Berbagi di IWF2019, Gina S. Noer Ingin Memanusiakan Manusia Lewat Film
Banyak pengalaman yang bisa menjadi inspirasi dari sosok Gina S. Noer nih, Ma!
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Retna Ginatri S. Noer atau yang lebih dikenal dengan Gina S. Noer sebagai seorang penulis skenario dan sutradara pasti namanya sudah tidak asing didengar ya, Ma. Apalagi belum lama ini, Gina menjalani debutnya sebagai sutradara melalui film berjudul Dua Garis Biru.
Tak hanya itu, skenario film garapan istri dari penulis skenario Salman Aristo ini pun meraih kesuksesan hingga menjadi box office seperti Ayat-Ayat Cinta dan Habibie & Ainun.
Pada Sabtu (7/9/2019), Gina hadir menjadi salah satu pembicara untuk mengisi diskusi mengenai "Ngobrolin Produksi Film Indonesia" di panggung Indonesia Writers Festival 2019 yang telah memasuki tahun kedua.
Bersama dengan Jenny Jusuf dan Reza Rahadian, Gina membicarakan banyak hal mengenai produksi film Indonesia berdasarkan pengalaman pribadinya.
Penasaran apa saja yang dibicarakan oleh Gina mengenai dibalik layar film-film buatannya? Kali ini Popmama.com telah merangkumnya, yuk disimak!
1. Film yang sukses itu memiliki banyak tolak ukurĀ
Dengan banyaknya film yang dikeluarkan oleh sineas karya anak bangsa, seolah berlomba-lomba menghasilkan sebuah karya bagus agar menarik perhatian masyarakat. Perlu Mama ketahui saat sebuah film yang terus dibicarakan oleh banyak orang belum tentu menjadi tolak ukur kesuksesan.
"Film sebagai sebuah medium itu sangat kompleks karena setengah bisnis dan setengahnya seni. Tolak ukurnya banyak sekali untuk mengatakan kalau film itu sukses seperti dinikmati oleh para penonton, mendapatkan penghargaan hingga dinobatkan sebagai box office," ucap Gina ketika di atas panggung IWF 2019.
Menurut Gina sendiri yang memposisikan diri sebagai seorang penonton, sebuah film bisa dikatakan sukses ketika ceritanya sudah sangat menyentuh hati.
"Ketika ada film yang menyentuh hati saya berarti itu bisa dikatakan sukses, meskipun film tersebut belum memiliki penghargaan," kata Gina.
2. Semua film yang dikerjakan Gina S. Noer punya kesan masing-masing
Sebagai seorang yang selalu ada di balik perfilman Indonesia, Gina tentu memiliki banyak pengalaman yang berkesan apalagi dirinya sudah terlibat cukup lama. Meskipun begitu, Gina tidak bisa memilih film mana yang paling favorit selama proses produksi karena masing-masing memiliki kesan tersendiri.
“Sebenarnya kalau ditanya film favorit yang sejauh ini, semua film yang telah diproduksi tentunya memiliki pengalaman masing-masing. Sebagai contoh ketika terlibat dalam film Perempuan Berkalung Sorban. Saat menulis film tersebut saya masih memiliki karakter feminis yang marah-marah, mungkin karena bawaan hamil juga. Saat menulis skenarionya, saya amat sangat mendalami film itu karena ditulis dalam keadaan hamil dan dirawat karena terus mual-mual,” kata Gina.
Jika Mama ingat di tahun 2009 lalu, film garapan Gina bersama Hanung Bramantyo berjudul Perempuan Berkalung Sorba tidak hanya sukses, namun sempat mengundang kontroversi.
Menurut Gina sendiri, jika film Perempuan Berkalung Sorban ditulis sekarang dan tidak dalam keadaan hamil mungkin emosinya kurang semarah kemarin.
"Setiap fase dalam masing-masing film tentu ada saja cerita sendiri yang bisa menjadikan itu sebuah pengalaman baru. Sebagai penulis sangat susah rasanya ketika harus memilih film favorit yang telah diproduksi. Sama seperti ketika memiliki banyak anak, saya nggak bisa pilih mana anak yang paling disayang," ucap Mama berumur 34 tahun ini.
3. Gina ingin tetap memanusiakan manusia setiap kali membuat sebuah karya
Setiap orang yang memproduksi sebuah film tentu memiliki value dan tujuan tersendiri ketika hasil karyanya dinikmati oleh para penonton. Begitu juga dengan Gina yang sudah bekerja sama dengan banyak orang terutama saat debutnya menjadi seorang sutradara belum lama ini.
"Kalau saya pribadi ketika sedang memproduksi sebuah film, saya berusaha selalu menjaga value untuk tetap memanusiakan manusia," kata Gina.
Menurut Gina ketika sedang memproduksi film bersama perlu sekali membuat sebuah iklim ekosistem yang baik dalam bekerja yaitu dengan tetap memanusiakan manusia, mulai dari bekerja sama dengan para pemain, kru hingga memperlakukan semua orang dibalik sebuah karya.
Bahkan value yang diterapkan oleh Gina ini pun berdampak dalam memutuskan sebuah akhir cerita di film Dua Garis Biru. Jika banyak yang memperdebatkan dan lebih menginginkan karakter Dara di film tersebut meninggal dunia agar memberikan pembelajaran kepada penonton, namun Gina tidak melakukan hal itu.
Bagi Gina setiap manusia perlu mendapatkan kesempatan kedua, sehingga di akhir cerita film Dua Garis Biru pun dirinya membuat karakter Dara tetap masih hidup dan melanjutkan sekolah ke Korea.
Nah, itu dia value yang tetap dijaga oleh Gina bahkan hingga ke sebuah karakter yang dibangunnya dalam sebuah film. Beberapa cerita yang sempat dibagikan oleh Gina S. Noer mengenai pengalamannya di industri film Indonesia begitu menarik ya, Ma.
Semoga kehadiran dari Gina bersama karya-karyanya bisa memotivasi anak mama untuk menjadi seorang penulis skenario atau bahkan sutradara agar menciptakan berbagai film berkualitas di tanah air.
Baca juga:
- Di IWF2019, IDN Times Umumkan Duniaku.com Telah Bergabung Bersama
- IDN Times Memajukan Literasi Melalui Indonesia Writers Festival 2019