Bagaimana dan Berapa Lama Vaksin Covid-19 Mampu Melindungi Tubuh?
Ada banyak perkembangan terkait vaksin Covid-19 yang perlu Mama ketahui
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kabar terkait vaksin Covid-19 terus menjadi perbincangan banyak orang. Perkembangan vaksin pun masih terus berkembang untuk mencegah kenaikan angka positif akibat paparan virus corona yang semakin memprihatinkan.
Berdasarkan data terbaru yang dirilis Pemprov DKI Jakarta dalam situs corona.jakarta.go.id hingga hari Rabu (16/12/2020) pukul 23.00 WIB tercatat sebanyak 636.154 kasus terkonfirmasi Covid-19 secara nasional.
Ada sekitar 94.922 orang masih dirawat, 521.984 orang dinyatakan sembuh dan 19.248 orang lainnya meninggal dunia. Data kasus terkonfirmasi Covid-19 ini telah diumumkan secara resmi oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Tepat pada Rabu (16/12/2020), Presiden Joko Widodo telah mengumumkan pernyataan resmi bahwa akan ada pemberiaan vaksin secara merata untk warga negara Indonesia yang bebas biaya alias gratis. Informasi tersebut tentu memunculkan optimisme di masyarakat untuk semakin bertahan selama pandemi Covid-19 ini berlangsung.
Walau begitu, timbul beberapa pertanyaan terkait "berapa lama vaksin Covid-19 bisa melindungi tubuh?". Pertanyaan ini tentu memberikan kegelisahan baru dan perlu dicari tahu secara detail.
Jika Mama ingin mengetahui informasi lebih lengkap terkait vaksin serta beberapa pengetahuan lainnya, kali ini Popmama.com telah merangkumnya.
Disimak dengan baik yuk, Ma!
1. Berapa lama vaksin Covid-19 mampu melindungi tubuh?
Perlu dipahami bahwa vaksin dapat meningkatkan imunitas tubuh, sehingga mampu melawan infeksi bakteri, jamur dan virus.
Dilansir dari IDN Times, imunitas sendiri terbagi menjadi dua antara lain:
- Dalam kekebalan aktif, antibodi dihasilkan melalui paparan antigen atau vaksin.
- Dalam kekebalan pasif, seseorang tidak membuat antibodi sendiri melainkan akan menerimanya dari sumber lain.
Di antara dua penjelasan ini perlu diketahui bahwa kekebalan aktif mampu bertahan lebih lama daripada kekebalan pasif.
Sebuah studi dari New England Journal of Medicine menjelaskan bahwa vaksin Covid-19 mampu melindungi tubuh manusia dari virus kurang lebih selama 119 hari. Sekitar tiga bulan imunitas tubuh akan terjaga dengan baik, bahkan bisa meminimalisir paparan virus.
Hanya saja perlindungan tersebut bisa diperoleh apabila dosis kedua sudah diberikan. Apabila hanya satu saja, tubuh akan membentuk antibodi dan akan kembali menurun setelah beberapa minggu vaksin disuntikkan.
Walau studi di dalam jurnal ini belum dapat dipastikan, namun para peneliti masih terus memantau setiap perkembangan untuk mengetahui sejauh mana vaksin Covid-19 bisa melindungi tubuh.
2. Vaksinasi mampu memberikan proteksi tersendiri terhadap penularan penyakit
Sejauh ini, penggunaan vaksin menjadi alternatif tersendiri dalam mencegah tubuh terhindar dari penyebaran penyakit berbahaya.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menjelaskan bahwa kekebalan tubuh manusia akan meningkat dengan pemberian vaksin, sehingga lebih kuat terhadap penyakit. Seseorang yang hanya mempunyai kekebalan alami saja tanpa menggunakan vaksin justru bisa meningkatkan risiko tertularnya virus dan berbagai penyakit lainnya.
Sebagai contohnya, apabila keluarga mama mendapatkan kekebalan dari vaksin terhadap sesuatu penyakit tertentu justru ini akan menguntungkan.
Hal ini berarti mampu menghadapi 1 dari 500 kemungkinan untuk terinfeksi penyakit tersebut.
3. Mengenal efikasi, efektivitas dan serokonversi dalam konteks vaksin
Kabar baik terkait perkembangan vaksin Covid-19 memang terus diikuti oleh masyarakat. Apalagi besar harapan kalau kehadiran vaksin bisa perlahan-lahan mengatasi pandemi ini agar cepat selesai.
Dokter Adam Prabata melalui Instagram pribadinya @adamprabata berusaha memberikan informasi terbaru yang menarik.
"Apakah efikasi vaksin bisa dinilai dari terbentuknya antibodi? Pelajaran dari klaim efikasi vaksin Sinovac yang dikatakan 97 persen. Saat ini klaim tersebut sudah diklarifikasi oleh pihak Sinovac dan Biofarma. Keduanya menyatakan bahwa hingga saat ini belum ada bukti efikasi vaksin Sinovac untuk Covid-19," tulis dr. Adam dalam unggahannya.
Selain itu, dr. Adam pun memberikan perbedaan yang cukup jelas mengenai efikasi, efektivitas dan serokonversi dalam konteks vaksin. Berikut perbedaannya, antara lain:
- Efikasi adalah kemampuan suatu vaksin untuk menurunkan munculnya penyakit pada kondisi optimal (dalam kondisi uji klinis)
- Efektivitas adalah kemampuan suatu vaksin untuk menurunkan munculnya penyakit. Menurut dr. Adam pada kenyataan angkanya berpotensi lebih kecil dibanding efikasi.
- Serokonversi adalah muncul dan terdeteksinya antibodi pada seseorang yang diberikan vaksin.
"Terdeteksinya antibodi setelah divaksin tidak sama dengan sudah terbukti efikasi atau efektifnya suatu vaksin. Perlu kehati-hatian ekstra dalam menyatakan klaim terhadap kemanjuran atau efikasi suatu vaksin," jelasnya.
Itulah beberapa informasi baru mengenai vaksin. Semoga bisa bermafaat ya, Ma.
Baca juga:
- Mengenal Delirium, Gejala Baru Pasien Covid-19 yang Perlu Diwaspadai
- Fakta Vaksin Covid-19 Terbaru, Benarkah Sudah Bisa Mulai Pre-Order?
- Yakin Vaksin Saja Cukup? Siapkan Ini Jelang Tahun 2021