#JusticeForAudrey, Penanganan Trauma Korban Kekerasan Menurut Psikolog
Demi psikis anak, penanganan trauma pasca menjadi korban kekerasan wajib dilakukan
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tagar #JusticeForAudrey masih sangat ramai di media sosial ya, Ma. Musibah yang terjadi pada siswi SMP di Pontianak berinisial AU (14) yang telah viral akibat mengalami penganiayaan masih mencuri perhatian dari publik.
Setelah berita ini cukup luas beredar, AU masih terbaring di rumah sakit dan dalam proses pemulihan. Beisca yang merupakan Miss Indonesia Kalimantan Barat 2019 sempat menjenguk AU di rumah sakit. Dirinya sempat memaparkan di Instagram bahwa AU masih
"Teman-teman, emosi AU masih belum stabil. Jadi untuk teman-teman yang menjenguk diharapkan untuk menahan kesedihan karena AU kalau lihat orang nangis, dia juga ikut nangis. So, our role as her friends is to make her happy again. Bantu dia untuk tersenyum manis kembali," tulis Beisca.
Selain itu, berdasarkan pemeriksaan kesehatan yang dikeluarkan Rumah Sakit Pro Medika Pontianak pada Rabu (10/4) hasil diagnosa awal dan terapi pada AU menunjukkan korban depresi pasca trauma.
Trauma pasca mengalami penganiayaan bisa terjadi pada siapa saja, termasuk anak-anak. Sebagai seorang psikolog, Alexandra Gabriella A., M.Psi, C.Ht menaruh perhatian terhadap korban AU apalagi dirinya sedang membutuhkan penanganan pasca trauma.
Psikolog Alexandra Gabriella A., M.Psi, C.Ht akan membagikan beberapa cara yang bisa diterapkan oleh orangtua serta keluarga dalam menangani anak-anak korban kekerasan saat sedang mengalami fase trauma pada saat wawancara eksklusif bersama Popmama.com, Rabu (10/4).
Demi mengurangi rasa trauma pasca mengalami kekerasan. Yuk Ma, simak beberapa rangkuman dari Popmama.com kali ini!
1. Sediakan tempat yang aman dan nyaman
Hal pertama yang bisa dilakukan oleh keluarga dalam memberikan penanganan trauma akibat kekerasan yaitu dengan menyediakan tempat yang aman serta nyaman.
Setiap orang yang mengalami perbuatan tidak menyenangkan tentu tidak ingin kalau kejadian tersebut akan kembali terulang.
Untuk itu, sebagai terapi pemulihan ada baiknya membawa korban ke tempat yang lebih kondusif agar meminimalisir ingatan terhadap kekerasan yang sempat dialami. Bahkan, sekedar jengukan dari banyak orang saja juga bisa memicu ingatan dirinya sebagai korban kekerasan.
Baca juga: 5 Cara Mengatasi Ketakutan Anak Saat Melihat Peristiwa Traumatis
2. Berikan cukup banyak waktu untuk pemulihan trauma
Perlu diingat kalau semua pemulihan untuk menghilangkan segala trauma membutuhkan waktu. Semua pemulihan tidak bisa terjadi secara instan atau bahkan terburu-buru.
Selalu pahami kondisi korban dengan tidak terlalu memaksakan kehendak agar dirinya bisa segera pulih.
Saat pemulihan berlangsung, cobalah untuk selalu membimbing korban dalam menciptakan suasana yang menyenangkan.
Jangan terlalu meminta untuk menceritakan kejadian buruk yang menimpanya secara detail karena akan membuat suasana hatinya semakin sedih.
Berikan waktu yang tepat ketika dirinya sudah siap dan ingin bercerita dengan sendirinya tanpa perlu dipaksa ya, Ma.
Baca juga: Ini lho Ma, 8 Langkah Rahasia untuk Memulihkan Trauma pada Anak!
3. Berusaha untuk selalu mendengarkan ceritanya
Setiap orang tentu ingin keluh kesahnya didengar apalagi saat sedang menghadapi masa-masa sulit. Dengan bercerita seluruh perasaan yang dirasakannya bisa keluar dan ingin tersampaikan secara baik.
Untuk itu, cobalah untuk mendengarkan ceritanya sebagai proses pemulihan trauma. Perlu disadari kalau ia ingin didengar, maka ada baiknya untuk hindari kebiasaan menasihati, menilai, menggurui, memberi label ataupun berusaha menyalahkan.
Walau kata-kata yang diucapkan terkesan sederhana, namun ini seolah akan menyudutkan dan justru membuat dirinya tertekan.
Sebaiknya saat ia mulai bercerita, berikan sebuah perumpamaan atau analogi agar si Anak bisa belajar mencari berbagai jalan keluar dengan kemampuannya sendiri. Hal ini juga dapat membantu dirinya mengenal perasaannya sendiri saat menghadapi masalah.
Baca juga: 7 Cara Menjadi Orangtua yang Bisa Diajak Curhat oleh Anak
4. Memberikan pendampingan melalui kegiatan positif
Dilansir dari Psychology Today beberapa kasus anak-anak yang mengalami trauma dapat berkembang menjadi gangguan depresi pasca trauma.
Fase-fase trauma memang bukan hal yang mudah untuk dilalui. Namun, peran orang terdekat seperti keluarga hingga sahabat memang sangat diperlukan sebagai pendamping.
Tak jarang ketakutan akibat trauma ini muncul di dalam mimpi, sehingga memicu terjadinya gangguan tidur karena perasaan takut jika kejadian serupa akan terulang kembali. Rasa takut itu ternyata tidak bisa dianggap remeh karena efeknya cukup mengganggu.
Peran keluarga diperlukan ketika perasaan takut dan trauma dirasakannya pelan-pelan menghilang. Mama perlu memberikan rasa aman secara fisik dengan mencoba berada di dekatnya, sehingga perlahan dapat membuat hati si Anak terasa lebih tenang.
Bila kondisinya sudah cukup membaik, Mama bisa melakukan kegiatan positif bersama untuk menghilangkan bayang-bayang trauma pasca kejadian yang kurang menyenangkan.
5. Bantu anak untuk bisa kembali ke masyarakat
Korban kekerasan tentu sangat membutuhkan pendampingan yang tepat. Sebagai korban, tak jarang akan menimbulkan perasaan tidak percaya diri, merasa dirinya tidak berharga bahkan akan menutup diri dari lingkungan.
Sebagai orangtua, Mama berperan penting untuk mengembalikan penilaian positif pada si Anak pasca menjadi korban kekerasan. Berikan dirinya penjelasan mengenai apa yang akan terjadi ketika ia kembali ke masyarakat. Segala pertanyaan, tatapan dan bentuk perhatian lainnya yang mungkin akan ia terima karena menjadi pusat perhatian banyak orang.
Meskipun begitu, ajak dirinya untuk mencari jalan keluar agar mampu menghadapi berbagai kondisi yang terjadi. Salah satunya dengan beradaptasi dan berusaha mengembalikan kepercayaan dirinya melalui cara-cara yang positif.
Itulah beberapa penanganan trauma yang bisa dilakukan oleh keluarga sebagai orang terdekat ketika anak menjadi korban kekerasan.
Semoga bisa bermanfaat ya, Ma!
Baca juga:
- Ramai Tagar #JusticeForAudrey, Begini Kondisi Terkini Korban Kekerasan
- Awal 2019, Ini 7 Kasus Bully dan Kekerasan di Lingkungan Sekolah