TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Ramai Ibadah Haji di Metaverse, Bagaimana Penjelasannya?

Hukumnya di pandangan Islam

hanaumrah.com

Metaverse adalah jaringan dunia virtual 3D yang berfokus pada koneksi sosial. Dalam futurisme dan fiksi ilmiah, istilah ini sering digambarkan sebagai iterasi hipotetis Internet sebagai satu dunia virtual universal.

Metaverse difasilitasi dengan menggunakan headset realitas virtual dan augmented. Ramai mengenai Metaverse, bahkan Ibadah Haji pun juga muncul di dunia virtual ini.

Banyak pro dan kontra mengenai kehadiran Tanah Haram di Metaverse. Lalu, bagaimana pandangannya secara Islam? 

Berikut ulasannya yang dirangkum Popmama.com!

1. Kabah Virtual

Pixabay/abdullah_shakoor

Arab Saudi memasukkan Mekkah, dan juga Kabah secara detail ke dalam Metaverse. Bahkan, bisa melaksanakan ibadah haji secara virtual.

“Inisiatif ini memungkinkan umat Islam melihat Hajr Aswad secara virtual sebelum ibadah ke Mekah,” kata para pejabat Saudi dalam sebuah pernyataan.
 

2. Ibadah haji yang tidak sah

Shafa/Popmama.com kabah

Melakukan ibadah haji secara virtual tak sah. Hal itu diungkapkan Direktur Departemen Layanan Haji dan Umrah Turki, Remzi Bircan.

"Mengunjungi Kabah dapat dilakukan pada metaverse, tetapi itu tidak akan dianggap sebagai "haji nyata," sebutnya.

3. Menimbulkan kontra

Shafa/Popmama.com makkah

Dia menjelaskan, haji virtual sama sekali tak ada dalam syarat ibadah haji. Salah satunya, jemaah harus berada secara langsung di Mekkah dan Madinah.

"Orang-orang percaya dapat berkunjung ke Ka'abah di metaverse, tetapi itu tidak akan pernah dianggap sebagai ibadah nyata," katanya. "Kaki jemaah harus menyentuh Tanah Haram."

Menurut Birbi, Haji harus dan akan dilakukan dengan pergi ke kota suci secara nyata.
 

4. Hanya sebagai promosi

Unsplash/Adli Wahid

Agar tak terjadi kesalahpahaman, Remzi menjelaskan, Arab Saudi memasukkan kabah ke Metaverse untuk promosi. Mirip dengan melakukan kunjungan museum secara virtual.

Dia mengatakan inisiatif Saudi mungkin diluncurkan "untuk promosi."

Memberikan contoh Museum Arkeologi di Istanbul, Biritan mencatat, "Seperti tur museum dengan kacamata Virtual Reality, Saudi memulai program perjalanan virtual ini untuk mempromosikan Kabah."

5. Hanya konten

Pexels.com/Haydan

Daripada agama, Kabah di Metaverse merupakan "inisiatif informatif."

Proyek ini direalisasikan oleh agen Pameran dan Museum Museum Saudi Arab, bekerja dengan Universitas Umm Al-Qura.

Ternyata, awal proyek ini merujuk pada Mekah dan Madinah dan secara khusus dua masjid suci di kota-kota itu. Proyek ini diperkenalkan dalam upacara pada 14 Desember 2021, dengan kehadiran Abdul-Rahman al-Sudais, presiden umum Haramain.

6. Jangan gabungkan ibadah dengan dunia virtual

Unsplash/Haidan

Abdullah Tırabzon, akademisi dari Fakultas Teologi Universitas Istanbul, setuju dengan Diyanet.

"Virtual dan kenyataan tidak akan pernah sama. Setelah Anda membayar kunjungan virtual ke Kabah, Anda bukan jemaah," kata Tırabzon.

Dia juga berkomentar bahaya dan risiko metaverse dalam istilah agama.

"Jika seseorang muncul dengan gagasan 'haji pada metaverse' hari ini, maka besok yang lain dapat bangkit dengan gagasan tentang 'doa di metaverse." Ini semua adalah pikiran yang berbahaya."

Kabah di Metaverse bisa dikunjungi, tapi tak bisa menggantikan ibadah haji sesungguhnya.

Baca juga:

The Latest