Tanggapan Pemerintah soal Kabar Kasus Covid-19 Naik Akibat Vaksin
Pemicunya, banyak orang yang merasa aman setelah divaksinasi
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Vaksin pertama kali dilaksanakan di Indonesia pada tanggal 13 Januari 2021, dilakukan langsung oleh Presiden Joko Widodo dan diikuti oleh sejumlah pejabat, tokoh agama, organisasi profesi, serta perwakilan rakyat.
Kemunculan vaksin menjadi angin segar dan harapan baru masyarakat untuk segera terbebas dari Covid-19. Target vaksinasi nasional sebesar 181.554.465 (70% dari populasi masyarakat Indonesia). Pada Juni 2021, vaksinasi ditargetkan mencapai 700.000 dosis per hari, dan pada Juli 2021 diharapkan bisa mencapai 1 juta dosis per hari.
Akan tetapi saat ini terjadi lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi bahkan setelah vaksin dilaksanakan. Maka hal ini menjadi pembicaraan masyarakat yang mempertanyakan ”mengapa terjadi lonjakan kasus covid-19 padahal vaksin sudah di laksanakan?”
Hal ini terlihat dari beberapa postingan di masyarakat perihal ini. Bahkan, banyak juga soal teori konspirasi mengenai Covid-19.
Lalu, bagaimana tanggapan pemerintah? Popmama.com mengulasnya hanya untuk kamu!
1. Tanggapan Kementerian Kesehatan
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akhirnya angkat bicara mengenai kabar tersebut. Juru bicara dari Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, menegaskan, tidak benar adanya bahwa meningkatnya tingkat kasus Covid-19 di Indonesia karena masyarakat sudah melaksanakan vaksin.
Nadia berkata, jika sudah banyak masyarakat yang divaksin maka lonjakan tidak akan ada. Nadia juga menambahkan, hal ini terjadi karena memang Indonesia sedang menghadapi kondisi pandemi.
“Jadi saat ini kondisi kita dalam kategori pandemi yang artinya laju penularan dan konsentrasi virus sangat tinggi," ujarnya dalam konferensi pers virtual, baru-baru ini.
Adapun banyak masyarakat yang masih terinfeksi walaupun sudah divaksin, Nadia menjelaskan, hal ini secara teori ada beberapa faktor yang mengakibatkan hal tersebut terjadi. Diantaranya adalah host, lingkungan, dan virus itu sendiri.
“Vaksin akan bekerja saat virus masuk ke tubuh kita. Dalam pertandingan bisa saja kita menjadi positif, tetapi gejala dan tingkat keparahan tidak terjadi, itulah manfaat vaksin,” ungkapnya.
2. Banyak tak mematuhi protokol kesehatan
Lonjakan kasus yang terjadi saat ini adalah akibat pergerakan masyarakat yang terus meningkat sejak awal Ramadan hingga puncaknya setelah Idul Fitri. Jadi, wajar peningkatan kasus Covid-19 meroket.
“Diperkirakan jumlah orang yang berpindah dari satu kota ke kota lainnya selama arus mudik ataupun arus balik mencapai 5 hingga 6 juta orang. Kondisi ini yang menjadi penyebab lonjakan kasus ditambah kendornya protokol kesehatan di masyarakat sehingga laju penularan virus di masyarakat penyebab semakin meningkat,” terang dr. Nadia.
dr. Nadia tidak henti-hentinya menghimbau agar masyarakat tidak jenuh dan bosan untuk disiplin menjalankan protokol kesehatan.
“Kami sangat berharap masyarakat tetap disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan 3M (mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak) mengurangi mobilitas dan menghindari kerumunan. Hal ini juga berlaku bagi yang telah divaksinasi. Kita tentu saja tidak ingin lonjakan kasus yang terjadi di sejumlah provinsi dan mengakibatkan angka keterisian rumah sakit melonjak drastis terjadi di daerah tempat kita tinggal. Kita harus memikirkan bukan hanya kesehatan diri kita sendiri, namun juga anggota keluarga kita yang lain dan juga tenaga kesehatan yang bekerja sangat keras dalam menangani pasien,” tutup dr. Nadia.
3. Akibat interaksi manusia
Dari hasil penelitian Whole Genome Sequencing (WGS) rujukan dari Balai Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan (Balitbangkes), jumlah lonjakan kasus Covid-19 akibat interaksi manusia yang tinggi. dr. Gunadi PhD, Sp.BA, Ketua Tim Peneliti WGS SARS-CoV-2, FK-KMK UGM menjelaskan, hal itu pentingnya menjaga jarak untuk sementara waktu.
Juga akhirnya ditetapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. Hal ini untuk mengurangi mobilitas dan interaksi manusia.
"Makin tinggi interaksi sosial yang terjadi, maka peluang terjadinya lonjakan kasus makin tinggi. Hipotesisnya adalah varian Delta sudah bertransmisi secara lokal, misalnya di daerah Kudus, karena masif. Bukan tidak mungkin transmisi lokal varian Delta sudah terjadi di daerah lain di Indonesia, hanya kita belum mendeteksi saja,” ungkap dr. Gunadi.
4. Merasa aman setelah vaksin
Banyak narasi yang berkembang di masyarakat, termasuk vaksin bisa menyebabkan kenal terhadap Covid-19. Sedangkan respons bisa berupa perilaku masyarakat setelah mendengar narasi tersebut. Sayangnya, masyarakat jadi lalai setelahdivaksin.
Sebab itu, berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa narasi yang perlu diluruskan oleh pemerintah, agar respons masyarakat juga bisa sesuai dengan yang diharapkan pemerintah.
Pertama, vaksin berfungsi untuk meningkatkan herd immunity (kekebalan kelompok) atau memperlambat laju penularan. Bukan berarti vaksin sepenuhnya menangkal Covid-19. Jadi masih ada kemungkinan masyarakat terkena Covid setelah vaksinasi.
Adanya narasi setelah vaksin bisa terbebas dari Covid-19 atau vaksin bebas untuk berkegiatan menciptakan respons lalai dari aturan protokol kesehatan. Sehingga, lalai di sini berkorelasi positif terhadap meningkatnya kasus Covid-19 pasca vaksin.
seharusnya respons yang muncul adalah masyarakat berlomba-lomba untuk segera divaksin, tapi karena lebih banyak yang tidak divaksin daripada yang divaksin, maka wajar jika masyarakat masih lalai.
Efek samping penerima vaksin, masyarakat yang enggan menerima vaksin, dan bahkan kelalaian dari masyarakat itu sendiri (melanggar aturan prokes dan ada beberapa yang nekat untuk mudik), yang menjadi penyebab lonjakan kasus Covid-19.
Baca juga:
- Catat, Ini Cara Mudah Download Sertifikat Vaksin Covid-19
- WHO Prediksi Akan Muncul Varian Baru Covid-19 yang Lebih Berbahaya
- Segera Bawa Bayi Positif Covid-19 ke RS Jika Tunjukkan Gejala Ini