TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Apa Itu Sindrom Penis Kecil? Ketahui Gejala dan Cara Mengatasinya!

Hati-hati sindrom penis kecil bisa terjadi pada siapa saja

Freepik/tut

Ukuran penis seringkali menjadi hal yang dianggap penting bagi laki-laki. Apalagi ukuran dan panjang penis seolah menjadi faktor yang memengaruhi kepuasan selama melakukan aktivitas seksual. 

Padahal ukuran penis yang terlalu besar tidak bisa menjamin dapat memuaskan karena terkadang justru menjadi masalah tersendiri ketika melakukan hubungan seksual bersama pasangan. 

Dikutip dari Healthline, ukuran penis seringkali menjadi faktor di balik rasa cemas dan rendah diri seorang suami saat sesi bercinta. Hal inilah yang kemudian akan berkelanjutan dan memengaruhi kepuasan seksual yang terjadi pada pasangan suami istri. 

Pixabay/Robert-Owen-Wahl

Ketika ukuran dirasa sangat penting, tak jarang beberapa laki-laki yang menganggap ukuran penisnya kecil akan memicu perasaan cemas. Pada tahap lebih lanjut, kecemasan ini akan menyebabkan seseorang mengalami sindrom penis kecil. 

Sindrom penis kecil atau penile dysmorphic disorder (PDD) adalah sebuah perasaan cemas yang cukup parah akibat penampilan fisik.

Kondisi kecemasan ini yang dibiarkan begitu saja, maka secara tidak langsung akan berdampak buruk ketika sedang berhubungan seksual. Selain kurang bergairah, kecemasan ini dapat menyebabkan pasangan merasa kecewa. 

Jika ingin mengetahui lebih banyak informasi mengenai sindrom penis kecil, kali ini Popmama.com telah merangkumnya. 

Yuk, disimak untuk memperkaya wawasan baru!

1. Sindrom penis kecil masuk ke dalam kategori body dysmorphic disorder (BDD)

Freepik/Jcomp

Penampilan penis yang terlihat tidak sempurna seolah menjadi bayangan yang penuh ketakutan, sehingga memicu seseorang terkena sindrom penis kecil. 

Perlu diketahui bahwa sindrom penis kecil masuk ke dalam kategori body dysmorphic disorder (BDD). 

Secara singkat, BDD atau gangguan dismorfik tubuh merupakan gangguan yang cukup mengacaukan cara pandang seseorang terhadap tubuh mereka sendiri. Hal ini berisiko memunculkan rasa takut yang berlebihkan dan ketidaknyaman tentang penampilan salah satu bagian di tubuhnya, seperti penis. 

Penyakit mental ini seolah membuat persepsi keliru tentang ukuran penis yang dianggap normal. Padahal perlu diingat bahwa ukuran penis cukup bervariasi dan tidak bisa disamaratakan. 

Jika terus dibiarkan, maka penderita sindrom penis kecil akan terus mempunyai gejala fokus obsesif pada kekurangan yang menurut penderita ada pada penampilannya.

2. Apa saja gejala yang dialami oleh seseorang dengan sindrom penis kecil?

Pixabay/geralt

Sindrom penis kecil dapat menyebabkan seseorang frustasi dan bisa berujung depresi apalagi jika pasangan juga ikut mengomentari. Perasaan malu dan tidak nyaman tersebut bisa membuatnya selalu khawatir terhadap ukuran penis yang dimilikinya. 

Berikut beberapa gejala yang dialami oleh seseorang dengan sindrom penis kecil antara lain: 

  • Kehidupan seks menjadi kurang menyenangkan karena kesulitan untuk ereksi atau orgasme. 
  • Tidak bergairah saat melakukan hubungan intim, sehingga dapat membuat pasangannya merasa kecewa.
  • Seringkali memiliki persepsi sendiri bahwa ukuran penis miliknya yang kecil tidak dapat memberikan kepuasaan saat berhubungan seksual. 
  • Cukup sering membandingkan ukuran penis miliknya dengan ukuran penis orang lain. Sindrom penis kecil ini akan menghantui ketika sudah melihat ukuran penis orang lain di internet, sosial media atau film porno. 
  • Memiliki rasa malu, bahkan berujung tertekan ketika melakukan hubungan seks bersama pasangan. Hal ini terjadi karena menganggap ukuran penis yang dimilikinya terkesan tidak normal dibandingkan ukuran normal. 

Gejala ini kerap hadir karena menganggap penampilan fisiknya menjadi tidak sempurna hanya karena ukuran penis yang dirasakannya sangat kecil.

Selain itu, sindrom penis kecil ini akan kembali muncul sesudah pergi berkonsultasi ke dokter. 

Walau dokter atau ahli lainnya sudah mengatakan bahwa ukuran penis masih terbilang normal, namun masih terus menyakini bahwa ada yang salah dengan ukuran penisnya. 

3. Bagaimana cara mengatasi sindrom penis kecil agar tidak terus menganggu?

Pixabay/derneuemann

Dalam kasus sindrom penis kecil, sebenarnya banyak sekali laki-laki dengan ukuran penis normal masih menganggap dan meyakini bahwa ada yang salah dengan ukuran penisnya.

Ketika pikiran tersebut terus terjadi dan menimbulkan depresi berkepanjangan, maka kesehatan mentalnya juga akan terganggu.

Perlu diketahui bahwa sebenarnya tidak ada standar baku terkait ukuran penis yang dianggap normal. Hanya saja, di Indonesia sendiri rata-rata panjang penis sekitar 10,5 cm ketika tidak ereksi. 

Cara mengatasi seseorang dengan sindrom penis kecil, sebaiknya perlu dikonsultasikan ke dokter. Jelaskan secara detail tentang semua keluhan yang muncul di dalam pikiran terkait ukuran penis.

Jika permasalahan sindrom penis kecil ini tidak kunjung selesai dan justru menjadi hambatan dalam memuaskan pasangan ketika berhubungan seks, ada baiknya untuk berkonsultasi dengan psikolog.

Menurut Institute for Sexual Medicine, sindrom penis kecil dikategorikan sebagai salah satu gangguan psikologis. Apalagi mengingat bahwa penderita sindrom ini seolah terlalu khawatir terhadap ukuran penisnya sendiri karena dianggap kecil. 

Hal ini terjadi karena laki-laki dengan sindrom penis kecil memiliki persepsi sendiri dan memercayai bahwa kondisi penisnya tidak seperti orang normal.

Sebelum depresi berkepanjangan dan melakukan hal-hal buruk, ada baiknya luangkan waktu untu membuat janji bersama psikolog agar mendapatkan terapi yang tepat terkait permasalahan ini.   

Nah, itulah penjelasan dan informasi menarik mengenai sindrom penis kecil. 

Semoga penjelasannya bisa bermanfaat!

Baca juga: 

The Latest