7 Hal yang Perlu Diketahui Soal Covid-19 Subvarian Omicron EG.5
Ayo, ketahui lebih dekat tentang Covid-19 subvarian Omicron EG.5!
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Baru-baru ini, publik dikejutkan dengan kasus Covid-19 yang melonjak di beberapa negara tetangga. Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) bahkan mencatat lonjakan kasus Covid-19 yang signifikan selama sepekan terakhir. Kenaikan itu bahkan mencapai dua kali lipat.
Menurut informasi yang beredar, sebagian besar kasus disebabkan oleh subvarian Omicron EG.5 dan KH.3. Kedua subvarian ini kabarnya mencakup lebih dari 70 persen kasus yang ditemukan.
Jika di Singapura mengalami lonjakan, bagaimana dengan Indonesia? Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, mengaku ada kenaikan kasus Covid-19, tetapi masih terkendali. Hal ini dikarenakan imunitas masyarakat masih tinggi.
Meski kasus Covid-19 di Indonesia masih terkendali, kamu tentunya perlu mengetahui beberapa hal tentang Omicron EG.5 yang menjadi 'biang kerok' naiknya kasus Covid-19 di Singapura.
Kali ini Popmama.com telah menyiapkan informasi tentang beberapa hal yang perlu diketahui soal Covid-19 subvarian Omicron EG.5.
Yuk, simak informasinya berikut ini!
1. Subvarian EG.5 pertama kali dilaporkan pada Februari 2023
Subvarian EG.5 diketahui merupakan sublinier dari XBB subvarian Omicron. Subvarian ini pertama kali dilaporkan pada tanggal 17 Februari 2023 dan kemudian ditetapkan sebagai varian yang sedang diawasi atau variants under monitoring (VUM) pada Juli 2023.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lalu menjadikan subvarian EG.5 ini sebagai variant of interest. Hal itu karena tingkat infeksinya yang meningkat, kemampuannya untuk penyebaran yang cepat, dan sifatnya yang mampu mempertahankan diri dari kekebalan imunitas manusia.
Sebagai informasi, subvarian EG.5 adalah salah satu dari tiga subvarian yang berada dalam pantauan WHO. Dua di antaranya adalah XBB.1.5 yang sebagian besarnya beredar di wilayah Eropa dan Amerika Serikat, serta XBB.1.16 yang banyak di Asia.
2. Subvarian EG.5 lebih mampu menghindar dari kekebalan tubuh
Beberapa hal mengenai subvarian EG.5 juga turut diinformasikan oleh dr Adam Prabata melalui unggahan di Instagram pada Selasa (5/12/2023).
Pada unggahannya, dr Adam menjelaskan perbedaan subvarian Omicron EG.5 dengan subvarian lainnya. Dia menjelaskan kalau subvarian ini lebih mampu menghindar dari kekebalan tubuh dibandingkan subvarian lainnya.
"Apa perbedaan varian Omicron EG.5 dibandingkan varian lainnya? Lebih mampu menghindar dari kekebalan tubuh yang muncul karena vaksinasi dan infeksi alami dibandingkan varian Covid-19 lainnya," kata Adam.
3. Subvarian EG.5 lebih mudah menginfeksi
Masih dalam unggahan yang sama, dr Adam juga menjelaskan tentang alasan yang membuat subvarian EG.5 mengakibatkan terjadinya lonjakan kasus.
Kata dia, karena subvarian ini lebih mampu menghindar dari kekebalan tubuh, maka lebih mudah menginfeksi terutama kepada orang yang belum divaksinasi. Di sisi lain, subvarian ini kabarnya memiliki kecepatan bertambah yang paling cepat.
"Varian ini memiliki kecepatan bertambah yang paling cepat dibanding varian Covid-19 lainnya," kata Adam.
4. Tingkat keparahan akibat subvarian EG.5 tidak berbeda dengan Omicron lainnya
Lantaran disebut lebih mudah menginfeksi, beberapa orang tentu bertanya-tanya mengenai tingkat keparahan yang muncul akibat subvarian EG.5.
Mengenai itu, pimpinan teknis WHO untuk Covid-19, Maria Van Kerkhove, menjelaskan EG.5 memiliki peningkatan penularan, tetapi tidak lebih parah dibandingkan dengan subvarian Omicron lainnya.
"Kami tidak mendeteksi adanya perubahan tingkat keparahan EG.5 dibandingkan sublineage Omicron lain yang telah beredar sejak akhir tahun 2021," katanya.
