5 Fakta Covid-19 Varian Omicron yang Wajib Diketahui
Ada beberapa fakta seputar Omicron yang perlu diketahui
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sejak pertama kali teridentifikasi di Afrika Selatan pada akhir November 2021. Covid-19 menyebar begitu cepat di berbagai negara, termasuk di Indonesia.
Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin melaporkan kasus pertama Omicron di Tanah Air dialami oleh petugas kebersihan di Wisma Atlet, Jakarta. Kemudian dalam waktu kurang dari satu bulan, pasien Covid-19 varian Omicron melonjak hingga mencapai 2.156 kasus per tanggal 30 Januari 2021.
Dari temuan tersebut, diprediksi jumlah kasus akibat Omicron bisa bertambah mengingat varian ini begitu cepat menular ketimbang varian lainnya. Untuk itu, berikut adalah 5 fakta yang sudah Popmama.com rangkum dari siaran pers yang dirilis dari Kemenkes RI.
1. Menular lebih cepat
Perbedaan utama Omicron dengan varian lain adalah penularan lebih cepat dan banyak. Jadi dalam waktu singkat akan terjadi kenaikan jumlah kasus yang signifikan.
Kemudian hospitalisasi dan tingkat keparahan kasus varian Omicron lebih rendah. Lebih banyak orang yang terpapar Omicron dirawat di rumah atau Isoman. Omicron cenderung bisa sembuh tanpa harus dirawat di RS.
Sementara dalam menghadapi kasus Omicron, pemerintah melakukan strategi berbeda antara menghadapi Omicron dengan Delta. Sebab, varian Delta membutuhkan kapasitas RS yang tinggi.
2. Menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara
Pemerintah telah melakukan riset kecil terhadap pasien Omicron yang dirawat. Total pasien yang terinfeksi Omicron tercatat 2.156 per tanggal 30 Januari 2022.
Kasus ini memiliki selisih 299 kasus dibandingkan hari sebelumnya. Secara mingguan, kasus di Indonesia tumbuh 71,79 persen. Akibat varian Omicron, Indonesia tercatat menempati posisi pertama untuk sebaran Omicron di Asia Tenggara.
3. Gejala yang ringanĀ
Meski menular lebih cepat ketimbang varian lain, gejala varian Omicron ini tergolong ringan. Namun, anggapan ini juga masih bergantung pada kondisi kesehatan seseorang.
Berdasarkan data dari Kemenkes RI, sebanyak 765 di antaranya sudah sembuh. Total pasien Omicron yang dirawat di RS ada 854 orang.
Dari 854 pasien yang dirawat, sebanyak 461 orang ditemukan asimtomatik atau tidak bergejala. Kemudian bergejala ringan 334, bergejala sedang 54 orang dan hanya 5 orang bergejala berat.
Terapi oksigen yang diberikan terhadap pasien yang dirawat yakni sebanyak 54 pasien mendapatkan nasal kanul, 1 simple mask, HFNC 1, ventilator 3, dan selebihnya tanpa terapi oksigen sebanyak 795.
Hasil riset ini memperkuat anggapan bahwa varian Omicron lebih ringan dari varian lain.
4. Waspada transmisi lokal
Menkes mengingatkan bahwa transmisi lokal Omicron pasti terjadi. Apalagi varian ini tergolong lebih cepat menular. Bahkan gejala yang ditimbulkan mirip gejala flu biasa. Sehingga tidak sedikit yang tidak sadar kalau dirinya tengah terinfeksi Covid-19.
Meski begitu tak perlu khawatir, Menkes menekankan bahwa sebagian pasien yang masuk RS sejauh ini seharusnya bisa dirawat secara mandiri atau melakukan perawatan di rumah.
5. Belum ada prediksi kapan gelombang ketiga di Indonesia
Sejauh ini, Menkes belum bisa memprediksi puncak kasus gelombang ketiga di Indonesia hingga berapa kasus per hari. Berdasarkan data dari negara lain, puncak kasus antara 1 kali hingga 5 kali dibandingkan varian Delta.
Puncak untuk gelombang terkait varian Omicron antara 37 hingga 60 hari sejak temuan kasus pertama. Namun, beberapa peneliti telah memprediksi bahwa puncak kasus Omicron bisa terjadi dalam dua bulan mendatang.
Demikian beberapa fakta soal Omicron yang perlu diketahui. Tetap jaga kesehatan keluarga dengan menerapkan protokol kesehatan yang berlaku ya, Ma!
Baca juga:
- Puncak Kasus Omicron di Indonesia akan Tiba hingga 2 Bulan ke Depan
- IDAI Minta Sekolah Tatap Muka Dievaluasi Pasca Merebaknya Omicron
- Perbedaan Gejala Covid-19 Varian Omicron dan Delta