TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Viral Hasil Tes PCR Positif Palsu, Begini Kata Dokter

Ini penjelasan dokter terkait hasil tes PCR Positif palsu

Freepik

Belakangan ini viral suatu pernyataan dari Komika Kiky Saputri kalau ada laporan dari wisatawan yang datang ke Indonesia dengan hasil tes PCR positif palsu.  Mengapa hal itu bisa terjadi? 

Perlu diketahui, hasil tes PCR positif palsu ini merupakan situasi yang mana hasil tes PCR menunjukkan positif Covid-19. Namun sebenarnya pasien sedang tidak terinfeksi Covid-19. 

Komika Kiki Saputri, salah satu figur publik yang mengalami hal tersebut. Ia mengaku sebelm masuk hotel untuk karantina, Kiky sudah melakukan tes PCR yang hasilnya negatif. 

Setelah masa karantina habis, malah hasilnya positif Covid-19 sehingga Kiky harus stay di hotel lebih lama untuk menambah masa karantina. Kejadian yang dialami Kiky pun viral di medsos. 

Meski situasi ini jarang terjadi, tapi dr Adam Prabata menjelaskan kalau hasil tes PCR positif palsu bisa saja ada kemungkinan yakni berkisar 1 persen. Untuk mengetahui lebih lanjut akan hal ini, Popmama.com sudah merangkum sejumlah fakta soal hasil tes PCR positif palsu. 

1. Muncul anggapan "Dicovidkan" 

Freepik/anyaivanova

Tak sedikit orang karena mengalami kejadian serupa sehingga muncul anggapan "Dicovidkan". Padahal menurut dr Adam, hasil tes PCR positif palsu masih bisa terjadi meski kemungkinannya kecil. 

Seperti kita tahu, tes PCR saat ini menjadi salah satu metode paling akurat dalam mendeteksi virus corona di dalam tubuh. Tak heran jika muncul anggapan "dicovidkan" akibat kejadian hasil tes PCR positif palsu. 
 

2. Bisa terjadi tapi kemungkinannya kecil 

Freepik/freepik

Dokter Adam Prabata mengatakan dalam akun Instagramnya @adamprabata, kalau kemungkinan hasil tes Covid-19 palsu bisa terjadi sekitar 1 persen. Bahkan dari 100 orang yang benar-benar tidak terinfeksi Covid-19, hanya ada 1 orang yang hasil PCRnya positif. 

Namun, kemungkinannya cenderung lebih kecil dibandingkan situasi negatif palsu yang ada di rentang kemungkinan 2-29 persen. 

Nah, kalau negatif palsu biasanya terjadi karena saat pemeriksaan Covid-19 idealnya dilakukan pada 3-5 hari setelah terjadi kontak erat pada pasien Covid-19. Tapi si pasien malah langsung tes Covid-19 sebelum masa inkubasi virus yang notabene berlangsung selama 3-5 hari di dalam tubuh. 
 

3. Hasil tes positif palsu bisa dipastikan kembali 

Freepik/user7350813

Hasil tes PCR yang diduga positif palsu perlu dipastikan dengan beberapa metode. Salah satunya ulangi tes PCR berturut-turut dengan jarak masing-masing tes minimal 24 jam. Hal tersebut untuk memastikan keakuratan hasil dari tes PCR.

Kemudian hasil tes PCR bisa dikatakan positif palsu apabila hasilnya dua kali berturut-turut menunjukkan hasil negatif. Namun jika salah satunya ada yang menunjukkan positif, segera konsultasi ke dokter untuk mengambil keputusan lebih lanjut. 

4. Dua kali tes PCR namun hasilnya beda? 

Instagram/@adamprabata

Ada yang pernah mengalami hal seperti ini? "Kemarin tes PCR di suatu laboratorium A dan hasilnya positif Covid-19. Besoknya tes PCR lagi tapi hasilnya negatif". Hasil mana yang harus dipercaya? 

Dokter Adam Prabata mengungkapkan kalau ada beberapa hal yang bisa memengaruhi diagnosis Covid-19 dalam tubuh seseorang. 

Dalam hal hasil positif palsu beberapa kemungkinan yang terjadi adalah sampel swab yang seharusnya negatif tercampur dengan sampel swab yang positif. Kemudian ada masalah teknis yang juga turut memengaruhi seperti skill SDM, lokasi swab dan prosedur laboratorium. 

5. Hasil diagnosis yang dipercaya adalah pasien dianggap konfirmasi positif 

Freepik.com/Stories

Jika dilihat berdasarkan data yang disuguhkan dr Adam, kemungkinan hasil tes negatif palsu yang berkisar antara 2-29 persen, sedangkan positif palsu yang hanya 1 persen, maka dapat disimpulkan keduanya adalah orang yang memiliki hasil swab PCR berbeda (positif-negatif) di waktu yang sama atau berbeda. 

Nah, orang tersebut akan dianggap sebagai pasien konfirmasi Covid-19. Mengapa demikian? Sebab kemungkinan hasil positif palsu jauh lebih kecil ketimbang negatif palsu. Ibaratnya 1 persen vs 2-29 persen. 

Jika hasil tes yang negatif lebih dipercaya dan negatif palsu dianggap sebagai tidak terinfeksi Covid-19, maka ada kemungkinan 2-29 persen orang tersebut bisa berisiko menularkan Covid-19 ke orang sehat. 

Jadi dapat disimpulkan kalau perbedaan hasil tes PCR yang menentukan diagnosis Covid-19 diutamakan adalah hasil positif ketimbang negatif. Namun, penentuan ini memerlukan keputusan dokter. Oleh karena itu segera konsultasi ke dokter atau faskes terdekat setelah mendapatkan hasl swab PCR.

Itulah beberapa fakta mengenai hasil tes PCR positif palsu. Sekarang, Mama tak perlu bingung lagi harus ke mana ya jika mengalami hal serupa. 

Baca juga:

The Latest