Apa Itu Post Traumatic Stress Disorder atau PTSD?
Kondisi mental ini muncul setelah seseorang mengalami traumatis yang menghantui ingatan dan perasaan
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Membayangkan suatu peristiwa yang menghantui pikiran untuk kembali trauma masa lalu adalah mereka yang mengalami Post Traumatic Stress Disorder atau PTSD.
Mengutip dari National Institute of Mental Health (NIMH), sekitar 7-8% populasi dunia berpotensi mengalami PTSD dalam hidup mereka, sebuah angka yang menunjukkan seberapa trauma dapat merasuk ke dalam keseharian kita.
Namun, dengan semakin berkembangnya pemahaman mengenai gangguan ini, semakin banyak pula pilihan terapi dan penanganan yang bisa membantu penderita PTSD untuk kembali meraih kendali atas hidup mereka.
Pada kesempatan ini, Popmama.com akan membahas lebih jauh terkait apa itu Post Traumatic Stress Disorder atau PTSD.
Apa Itu Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)?
Post Traumatic Stress Disorder, atau disingkat PTSD adalah gangguan mental yang dapat terjadi setelah seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa traumatis, seperti kecelakaan, bencana alam, atau kekerasan fisik.
PTSD dapat dialami oleh siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan, anak-anak maupun orang dewasa. Memahami gejala, penyebab, dan pilihan pengobatan PTSD sangat penting untuk membantu mereka yang terdampak agar dapat menjalani kehidupan dengan lebih baik.
Penyebab PTSD, Bagaimana Trauma Mempengaruhi Mental?
PTSD biasanya dipicu oleh peristiwa yang sangat menakutkan atau menimbulkan stres ekstrem. Penyebab utama PTSD adalah pengalaman yang menimbulkan rasa takut atau keterancaman, baik yang dialami secara langsung maupun disaksikan.
Trauma ini bisa berupa kejadian yang singkat seperti kecelakaan lalu lintas atau bisa juga terjadi secara berulang, misalnya pada korban kekerasan dalam rumah tangga. Faktor-faktor seperti riwayat gangguan kecemasan, dukungan sosial yang minim, atau tingkat hormon stres yang tinggi juga bisa meningkatkan kerentanan seseorang terhadap PTSD.
Mengenali Tanda-Tanda PTSD yang Perlu Diwaspadai
Gejala PTSD bisa berlangsung selama lebih dari sebulan dan sangat mengganggu fungsi sehari-hari seseorang. Gejala PTSD terbagi menjadi empat kategori utama:
- Intrusi: Kenangan yang mengganggu dan tidak diinginkan tentang peristiwa traumatis, mimpi buruk, atau kilas balik (flashbacks) yang membuat seseorang seolah-olah kembali merasakan kejadian tersebut.
- Penghindaran: Upaya menghindari segala hal yang mengingatkan mereka pada trauma, seperti tempat, orang, atau aktivitas tertentu.
- Perubahan kognitif dan mood: Pikiran negatif tentang diri sendiri atau orang lain, rasa bersalah atau malu, perasaan terasing, hingga hilangnya minat pada aktivitas yang dulu disenangi.
- Reaktivitas dan hiperwaspada: Mudah terkejut, merasa tegang, mudah marah, kesulitan tidur, hingga perilaku impulsif atau agresif.
Langkah-Langkah Pemulihan yang Efektif
Meski PTSD bisa terasa mengganggu, ada berbagai metode pengobatan yang terbukti efektif untuk membantu penderita mengelola gejala mereka, dan menjalani hidup dengan lebih baik. Berikut adalah beberapa pilihan pengobatan yang banyak digunakan:
- Psikoterapi: Terapi perilaku kognitif (Cognitive Behavioral Therapy atau CBT) adalah bentuk terapi yang sering digunakan untuk PTSD.
- Terapi eksposur: Terapi ini melibatkan eksposur bertahap terhadap situasi atau kenangan yang menimbulkan ketakutan agar pasien dapat mengurangi reaksi emosional mereka.
- Obat-obatan: Antidepresan seperti selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) sering diresepkan untuk mengelola gejala PTSD, seperti kecemasan dan gangguan tidur.
- Eye Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR): Teknik ini menggabungkan gerakan mata atau rangsangan lainnya untuk membantu pasien mengatasi trauma yang tersimpan di memori mereka.
Itu dia penjelasan lengkap mengenai apa itu Post Traumatic Stress Disorder atau PTSD. Dengan penanganan yang tepat, setiap individu yang mengalami PTSD dapat berangsur pulih dan menjalani kehidupan yang lebih baik.
Lebih banyak perhatian dan pemahaman dari masyarakat juga akan berperan besar dalam membangun lingkungan yang mendukung penyintas trauma.
Baca juga:
- 5 Tips Cegah Burnout untuk Jaga Kesehatan Mental Mama Berperan Ganda
- Gen Z Menjadi Paling Terbanyak Kena Gangguan Mental, Ikuti Cara Ini!
- Awas! Sering Menyebut Seseorang Bodoh Bisa Merusak Kesehatan Mental