Bambang mengakui validasi rapid tes kalah akurat dengan PCR Tes hal tersebut karena PCR tes yang untuk diagnosa sedangkan rapid untuk screning.
Dia meyakinkan bahwa RI-GHA COVID-19 ini sudah dilakukan uji validasi skala lab dengan hasil nilai sensitivitas untuk IgM-nya (Immunoglobulin M) 96,8 persen. Kemudian untuk IgG-nya (Immunoglobulin G) 74 persen melalui pengujian pada 40 serum pasien yang positif dari balitbangkes.
Selain itu tingkat spesifitasnya art IgM 98 persen bahkan untuk IgG-nya spesifitasnya 100 persen dan pengujian ini dilakukan pada 100 koleksi serum.
"Produk ini sudah dilakukan juga akurasi, baik di rumah sakit sekitar 4.000 kit di Jogja, Solo, Semarang, dan Surabaya. Serta diperkuat dengan uji lapangan sekitar 6000 kit yaitu uji akurasi dan uji skrining di beberapa puskesmas termasuk yang di Kabupaten Sleman" ujarnya.
"Seperti yang telah disampaikan Pak Menko, alat ini adalah buatan anak negeri sendiri. Dengan harga yang sangat murah yaitu Rp75 ribu maka kita harapkan alat ini bisa dipergunakan secara massal sehingga kita bisa mengatasi secepatnya masalah Covid-19," imbuhnya.
Rapid test tak lagi menjadi beban, tak ada alasan untuk kita tidak melakukan rapid tes karena biaya yang mahal. Semoga rapid tes karya anak bangsa ini segela selesai ya, Ma.