Senada dengan hal itu, dr Adam melalui unggahannya menjelaskan bahwa derajat keparahannya tidak berbeda. Meski demikian, dr Adam menjelaskan peningkatan kasus rawat inap dan meninggal dunia akibat Covid-19 dapat terjadi bila jumlah kasus melonjak tinggi.
"Bagaimana derajat keparahan varian EG.5? Tidak berbeda derajat keparahan akibat varian EG.5 dibandingkan dengan varian Omicron lainnya," kata Adam.
5. Vaksin tetap efektif untuk mencegah subvarian EG.5
Pertanyaan lain yang muncul setelah kabar subvarian EG.5 beredar ialah tentang efektivitas vaksin. Dalam unggahannya, dr Adam menjelaskan bahwa vaksin tetap efektif untuk mencegah subvarian ini.
"Apakah vaksin tetap efektif untuk mencegah varian EG.5? Tetap efektif untuk mencegah Covid-19 berat dan meninggal dunia. Varian EG.5 masih termasuk ke dalam varian Omicron," katanya.
"Berdasarkan pada data efektivitas vaksin varian Omicron secara umum, perlindungan terhadap Covid-19 berat akan tetap baik, meskipun kemampuan antibodi menurun," katanya lagi.
6. Tes PCR dan antigen tetap mampu mendeteksi subvarian EG.5
Selain itu, dr Adam melalui unggahannya juga menjelaskan bahwa tes PCR dan antigen yang selama ini digunakan untuk mendeteksi Covid-19 masih tetap efektif untuk mendeteksi subvarian EG.5.
"Apakah tes PCR & tes antigen tetap mampu mendeteksi varian EG.5? Tetap efektif. Pemeriksaan PCR masih tetap efektif untuk mendeteksi Covid-19 varian EG.5. Tes antigen juga masih tetap efektif untuk mendeteksi Covid-19 varian EG.5," kata Adam.
Dia pun menjelaskan, saat ini belum ada laporan secara ilmiah yang mengenai penurunan atau ketidakmampuan PCR dan antigen untuk mendeteksi EG.5.
"Hingga saat ini, tidak ada laporan ilmiah mengenai penurunan atau ketidakmampuan PCR dan tes antigen untuk mendeteksi varian EG.5," sambungnya.
7. Gejala subvarian EG.5 cenderung sama dengan varian sebelumnya
Topik lainnya yang membuat publik merasa penasaran dengan subvarian ini adalah mengenai gejalanya. Menurut kabar yang beredar, gejala subvarian EG.5 cenderung sama dengan varian sebelumnya.
Dikutip dari laman Health, Kristina K. Bryant, MD, yang merupakan spesialis penyakit menular anak di Norton Children's Infectious Diseases mengatakan kebanyakan pasien EG.5 yang dia temui mengalami gejala yang mirip dengan subvarian Omicron yang lainnya.
"Beberapa orang bahkan mengatakan mereka mengira mereka memiliki alergi. Tapi EG.5 perlu diperhatikan. Ini adalah subvarian yang dominan," kata Bryant.
Gejala-gejala itu terutama melibatkan keluhan saluran pernapasan atas, seperti sakit tenggorokan, batuk, hidung tersumbat, dan pilek.
Berikut ini beberapa gejala Covid-19 yang paling sering dilaporkan, antara lain:
- Demam atau menggigil
- Batuk
- Sesak napas atau kesulitan bernapas
- Kelelahan
- Nyeri otot atau badan
- Sakit kepala
- Hilangnya rasa atau bau baru
- Sakit tenggorokan
- Hidung tersumbat atau meler
- Mual atau muntah
- Diare
Jadi, itulah beberapa hal yang perlu diketahui soal Covid-19 subvarian Omicron EG.5. Melalui rangkuman ini, kamu tentunya menjadi tahu akan banyak hal tentang subvarian EG.5 yang saat ini diduga menjadi 'biang kerok' melonjaknya kasus Covid-19.
Ingat, tetap jaga kesehatan diri dan keluarga agar tidak terkena virus Covid-19, ya!
Baca juga:
- Disease X Dianggap Lebih Mematikan dari Covid-19, Kok Bisa?
- Masyarakat Diimbau Tetap Waspadai Covid-19 di Masa Endemi
- Menkes Sebut Vaksinasi Covid-19 akan Berbayar di Tahun 2024