada saluran ginjal, sehingga membentuk gambaran seperti tanduk rusa.
Penyakit batu tanduk rusa ginjal ini secara umum dialami oleh kelompok usia 55-64 tahun serta tidak memiliki gejala.
Tak jarang pasien baru mengetahui soal penyakit yang dideritanya ketika ukuran batu sudah tumbuh besar.
Jika Mama ingin mengetahui informasi lebih banyak mengenai batu tanduk rusa ginjal, kali ini Popmama.com telah merangkumnya.
Simak penjelasan batu tanduk rusa ginjal sebagai sebuah pengetahuan baru yuk, Ma!
1. Kemunculan batu tanduk rusa ginjal seringkali tidak disadari
Melalui virtual media briefing yang membahas bertema "Teknik Operasi untuk Menghancurkan Batu Tanduk Rusa Ginjal Tanpa Radiasi" bersama Eugenia Communications pada Rabu (29/7/2020), dr. Ponco Birowo, Sp.U(K), Ph.D, Dokter Spesialis Urologi menjelaskan bahwa staghorn stone termasuk salah satu batu ginjal yang memang menyerupai tanduk rusa.
“Pasien staghorn stone atau batu tanduk rusa ginjal seringkali tidak merasakan adanya gejala atau keluhan, jika ada mungkin saja tidak disadari. Oleh sebab itu, batu ginjal bisa menjadi besar," kata dr. Ponco.
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 diketahui bahwa prevalensi batu ginjal di Indonesia yakni 0,6 persen. Hanya saja ukuran besar kecilnya batu tergantung penyakit yang sedang dialami oleh masing-masing orang.
Penyakit yang satu ini tidak boleh dianggap remeh karena akan menganggu aktivitas keseharian. Mengingat kinerja ginjal yang optimal sangat diperlukan oleh tubuh.
"Terdapat beberapa gejala yang perlu diwaspadai, yaitu nyeri pinggang, hilang timbul tanpa dipengaruhi gerakan, kencing warna merah atau kencing darah, kencing keruh berpasir atau keluar batu kecil. Bila sudah lanjut karena infeksi, maka akan mengalami demam dan nyeri saat berkemih," jelas dr. Ponco.
2. Apa saja faktor pemicu yang memengaruhi terjadinya batu tanduk rusa?
Riwayat penyakit yang sudah dialami oleh pasien menjadi salah satu faktor munculnya batu tanduk rusa. Berikut beberapa faktor yang dapat memengaruhi batu tanduk rusa antara lain:
- Memiliki penyakit asam urat
- Hanya memiliki ginjal tunggal
- Ada infeksi di bagian saluran kemih
- Mengalami obesitas dan sindrom metabolik
- Memiliki riwayat keturunan di mana salah satu anggota keluarga mengalami batu tanduk rusa
Kelompok usia 55-64 tahun harus lebih hati-hati mengalami batu tanduk rusa karena kategori ini paling rentan. Berdasarkan data, diketahui bahwa prevalensi pada laki-laki 0,8 persen dan perempuan 0,4 persen.
Selain itu, ada beberapa penyakit lain yang cukup rentan memicu batu tanduk rusa yakni:
- Penyakit ginjal polikistik
- Gangguan hormon hiperparatiroidisme
- Penyakit pencernaan (riwayat operasi usus, gangguan penyerapan makanan dan penyakit chron)
- Kelainan saraf tulang belakang dengan gejala seperti sering mengompol
Walau kemunculan batu tanduk rusa ginjal seringkali tidak disadari, namun ada beberapa gejala yang perlu diwaspadai.
Selain mengalami sakit di bagian pinggang perlu juga memerhatikan ketika sedang buang air kecil karena bisa berdarah, berpasir dan terasa nyeri.
3. Teknik operasi untuk menghancurkan batu tanduk rusa ginjal bisa dilakukan tanpa radiasi
Di Indonesia, teknik operasi untuk menghancurkan batu tanduk rusa ginjal sudah dapat dilakukan tanpa adanya radiasi.
Teknik operasi yang dilakukan dengan luka operasi minimal ini bernama Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL). Hanya saja teknik ini tidak lagi menggunakan x-ray, melainkan dengan ultrasonografi (USG).
Risiko paparan radiasi pun sama sekali tidak ada dan meminimalisasi obat-obatan terkait, sehingga relatif menghemat biaya yang dikeluarkan.
Teknik operasi bedah minimal PCNL pada umumnya menggunakan sinar X-ray (fluoroscopy) pada saat mengidentifikasi batu ginjal. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, dikembangkanlah PCNL tanpa X ray dengan bantuan USG.
"X-Ray free PCNL tidak menggunakan radiasi xray sama sekali dalam proses pencitraan, sehingga dapat mengurangi paparan radiasi bagi pasien, juga operator. Hal ini sangat berguna bagi pasien yang memang sensitif pada kontras, cairan yang digunakan untuk membantu memvisualisasikan struktur organ yang diperiksa," jelas dr. Ponco.
Pada pasien dengan penyakit ginjal polikistik, penggunaan USG juga memperkecil kemungkinan komplikasi. Dengan penggunaan USG untuk mengatasi batu tanduk rusa, maka dapat mempermudah prosedur tindakan.
4. Pencegahan bisa dilakukan agar tanduk rusa dapat muncul kembali
Dalam virtual media briefing, dr. Ponco berpesan jika kondisi batu masih kecil dan ada keluhan sebaiknya berkonsultasi dengan dokter. Tujuannya agar bisa langsung melakukan terapi sebelum batu semakin membesar.
“Batu tanduk rusa dapat muncul kembali, tetapi hal tersebut dapat dihindari dengan beberapa langkah," kata dr. Ponco.
Asupan makanan perlu diperhatikan agar batu tanduk rusa tidak kembali muncul, seperti mengontrol konsumsi garam, mengontrol konsumsi, protein hewani, banyak mengonsumsi makanan yang mengandung serat, menjaga kebersihan diri untuk mengurangi kemungkinan infeksi saluran kemih dan cukup mengonsumsi air mineral.
Selain itu, dr. Ponco mengingatkan untuk tetap menambah aktivitas fisik dengan intensitas sedang setidaknya minimal 150 menit setiap minggu.
Mama juga bisa mengajak pasangan untuk melakukan aktivitas fisik dengan intensitas berat, minimal 75 menit per minggu. Mengombinasi aktivitas intensitas sedang dan berat juga bisa disesuaikan dengan kebutuhan tubuh.
Itulah beberapa informasi menarik terkait batu tanduk rusa yang bisa saja muncul sewaktu-waktu.
Semoga dengan informasi ini dapat memberikan wawasan baru agar terus menjaga kesehatan ginjal ya, Ma.
Baca juga:
- Sang Papa Gagal Operasi Batu Ginjal, Jessica Iskandar Terus Berdoa
- Kanker Ginjal: Penyebab, Gejala dan Pengobatannya
- Waspada, 5 Kebiasaan Buruk Ini Membahayakan Ginjalmu